2 Timotius 1:8-9: Panggilan kepada Injil dan Kasih Karunia Allah
Pendahuluan:
2 Timotius 1:8-9 adalah bagian dari surat terakhir Rasul Paulus kepada Timotius sebelum ia menghadapi kematian sebagai martir. Dalam ayat ini, Paulus memberikan penguatan kepada Timotius agar tidak malu terhadap Injil dan agar tetap setia dalam pelayanan, karena keselamatan dan panggilan hidup orang percaya berakar dalam kasih karunia Allah yang kekal.
Dari perspektif teologi Reformed, bagian ini menegaskan bahwa keselamatan adalah hasil dari kasih karunia Allah semata, bukan karena perbuatan manusia, serta menunjukkan bagaimana setiap orang percaya dipanggil untuk hidup dalam ketekunan dalam Injil. Artikel ini akan membahas 2 Timotius 1:8-9 berdasarkan pendapat beberapa pakar teologi Reformed, menggali konteks historis, makna teologis, serta implikasinya bagi kehidupan Kristen.
Berikut adalah teks 2 Timotius 1:8-9 dalam Alkitab Yang Terbuka (AYT):2 Timotius 1:8 "Karena itu, janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita ataupun tentang aku, yang dipenjarakan karena Dia. Sebaliknya, deritalah bersama-sama aku demi Injil oleh kuasa Allah."2 Timotius 1:9 "Dialah yang telah menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan yang kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman."
Konteks 2 Timotius 1:8-9
1. Surat Terakhir Paulus dan Situasi Timotius
Surat 2 Timotius ditulis ketika Paulus sedang menjalani hukuman di penjara Roma, menantikan eksekusi. Ini adalah surat terakhir yang ditulis oleh Paulus, yang penuh dengan pesan pribadi kepada Timotius, murid dan rekan pelayanannya.
Timotius, yang lebih muda dan mungkin lebih lemah secara emosional, menghadapi tantangan besar dalam memimpin gereja di Efesus. Ada kemungkinan bahwa ia mengalami tekanan besar dari orang-orang yang menentang Injil, dan mungkin tergoda untuk mundur dari pelayanannya.
John Calvin mencatat bahwa Paulus ingin menguatkan Timotius agar tidak mundur dari panggilan Allah, meskipun menghadapi penderitaan dan penganiayaan. Calvin menulis:"Kristus tidak hanya memanggil kita untuk percaya, tetapi juga untuk menanggung penderitaan demi Injil. Kita tidak boleh malu atau takut akan hinaan dunia, sebab Injil adalah kuasa Allah bagi keselamatan."
2. Tantangan bagi Orang Percaya di Bawah Penganiayaan
Pada masa itu, penganiayaan terhadap orang Kristen semakin meningkat, terutama di bawah Kaisar Nero. Menjadi pengikut Kristus berarti siap menghadapi ancaman, pemenjaraan, bahkan kematian.
Leon Morris mencatat bahwa seruan Paulus agar Timotius tidak malu terhadap Injil adalah pengingat bahwa penderitaan adalah bagian dari panggilan Kristen.
Analisis 2 Timotius 1:8-9
1. “Janganlah Malu Bersaksi tentang Tuhan Kita” (2 Timotius 1:8a)
Paulus mendorong Timotius agar tidak malu atau takut untuk memberitakan Injil, meskipun ada risiko besar.
- Kata Yunani ἐπαισχύνω (epaischynomai) yang diterjemahkan sebagai "malu" dalam konteks ini merujuk pada rasa takut atau segan untuk mengidentifikasi diri dengan Injil karena tekanan dari dunia.
- Paulus juga menyebut dirinya yang dipenjarakan karena Kristus, menunjukkan bahwa penderitaan demi Injil bukanlah tanda kegagalan, tetapi bagian dari rencana Allah.
John MacArthur menekankan bahwa kemuliaan Injil lebih besar daripada rasa takut akan penganiayaan. Ia menulis:"Malu akan Injil berarti lebih takut kepada manusia daripada kepada Allah. Tetapi Injil adalah kuasa Allah, dan kita harus memberitakannya dengan keberanian."
2. “Deritalah Bersama-Sama Aku Demi Injil oleh Kuasa Allah” (2 Timotius 1:8b)
Paulus tidak hanya meminta Timotius untuk tidak malu, tetapi juga untuk berani menderita bersama Paulus demi Injil.
- Kata συγκακοπαθέω (synkakopathéō) berarti "menderita bersama-sama" atau "berpartisipasi dalam penderitaan".
- Ini menegaskan bahwa panggilan Kristen tidak terpisah dari penderitaan, tetapi justru mengikutsertakan penderitaan sebagai bagian dari kehidupan iman.
R.C. Sproul menekankan bahwa pengorbanan dalam mengikut Kristus bukanlah beban, tetapi kehormatan."Ketika kita menderita karena Injil, kita mengikuti jejak Kristus sendiri. Dan penderitaan itu bukan sia-sia, melainkan alat Allah untuk menyatakan kemuliaan-Nya."
3. “Dialah yang Telah Menyelamatkan Kita” (2 Timotius 1:9a)
Paulus kemudian mengingatkan bahwa keselamatan bukanlah hasil usaha manusia, tetapi sepenuhnya berasal dari Allah.
- Kata Yunani σῴζω (sōzō) yang berarti "menyelamatkan" menunjukkan bahwa keselamatan adalah tindakan Allah yang tuntas dan sempurna, bukan hasil dari upaya manusia.
John Calvin menulis:"Keselamatan kita tidak tergantung pada kehendak manusia, tetapi pada rencana kekal Allah yang sudah ditetapkan sejak sebelum dunia dijadikan."
4. “Memanggil Kita dengan Panggilan yang Kudus” (2 Timotius 1:9b)
Paulus menegaskan bahwa mereka yang diselamatkan juga dipanggil untuk hidup dalam kekudusan.
- Kata κλῆσις ἁγία (klēsis hagia) menunjukkan panggilan yang berasal dari Allah sendiri.
- Ini bukan hanya panggilan untuk menerima Injil, tetapi juga panggilan untuk hidup dalam kesetiaan dan ketaatan kepada Allah.
John MacArthur menegaskan bahwa keselamatan tidak dapat dipisahkan dari transformasi hidup. Ia menulis:"Mereka yang sungguh-sungguh diselamatkan pasti akan hidup dalam ketaatan kepada panggilan kudus Allah."
5. “Bukan Berdasarkan Perbuatan Kita” (2 Timotius 1:9c)
Ini adalah doktrin utama dalam teologi Reformed, yang menegaskan bahwa keselamatan adalah berdasarkan kasih karunia Allah, bukan usaha manusia.
- Teologi Reformed menekankan Sola Gratia, bahwa keselamatan hanya oleh kasih karunia, bukan karena jasa manusia.
- Tidak ada perbuatan baik yang dapat membuat seseorang layak menerima keselamatan.
R.C. Sproul menulis:"Jika keselamatan bergantung pada perbuatan kita, maka tidak akan ada yang bisa diselamatkan. Tetapi karena keselamatan adalah anugerah, kita dapat memiliki jaminan keselamatan yang kekal."
6. “Dikaruniakan kepada Kita dalam Kristus Yesus sebelum Permulaan Zaman” (2 Timotius 1:9d)
Paulus menutup ayat ini dengan menekankan bahwa keselamatan sudah ditetapkan sejak kekekalan di dalam Kristus.
- Ini sejalan dengan doktrin predestinasi dalam teologi Reformed, yang menegaskan bahwa Allah memilih umat-Nya sebelum dunia dijadikan (Efesus 1:4-5).
- Keselamatan bukanlah respons terhadap tindakan manusia, tetapi adalah rencana Allah yang sudah ada sejak kekekalan.
John Calvin menulis:"Keselamatan bukanlah hasil keputusan manusia, tetapi merupakan kehendak Allah yang sudah dirancang sejak kekekalan, yang diwujudkan di dalam Yesus Kristus."
Aplikasi 2 Timotius 1:8-9 bagi Kehidupan Kristen
1. Jangan Malu dengan Injil
Sebagai orang percaya, kita harus berani bersaksi tentang Kristus, meskipun ada risiko sosial atau penganiayaan.
2. Bersiap untuk Menderita demi Kristus
Penderitaan karena Injil adalah bagian dari panggilan kita sebagai orang Kristen.
3. Mengandalkan Kasih Karunia, Bukan Perbuatan
Kita harus sadar bahwa keselamatan kita murni karena anugerah Allah, dan bukan karena perbuatan baik kita.
4. Hidup dalam Kekudusan
Karena kita telah dipanggil secara kudus, kita harus hidup dalam kekudusan dan ketaatan kepada Allah.
Kesimpulan:
2 Timotius 1:8-9 menegaskan keberanian dalam Injil dan doktrin kasih karunia Allah. Teologi Reformed menyoroti bahwa keselamatan adalah anugerah Allah yang sudah ditetapkan sejak kekekalan, dan setiap orang percaya dipanggil untuk hidup dalam ketekunan dan kekudusan.
Sebagai orang percaya, kita harus berani bersaksi, bersiap untuk menderita demi Injil, dan hidup dalam kekudusan, karena kita telah menerima kasih karunia yang kekal di dalam Kristus.