Satu Allah dan Satu Perantara (1 Timotius 2:5)
Pengantar:
Ayat 1 Timotius 2:5 berbunyi:“Sebab, hanya ada satu Allah dan satu perantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Yesus Kristus.” (AYT)
Ayat ini merupakan salah satu pernyataan teologis yang sangat penting dalam Perjanjian Baru. Dalam satu kalimat, Paulus merangkum dasar iman Kristen: keesaan Allah dan peran Yesus Kristus sebagai satu-satunya Perantara antara Allah dan manusia. Artikel ini akan menguraikan 1 Timotius 2:5 berdasarkan konteks, analisis teologis, dan pandangan beberapa pakar, serta relevansinya bagi kehidupan Kristen.
1. Konteks 1 Timotius 2:5
Surat 1 Timotius adalah surat pastoral yang ditulis oleh Rasul Paulus kepada Timotius, seorang pemimpin muda dalam gereja di Efesus. Paulus memberikan arahan bagaimana gereja seharusnya dikelola, termasuk pengajaran tentang doa, ibadah, dan pengajaran yang benar.
Dalam konteks langsung, ayat ini muncul dalam pembahasan tentang doa untuk semua orang (1 Timotius 2:1-4). Paulus menekankan bahwa Allah menghendaki semua orang diselamatkan dan datang kepada pengetahuan akan kebenaran (ayat 4). Pernyataan tentang satu Allah dan satu Perantara dalam ayat 5 menegaskan dasar dari kehendak keselamatan Allah: hanya ada satu jalan kepada Allah, yaitu melalui Yesus Kristus.
2. Eksklusivitas Satu Allah dan Satu Perantara
a. Pendapat F.F. Bruce
F.F. Bruce menekankan bahwa konsep “satu Allah” dalam ayat ini sangat terkait dengan pengakuan iman Yahudi yang dikenal sebagai Shema (Ulangan 6:4), yaitu: “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!” Dengan menyatakan bahwa hanya ada satu Allah, Paulus menggarisbawahi monoteisme yang konsisten dengan ajaran Yahudi, namun ia melanjutkan dengan memperkenalkan Yesus sebagai satu-satunya Perantara. Hal ini menunjukkan bagaimana iman Kristen memperluas pengertian Shema dengan menyatakan bahwa Yesus adalah bagian dari rencana Allah untuk menyelamatkan umat manusia.
b. Eksklusivitas Perantara dalam Kristus
Pernyataan bahwa Yesus adalah satu-satunya Perantara merupakan landasan utama doktrin Kristen. Dalam agama Yahudi, imam-imam bertindak sebagai perantara antara Allah dan manusia, terutama melalui sistem korban di Bait Allah. Namun, Yesus menggantikan peran tersebut sebagai Imam Besar yang sempurna (Ibrani 7:25-27), membawa pendamaian yang abadi melalui pengorbanan diri-Nya di kayu salib.
3. Pengertian Kata "Perantara" dalam 1 Timotius 2:5
Kata “perantara” dalam teks aslinya adalah mesitēs (μεσίτης) yang berarti seorang mediator atau pengantara. Dalam teologi Kristen, ini merujuk pada peran unik Yesus yang menjembatani jurang yang disebabkan oleh dosa antara Allah yang kudus dan manusia yang berdosa.
a. Pendapat John Stott
John Stott, dalam bukunya The Message of 1 Timothy & Titus, menjelaskan bahwa peran perantara Yesus bersifat eksklusif karena Ia adalah satu-satunya yang memenuhi syarat untuk menjembatani hubungan antara Allah dan manusia. Stott menyoroti dua alasan utama:
- Keilahian Yesus: Sebagai Allah, Yesus memiliki otoritas ilahi untuk membawa manusia kepada Allah.
- Kemanusiaan Yesus: Sebagai manusia, Yesus dapat mewakili umat manusia di hadapan Allah.
Stott juga mencatat bahwa Yesus tidak hanya menjadi perantara dalam arti spiritual, tetapi juga dalam arti eskatologis, membawa pendamaian abadi antara Allah dan manusia.
4. Yesus sebagai Satu-Satunya Jalan
a. Pendapat R.C. Sproul
R.C. Sproul menekankan bahwa 1 Timotius 2:5 adalah dasar doktrin eksklusivitas Injil. Ia mencatat bahwa dunia modern sering menolak klaim eksklusif ini, menganggapnya tidak toleran. Namun, Sproul menekankan bahwa eksklusivitas Yesus bukanlah klaim manusia, tetapi pengajaran langsung dari Allah melalui firman-Nya. Jika ada jalan lain untuk keselamatan selain Yesus, maka kematian Kristus di kayu salib menjadi sia-sia. Sproul menyebut ayat ini sebagai “fondasi kepercayaan Kristen yang tidak bisa ditawar-tawar.”
5. Teologi Kemanusiaan Yesus
Ayat ini menekankan bahwa Yesus Kristus adalah manusia. Penyebutan "manusia Yesus Kristus" memiliki makna teologis yang mendalam. Dalam konteks ini, Paulus ingin menyoroti fakta bahwa Yesus benar-benar mengambil rupa manusia untuk melaksanakan karya penyelamatan.
a. Pendapat Craig Keener
Craig Keener menjelaskan bahwa penekanan pada kemanusiaan Yesus dalam ayat ini tidak berarti mengabaikan keilahian-Nya, tetapi menekankan kelayakan-Nya sebagai pengganti bagi umat manusia. Keener mencatat bahwa melalui kemanusiaan-Nya, Yesus sepenuhnya memahami kelemahan manusia dan dapat menjadi perantara yang sempurna (lihat juga Ibrani 4:15-16).
6. Hubungan antara Allah, Yesus, dan Manusia
a. Satu Allah
Keesaan Allah adalah inti dari iman monoteistik. Dalam 1 Timotius 2:5, Paulus menegaskan bahwa tidak ada Allah lain selain Allah yang Esa. Pernyataan ini penting dalam konteks dunia Romawi yang politeistik, yang menyembah banyak dewa.
b. Satu Perantara
Yesus adalah satu-satunya jalan untuk mencapai Allah (lihat juga Yohanes 14:6). Tidak ada sistem keagamaan, usaha manusia, atau perantara lain yang dapat membawa manusia kepada Allah. Hal ini menegaskan bahwa keselamatan adalah karya Allah sepenuhnya melalui Yesus Kristus.
c/ Pendapat William Barclay
William Barclay menjelaskan bahwa konsep perantara dalam dunia kuno sering melibatkan banyak dewa atau figur ilahi. Namun, Paulus menegaskan bahwa hanya ada satu Perantara sejati, yaitu Yesus. Barclay juga mencatat bahwa ini adalah pesan yang sangat revolusioner bagi audiens non-Yahudi, yang biasa berinteraksi dengan berbagai “perantara” dalam agama-agama mereka.
7. Relevansi Ayat bagi Kehidupan Kristen
a. Aplikasi dalam Doa
1 Timotius 2:5 memberikan dasar mengapa orang Kristen berdoa dalam nama Yesus. Sebagai Perantara, Yesus membuka akses langsung kepada Allah bagi setiap orang percaya (Ibrani 10:19-22). Orang percaya tidak memerlukan imam manusia untuk berkomunikasi dengan Allah, karena Yesus sendiri adalah Imam Besar mereka.
b. Keselamatan Universal tetapi Eksklusif
Ayat ini juga mengingatkan bahwa Allah menghendaki semua orang diselamatkan (ayat 4), tetapi keselamatan itu hanya dapat diperoleh melalui Yesus. Pesan ini menginspirasi orang Kristen untuk memberitakan Injil kepada semua bangsa, mengingat Yesus adalah satu-satunya harapan bagi dunia.
c. Penghiburan dalam Kristus
Sebagai Perantara, Yesus memberikan jaminan bahwa dosa-dosa kita telah diampuni dan hubungan kita dengan Allah telah dipulihkan. Hal ini memberikan penghiburan bagi orang percaya yang mungkin merasa tidak layak di hadapan Allah.
8. Tantangan dalam Dunia Modern
Dalam dunia yang semakin pluralistik, klaim eksklusivitas ini sering menghadapi kritik. Banyak yang berpendapat bahwa semua agama memiliki jalan mereka masing-masing kepada Allah. Namun, 1 Timotius 2:5 dengan tegas menyatakan bahwa hanya ada satu jalan, yaitu melalui Yesus Kristus.
a. Pendapat Ravi Zacharias
Ravi Zacharias, seorang apologet Kristen, sering menekankan bahwa kebenaran tidak bisa bersifat relatif. Menurut Zacharias, jika semua jalan menuju kepada Allah benar, maka Allah menjadi kontradiktif dan tidak konsisten. Ia menyebut 1 Timotius 2:5 sebagai landasan apologetis yang kuat untuk menegaskan bahwa keselamatan hanya ada di dalam Kristus.
Kesimpulan
1 Timotius 2:5 adalah ayat yang merangkum inti dari doktrin Kristen: hanya ada satu Allah, dan Yesus Kristus adalah satu-satunya Perantara antara Allah dan manusia. Ayat ini menegaskan keesaan Allah, eksklusivitas keselamatan dalam Kristus, dan pentingnya peran kemanusiaan Yesus dalam rencana keselamatan.
Pendapat para pakar seperti F.F. Bruce, John Stott, R.C. Sproul, Craig Keener, William Barclay, dan Ravi Zacharias membantu kita memahami makna mendalam dari ayat ini. Pesan ini relevan bagi gereja di segala zaman, memberikan dasar yang kokoh untuk iman, doa, dan pemberitaan Injil.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam keyakinan bahwa melalui Yesus, kita memiliki akses langsung kepada Allah. Hal ini tidak hanya memberikan penghiburan, tetapi juga memotivasi kita untuk membagikan pesan Injil kepada dunia yang membutuhkan harapan.