Yohanes 8:48-51: Yesus Menolak Tuduhan dan Menegaskan Janji Hidup Kekal

Yohanes 8:48-51: Yesus Menolak Tuduhan dan Menegaskan Janji Hidup Kekal

Pendahuluan:
Yohanes 8:48-51 adalah bagian penting dari dialog antara Yesus dan orang-orang Yahudi, di mana Yesus menghadapi tuduhan penghujatan dan pengabaian hukum Taurat. Dalam bagian ini, Yesus tidak hanya membela diri terhadap tuduhan yang tidak berdasar, tetapi juga menegaskan janji hidup kekal bagi siapa saja yang memegang firman-Nya. Artikel ini akan menguraikan ayat-ayat tersebut secara mendalam berdasarkan pandangan beberapa pakar teologi Reformed, dengan fokus pada aspek apologetik Yesus, sifat ilahi-Nya, dan janji keselamatan yang kekal.

Teks Alkitab: Yohanes 8:48-51

Mari kita lihat teks ini terlebih dahulu:“Orang-orang Yahudi menjawab Yesus: ‘Bukankah benar kalau kami katakan bahwa Engkau orang Samaria dan kerasukan setan?’ Yesus menjawab: ‘Aku tidak kerasukan setan. Aku menghormati Bapa-Ku, tetapi kamu menghina Aku. Aku tidak mencari hormat bagi diri-Ku sendiri; ada satu yang mencarinya dan Dia juga yang menghakimi. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barang siapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.’” (TB)

Konsep Dasar: Tuduhan, Penegasan, dan Janji Yesus

1. Tuduhan Orang Yahudi (Yohanes 8:48)

Orang-orang Yahudi menuduh Yesus sebagai orang Samaria yang kerasukan setan. Tuduhan ini adalah cara mereka untuk mendiskreditkan Yesus secara sosial dan spiritual. Dalam budaya Yahudi, orang Samaria dianggap rendah dan dipandang sebagai pengkhianat terhadap iman Yahudi. Tuduhan bahwa Yesus kerasukan setan menunjukkan penolakan total mereka terhadap otoritas dan ajaran-Nya.

John Calvin, dalam komentarnya tentang Yohanes, menyebut tuduhan ini sebagai serangan penghinaan yang tidak berdasar. Calvin menulis bahwa orang-orang Yahudi menggunakan fitnah ini untuk menghindari tanggung jawab mereka terhadap kebenaran yang telah Yesus nyatakan. Menurut Calvin, ini adalah contoh keras hati manusia yang berusaha melawan terang kebenaran dengan kedengkian.

2. Respons Yesus (Yohanes 8:49-50)

Yesus menolak tuduhan tersebut dengan menegaskan bahwa Ia tidak kerasukan setan dan bahwa Ia menghormati Bapa-Nya. Dalam respons-Nya, Yesus menunjukkan ketenangan dan otoritas ilahi yang khas. Ia tidak terpengaruh oleh hinaan, tetapi tetap berfokus pada misi-Nya untuk memuliakan Bapa.

R.C. Sproul, seorang teolog Reformed, mencatat bahwa respons Yesus mencerminkan kerendahan hati dan ketaatan-Nya kepada kehendak Allah. Sproul menjelaskan bahwa Yesus tidak mencari kemuliaan pribadi, tetapi sepenuhnya tunduk kepada Bapa, yang pada akhirnya akan memuliakan Anak-Nya melalui karya penebusan di kayu salib.

3. Janji Hidup Kekal (Yohanes 8:51)

Yesus membuat pernyataan penting: “Barang siapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.” Ini adalah janji keselamatan yang menggemakan tema sentral Injil Yohanes, yaitu kehidupan kekal melalui iman kepada Yesus Kristus.

Dr. D.A. Carson, dalam tafsirannya, menyoroti bahwa pernyataan Yesus ini adalah pengakuan tersirat tentang keilahian-Nya. Hanya Allah yang memiliki kuasa untuk memberikan hidup kekal, dan Yesus menyatakan bahwa kuasa itu ada pada-Nya. Carson juga menekankan bahwa frasa “menuruti firman-Ku” menunjukkan pentingnya hubungan pribadi dengan Kristus, bukan sekadar ketaatan ritualistik.

Penjelasan Mendalam Tentang Ayat-Ayat

Yohanes 8:48: Serangan dan Penolakan

“Orang-orang Yahudi menjawab Yesus: ‘Bukankah benar kalau kami katakan bahwa Engkau orang Samaria dan kerasukan setan?’”

Tuduhan sebagai "orang Samaria" dan "kerasukan setan" mencerminkan kebencian mendalam orang-orang Yahudi terhadap Yesus. Tuduhan ini berakar pada prasangka etnis dan spiritual. Dalam konteks ini, menjadi "orang Samaria" berarti melanggar kemurnian iman Yahudi, sementara "kerasukan setan" adalah tuduhan langsung terhadap karakter spiritual Yesus.

Menurut Herman Bavinck, seorang teolog Reformed, tuduhan ini mencerminkan kegelapan moral dan rohani orang-orang Yahudi yang menolak terang Injil. Bavinck menulis bahwa penolakan terhadap Yesus adalah bukti keberdosaan manusia yang tidak mampu mengenali Sang Juruselamat tanpa penerangan Roh Kudus.

Yohanes 8:49-50: Penghormatan kepada Bapa dan Keputusan Ilahi

“Yesus menjawab: ‘Aku tidak kerasukan setan. Aku menghormati Bapa-Ku, tetapi kamu menghina Aku. Aku tidak mencari hormat bagi diri-Ku sendiri; ada satu yang mencarinya dan Dia juga yang menghakimi.’”

Yesus menjawab dengan tegas tetapi penuh kerendahan hati. Ia menegaskan bahwa tugas-Nya adalah menghormati Bapa, sekaligus menyerahkan penghakiman kepada Allah. Dalam perspektif teologi Reformed, ini adalah ekspresi sempurna dari ketaatan Yesus sebagai Anak Allah yang tunduk kepada kehendak Bapa-Nya.

John Owen, dalam tulisannya tentang keimanan Kristus, menekankan bahwa kerendahan hati Yesus ini adalah teladan bagi semua orang percaya. Owen menjelaskan bahwa Yesus tidak mencari kehormatan duniawi, tetapi berfokus pada misi penebusan yang ditetapkan oleh Bapa.

Yohanes 8:51: Hidup Kekal bagi yang Menuruti Firman-Nya

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barang siapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.”

Pernyataan ini adalah janji mulia yang ditawarkan Yesus kepada semua orang percaya. Dalam konteks teologi Reformed, ini adalah penegasan doktrin keselamatan oleh kasih karunia. Hidup kekal tidak diberikan berdasarkan usaha manusia, tetapi melalui iman kepada Yesus Kristus dan ketaatan kepada firman-Nya.

Louis Berkhof, dalam Systematic Theology, menulis bahwa janji ini mengacu pada kebangkitan rohani yang dialami oleh orang percaya di dalam Kristus. Menuruti firman Yesus berarti hidup dalam hubungan yang terus-menerus dengan Dia, yang menghasilkan buah rohani dan jaminan kehidupan kekal.

Aplikasi Teologis dan Praktis

1. Menangani Tuduhan dengan Kebenaran

Yesus memberikan teladan bagaimana menghadapi tuduhan palsu dengan ketenangan dan kebenaran. Orang percaya dipanggil untuk tidak membalas penghinaan dengan kemarahan, tetapi dengan pengakuan yang rendah hati tentang kebenaran Injil.

2. Fokus pada Kemuliaan Allah

Yesus tidak mencari hormat bagi diri-Nya sendiri, tetapi berfokus pada misi-Nya untuk memuliakan Bapa. Ini mengingatkan kita bahwa kehidupan Kristen harus diarahkan untuk memuliakan Allah, bukan mencari pengakuan duniawi.

3. Hidup dalam Ketaatan kepada Firman

Janji hidup kekal diberikan kepada mereka yang menuruti firman Yesus. Ini menantang kita untuk hidup dalam ketaatan dan hubungan yang intim dengan Kristus. Ketaatan ini bukanlah beban, tetapi sukacita yang lahir dari iman.

Kesimpulan

Yohanes 8:48-51 adalah bagian yang kaya dengan pengajaran teologis. Dalam ayat ini, Yesus menunjukkan ketenangan ilahi dalam menghadapi tuduhan, menegaskan hubungan-Nya dengan Bapa, dan menawarkan janji hidup kekal kepada semua yang percaya kepada-Nya.

Baca Juga: Yohanes 8:41-47: Klaim Orang Yahudi Sebagai Anak-anak Allah yang Disanggah oleh Yesus

Pandangan para teolog Reformed seperti John Calvin, R.C. Sproul, dan Louis Berkhof menyoroti aspek-aspek penting dari ayat ini: kedaulatan Allah, ketaatan Yesus, dan kasih karunia yang memberikan hidup kekal. Dengan merenungkan ayat-ayat ini, kita diingatkan untuk hidup dalam ketaatan kepada firman Kristus dan untuk tetap setia kepada misi Allah, bahkan di tengah penghinaan atau penolakan dari dunia.

“Berdoalah mohon Roh Kudus memberikan pengertian ketika kita melakukan studi Alkitab. AI hanya alat yang hasilnya harus dibandingkan kembali dengan Alkitab.”

Next Post Previous Post