2 Korintus 9:6-7: Prinsip Memberi dengan Sukacita
.jpg)
Pendahuluan:
Memberi adalah bagian integral dari kehidupan Kristen. Dalam 2 Korintus 9:6-7, Rasul Paulus memberikan prinsip-prinsip penting tentang memberi yang didasarkan pada kebenaran Alkitab. Ayat-ayat ini tidak hanya berbicara tentang persembahan materi, tetapi juga tentang sikap hati yang mendasari tindakan memberi. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi 2 Korintus 9:6-7 secara mendalam, dengan mempertimbangkan penafsiran dari beberapa pakar teologi Reformed. Artikel ini akan membahas makna teologis, aplikasi praktis, dan relevansi ayat-ayat ini bagi kehidupan Kristen modern.
2 Korintus 9:6-7 (TB):"6 Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. 7 Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita."
2 Korintus 9:6-7: Analisis Teks
1. Prinsip Menabur dan Menuai (2 Korintus 9:6)
Paulus menggunakan metafora pertanian, yaitu menabur dan menuai, untuk menjelaskan prinsip memberi. Dia menyatakan bahwa apa yang kita tabur akan menentukan apa yang kita tuai. Ini adalah prinsip universal yang berlaku dalam kehidupan rohani dan materi.
John Calvin, dalam komentarnya tentang 2 Korintus, menekankan bahwa prinsip menabur dan menuai adalah bagian dari tatanan ciptaan Allah. Calvin berpendapat bahwa Allah telah menetapkan prinsip ini untuk mengajarkan kita tentang tanggung jawab dan iman. Memberi adalah bentuk penatalayanan yang menunjukkan kepercayaan kita pada penyediaan Allah.
Martin Luther melihat prinsip menabur dan menuai sebagai undangan untuk hidup dalam iman. Luther menegaskan bahwa memberi dengan murah hati adalah ekspresi iman yang percaya bahwa Allah akan memenuhi segala kebutuhan kita. Ini bukan tentang mengharapkan imbalan materi, tetapi tentang mempercayai janji-janji Allah.
Paulus menggunakan metafora pertanian, yaitu menabur dan menuai, untuk menjelaskan prinsip memberi. Dia menyatakan bahwa apa yang kita tabur akan menentukan apa yang kita tuai. Ini adalah prinsip universal yang berlaku dalam kehidupan rohani dan materi.
John Calvin, dalam komentarnya tentang 2 Korintus, menekankan bahwa prinsip menabur dan menuai adalah bagian dari tatanan ciptaan Allah. Calvin berpendapat bahwa Allah telah menetapkan prinsip ini untuk mengajarkan kita tentang tanggung jawab dan iman. Memberi adalah bentuk penatalayanan yang menunjukkan kepercayaan kita pada penyediaan Allah.
Martin Luther melihat prinsip menabur dan menuai sebagai undangan untuk hidup dalam iman. Luther menegaskan bahwa memberi dengan murah hati adalah ekspresi iman yang percaya bahwa Allah akan memenuhi segala kebutuhan kita. Ini bukan tentang mengharapkan imbalan materi, tetapi tentang mempercayai janji-janji Allah.
2. Memberi dengan Kerelaan Hati (2 Korintus 9:7a)
Paulus menekankan bahwa memberi harus dilakukan dengan kerelaan hati. Kata "kerelaan hati" (Yunani: proairetikos) menunjukkan keputusan yang disengaja dan sukarela, bukan karena tekanan atau paksaan.
R.C. Sproul, dalam bukunya "The Holiness of God," menekankan bahwa memberi dengan kerelaan hati adalah respons alami dari hati yang telah diubah oleh kasih karunia Allah. Sproul berpendapat bahwa ketika kita memahami betapa besar kasih karunia yang telah kita terima, kita akan dengan sukarela memberi kepada orang lain.
J.I. Packer, dalam bukunya "Knowing God," melihat bahwa kerelaan hati dalam memberi adalah tanda dari pengenalan akan karakter Allah. Packer menegaskan bahwa Allah adalah Pemberi yang murah hati, dan sebagai anak-anak-Nya, kita dipanggil untuk mencerminkan karakter-Nya dalam hidup kita.
Paulus menekankan bahwa memberi harus dilakukan dengan kerelaan hati. Kata "kerelaan hati" (Yunani: proairetikos) menunjukkan keputusan yang disengaja dan sukarela, bukan karena tekanan atau paksaan.
R.C. Sproul, dalam bukunya "The Holiness of God," menekankan bahwa memberi dengan kerelaan hati adalah respons alami dari hati yang telah diubah oleh kasih karunia Allah. Sproul berpendapat bahwa ketika kita memahami betapa besar kasih karunia yang telah kita terima, kita akan dengan sukarela memberi kepada orang lain.
J.I. Packer, dalam bukunya "Knowing God," melihat bahwa kerelaan hati dalam memberi adalah tanda dari pengenalan akan karakter Allah. Packer menegaskan bahwa Allah adalah Pemberi yang murah hati, dan sebagai anak-anak-Nya, kita dipanggil untuk mencerminkan karakter-Nya dalam hidup kita.
3. Jangan Memberi dengan Sedih Hati atau Paksaan (2 Korintus 9:7b)
Paulus memperingatkan agar kita tidak memberi dengan sedih hati atau karena paksaan. Memberi dengan sikap seperti ini tidak hanya merugikan penerima, tetapi juga merugikan diri sendiri secara rohani.
John MacArthur, dalam bukunya "The Gospel According to Jesus," menekankan bahwa memberi dengan sedih hati atau paksaan adalah tanda dari hati yang belum sepenuhnya memahami kasih karunia Allah. MacArthur berpendapat bahwa memberi haruslah menjadi ekspresi sukacita dan syukur, bukan kewajiban yang memberatkan.
D.A. Carson, dalam bukunya "The Cross and Christian Ministry," melihat bahwa memberi dengan sukacita adalah respons terhadap pengorbanan Kristus di kayu salib. Carson menegaskan bahwa ketika kita merenungkan kasih Kristus yang tak terbatas, kita akan terdorong untuk memberi dengan hati yang penuh syukur.
Paulus memperingatkan agar kita tidak memberi dengan sedih hati atau karena paksaan. Memberi dengan sikap seperti ini tidak hanya merugikan penerima, tetapi juga merugikan diri sendiri secara rohani.
John MacArthur, dalam bukunya "The Gospel According to Jesus," menekankan bahwa memberi dengan sedih hati atau paksaan adalah tanda dari hati yang belum sepenuhnya memahami kasih karunia Allah. MacArthur berpendapat bahwa memberi haruslah menjadi ekspresi sukacita dan syukur, bukan kewajiban yang memberatkan.
D.A. Carson, dalam bukunya "The Cross and Christian Ministry," melihat bahwa memberi dengan sukacita adalah respons terhadap pengorbanan Kristus di kayu salib. Carson menegaskan bahwa ketika kita merenungkan kasih Kristus yang tak terbatas, kita akan terdorong untuk memberi dengan hati yang penuh syukur.
4. Allah Mengasihi Pemberi yang Sukacita (2 Korintus 9:7c)
Paulus mengakhiri dengan pernyataan bahwa Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Kata "mengasihi" (Yunani: agapao) menunjukkan kasih ilahi yang mendalam dan penuh perhatian.
Wayne Grudem, dalam bukunya "Systematic Theology," menekankan bahwa memberi dengan sukacita adalah bentuk ibadah yang menyenangkan hati Allah. Grudem berpendapat bahwa Allah tidak hanya memperhatikan apa yang kita berikan, tetapi juga sikap hati kita saat memberi.
Louis Berkhof, dalam bukunya "Systematic Theology," juga menegaskan bahwa memberi dengan sukacita adalah tanda dari kehidupan yang dipenuhi Roh Kudus. Berkhof melihat bahwa ketika kita hidup dalam persekutuan dengan Allah, kita akan secara alami memberi dengan hati yang penuh sukacita.
Kesimpulan
2 Korintus 9:6-7 memberikan prinsip-prinsip yang mendalam tentang memberi dalam kehidupan Kristen. Paulus mengajarkan bahwa memberi adalah bagian dari penatalayanan kita kepada Allah, dan itu harus dilakukan dengan kerelaan hati dan sukacita. Dengan mempertimbangkan penafsiran dari para pakar teologi Reformed, kita dapat melihat bahwa ayat-ayat ini mengajarkan kita untuk memberi sebagai respons terhadap kasih karunia Allah, mempercayai penyediaan-Nya, dan mencerminkan karakter-Nya yang murah hati.
Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, kita dapat hidup sebagai pemberi yang menyenangkan hati Allah dan menjadi berkat bagi orang lain. Memberi bukan hanya tentang materi, tetapi tentang sikap hati yang dipenuhi dengan kasih, syukur, dan iman kepada Allah.
Paulus mengakhiri dengan pernyataan bahwa Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Kata "mengasihi" (Yunani: agapao) menunjukkan kasih ilahi yang mendalam dan penuh perhatian.
Wayne Grudem, dalam bukunya "Systematic Theology," menekankan bahwa memberi dengan sukacita adalah bentuk ibadah yang menyenangkan hati Allah. Grudem berpendapat bahwa Allah tidak hanya memperhatikan apa yang kita berikan, tetapi juga sikap hati kita saat memberi.
Louis Berkhof, dalam bukunya "Systematic Theology," juga menegaskan bahwa memberi dengan sukacita adalah tanda dari kehidupan yang dipenuhi Roh Kudus. Berkhof melihat bahwa ketika kita hidup dalam persekutuan dengan Allah, kita akan secara alami memberi dengan hati yang penuh sukacita.
Kesimpulan
2 Korintus 9:6-7 memberikan prinsip-prinsip yang mendalam tentang memberi dalam kehidupan Kristen. Paulus mengajarkan bahwa memberi adalah bagian dari penatalayanan kita kepada Allah, dan itu harus dilakukan dengan kerelaan hati dan sukacita. Dengan mempertimbangkan penafsiran dari para pakar teologi Reformed, kita dapat melihat bahwa ayat-ayat ini mengajarkan kita untuk memberi sebagai respons terhadap kasih karunia Allah, mempercayai penyediaan-Nya, dan mencerminkan karakter-Nya yang murah hati.
Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, kita dapat hidup sebagai pemberi yang menyenangkan hati Allah dan menjadi berkat bagi orang lain. Memberi bukan hanya tentang materi, tetapi tentang sikap hati yang dipenuhi dengan kasih, syukur, dan iman kepada Allah.