5 Mitos tentang Calvinisme yang Sering Disalahpahami

5 Mitos tentang Calvinisme yang Sering Disalahpahami

Pendahuluan:

Calvinisme adalah salah satu tradisi teologi dalam Kekristenan yang sering kali disalahpahami, baik oleh orang di luar maupun di dalam komunitas Kristen itu sendiri. Banyak mitos beredar mengenai ajaran ini, terutama terkait doktrin keselamatan, kehendak bebas, dan sifat Allah. Beberapa dari mitos ini berasal dari ketidaktahuan, sementara yang lain muncul karena penyimpangan dalam pengajaran.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lima mitos populer tentang Calvinisme dan melihat bagaimana para teolog Reformed memberikan klarifikasi terhadapnya.

1. Calvinisme Mengajarkan Fatalisme (Takdir Buta)

Mitos:

Calvinisme sering dituduh sebagai ajaran yang fatalistik, yaitu mengajarkan bahwa semua hal telah ditetapkan secara mutlak dan manusia hanyalah pion dalam permainan Tuhan. Dengan kata lain, tidak ada yang bisa dilakukan manusia untuk mengubah nasibnya, termasuk dalam hal keselamatan.

Fakta:

Teologi Reformed memang menekankan doktrin predestinasi, tetapi ini tidak berarti bahwa Calvinisme mengajarkan fatalisme. John Calvin sendiri menolak pandangan bahwa manusia hanyalah "robot" yang dikendalikan oleh Tuhan tanpa tanggung jawab.

Seperti yang dijelaskan oleh R.C. Sproul, fatalisme adalah konsep bahwa segala sesuatu terjadi karena ketidaksengajaan atau hukum alam yang tidak bisa dikendalikan. Namun, dalam Calvinisme, Allah secara aktif dan berdaulat bekerja di dalam sejarah manusia dengan hikmat dan kasih-Nya. Predestinasi dalam teologi Reformed bukanlah hasil dari kebetulan atau kekuatan impersonal, tetapi keputusan Allah yang penuh kasih dan berdasarkan tujuan kekal-Nya (Efesus 1:4-5).

John Piper juga menjelaskan bahwa kehendak manusia tetap berperan dalam rencana Tuhan. Tuhan tidak hanya menetapkan hasil, tetapi juga cara-cara untuk mencapai hasil tersebut, termasuk doa, penginjilan, dan pertobatan.

👉 Kesimpulan: Calvinisme tidak mengajarkan bahwa manusia hanyalah pion yang tidak memiliki kehendak. Sebaliknya, Allah bekerja secara berdaulat dalam cara yang tidak meniadakan tanggung jawab manusia.

2. Calvinisme Menolak Kehendak Bebas Manusia

Mitos:

Banyak orang berpikir bahwa Calvinisme mengajarkan bahwa manusia tidak memiliki kehendak bebas sama sekali dan semua tindakan manusia dikendalikan sepenuhnya oleh Tuhan.

Fakta:

Teologi Reformed memang menekankan bahwa manusia dalam keadaan jatuh tidak dapat memilih Allah dengan sendirinya (Roma 3:10-12). Namun, ini tidak berarti bahwa manusia tidak memiliki kehendak sama sekali.

Menurut Jonathan Edwards, manusia memiliki kehendak bebas dalam arti bahwa mereka dapat memilih sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Namun, setelah kejatuhan Adam, keinginan manusia telah diperbudak oleh dosa, sehingga manusia secara alami tidak menginginkan Allah kecuali jika Allah mengubah hatinya terlebih dahulu.

John Calvin sendiri menjelaskan bahwa ada perbedaan antara kehendak bebas secara alami dan kehendak bebas yang telah diperbudak oleh dosa. Manusia tetap memiliki kehendak, tetapi kehendaknya telah dikorupsi oleh dosa dan hanya anugerah Allah yang bisa membebaskannya.

👉 Kesimpulan: Calvinisme tidak menolak kehendak bebas manusia, tetapi mengajarkan bahwa kehendak manusia dalam dosa tidak mampu memilih Allah kecuali jika Tuhan terlebih dahulu mengubah hati mereka.

3. Calvinisme Tidak Percaya pada Penginjilan

Mitos:

Karena Calvinisme mengajarkan bahwa Tuhan telah memilih siapa yang akan diselamatkan (doktrin pemilihan), banyak orang berpikir bahwa tidak ada gunanya memberitakan Injil atau melakukan misi.

Fakta:

Calvinisme sangat mendukung penginjilan dan misi. Dalam sejarah gereja, banyak misionaris besar adalah orang-orang Reformed, seperti William Carey (Bapak Misi Modern) dan David Brainerd.

John Calvin sendiri menulis bahwa penginjilan adalah sarana yang Tuhan pakai untuk membawa umat pilihan-Nya kepada keselamatan. Allah tidak hanya menetapkan siapa yang akan diselamatkan, tetapi juga menetapkan cara keselamatan mereka, yaitu melalui pemberitaan Injil (Roma 10:14-17).

Charles Spurgeon, seorang pengkhotbah Reformed, dengan tegas menyatakan:

"Jika Tuhan telah menetapkan orang-orang untuk diselamatkan, maka kita harus bekerja lebih giat untuk mencari mereka dan memberitakan Injil kepada mereka!"

👉 Kesimpulan: Calvinisme justru memberikan dasar yang kuat untuk penginjilan karena percaya bahwa Allah pasti akan menyelamatkan umat pilihan-Nya melalui pemberitaan Injil.

4. Calvinisme Mengajarkan Bahwa Allah Tidak Mengasihi Semua Orang

Mitos:

Banyak yang berpikir bahwa Calvinisme mengajarkan bahwa Allah hanya mengasihi orang-orang pilihan-Nya dan tidak memiliki kasih bagi semua manusia.

Fakta:

Teologi Reformed membedakan antara kasih umum Allah dan kasih khusus Allah.

  1. Kasih umum adalah kasih Allah kepada seluruh dunia, di mana Ia memberikan berkat umum seperti matahari, hujan, dan kehidupan kepada semua orang (Matius 5:45).
  2. Kasih khusus adalah kasih Allah yang menyelamatkan, yang diberikan kepada umat pilihan-Nya.

Seperti yang dijelaskan oleh J.I. Packer, kasih Allah tidak bertentangan dengan doktrin pemilihan. Allah tetap menunjukkan kebaikan-Nya kepada semua orang, tetapi kasih yang menyelamatkan diberikan kepada mereka yang telah ditentukan-Nya untuk menerima keselamatan.

👉 Kesimpulan: Calvinisme tidak mengajarkan bahwa Allah tidak mengasihi semua orang. Sebaliknya, Allah memiliki kasih umum bagi semua orang dan kasih khusus bagi mereka yang dipilih-Nya untuk keselamatan.

5. Calvinisme Berasal dari John Calvin, Bukan dari Alkitab

Mitos:

Beberapa orang berpikir bahwa Calvinisme adalah sistem teologi yang dibuat oleh John Calvin dan tidak memiliki dasar Alkitabiah.

Fakta:

Meskipun Calvinisme dinamai dari John Calvin, doktrin-doktrinnya berasal langsung dari ajaran Alkitab. Calvin sendiri tidak mengklaim menciptakan sistem teologi baru, tetapi hanya menegaskan apa yang sudah diajarkan dalam Kitab Suci.

Beberapa ayat yang menjadi dasar utama Calvinisme antara lain:

  • Total Depravity (Kerusakan Total): Roma 3:10-12
  • Unconditional Election (Pemilihan Tanpa Syarat): Efesus 1:4-5
  • Limited Atonement (Penebusan Terbatas): Yohanes 10:11, 15
  • Irresistible Grace (Anugerah yang Tidak Dapat Ditolak): Yohanes 6:37, 44
  • Perseverance of the Saints (Ketekunan Orang Kudus): Filipi 1:6

John MacArthur menjelaskan bahwa Calvinisme adalah ekspresi sistematis dari doktrin anugerah yang diajarkan di seluruh Alkitab.

👉 Kesimpulan: Calvinisme bukanlah buatan John Calvin, tetapi merupakan sistem teologi yang berdasarkan pada ajaran Alkitab.

Kesimpulan

Calvinisme sering disalahpahami karena kurangnya pemahaman yang benar mengenai ajarannya. Lima mitos yang telah kita bahas di atas menunjukkan bahwa banyak dari tuduhan terhadap Calvinisme tidak akurat dan sering kali merupakan penyederhanaan yang keliru.

Sebagai orang percaya, penting bagi kita untuk memahami ajaran-ajaran iman kita dengan benar, bukan berdasarkan asumsi atau kesalahpahaman, tetapi berdasarkan Firman Tuhan. Seperti kata John Calvin,

"Tanpa pengetahuan tentang Tuhan, kita tidak bisa mengenal diri kita sendiri."

Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post