Habakuk 2:9-13: Peringatan bagi Orang yang Tamak
Pendahuluan:
Nabi Habakuk menerima penglihatan dari Tuhan tentang hukuman yang akan datang atas bangsa Babel. Dalam Habakuk 2:9-13, Tuhan memberikan peringatan keras terhadap keserakahan, ketidakadilan, dan kekerasan yang dilakukan oleh bangsa yang lalim. Ayat-ayat ini berisi kutukan (woe) kepada mereka yang membangun kekayaan dengan cara yang curang dan merugikan orang lain.
Dari perspektif teologi Reformed, ayat-ayat ini menekankan keadilan Allah, akibat dosa keserakahan, dan kebinasaan yang menanti mereka yang membangun hidupnya di atas kelaliman. Dalam artikel ini, kita akan membahas ayat-ayat ini berdasarkan pandangan beberapa teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan Charles Hodge.
Teks Habakuk 2:9-13 (AYT);"Celakalah orang yang mengambil untung yang haram bagi keluarganya, yang menaruh sarangnya di tempat tinggi untuk melepaskan dirinya dari cengkeraman malapetaka!" (Habakuk 2:9)"Kamu telah merancangkan malu atas keluargamu dengan menghabisi banyak suku bangsa, dengan demikian kamu telah berbuat dosa terhadap dirimu sendiri." (Habakuk 2:10)"Sesungguhnya, batu-batu akan berteriak dari tembok, dan balok kayu dari rangka rumah akan menjawab," (Habakuk 2:11)"Celakalah orang yang membangun kota di atas darah, dan meletakkan dasar bentengnya dengan kelaliman!" (Habakuk 2:12)"Lihat, bukankah dari TUHAN, semesta alam, bahwa bangsa-bangsa melelahkan diri untuk sesuatu yang akan dilalap api, dan suku-suku bangsa menjadi lelah untuk hal yang sia-sia?" (Habakuk 2:13)
1. Celaka bagi Mereka yang Tamak (Habakuk 2:9)
Habakuk menyoroti orang yang mengambil untung secara tidak jujur dan membangun kekayaannya untuk melindungi dirinya sendiri dari kesulitan.
John Calvin: Dosa Keserakahan Menghancurkan
John Calvin dalam Commentary on Habakkuk menekankan bahwa ayat ini berbicara tentang keserakahan dan ketidakadilan. Ia menulis:
"Orang yang mencari keamanan dengan cara yang jahat sebenarnya sedang menyiapkan kehancuran bagi dirinya sendiri."
Menurut Calvin, mereka yang menumpuk kekayaan dengan cara yang curang, pada akhirnya akan kehilangan semua yang mereka kumpulkan karena Allah tidak akan membiarkan ketidakadilan berlangsung selamanya.
Herman Bavinck: Tuhan sebagai Pemilik Segala Sesuatu
Bavinck dalam Reformed Dogmatics menyoroti bahwa kekayaan bukanlah tujuan hidup yang sejati dan bahwa manusia adalah pengelola, bukan pemilik mutlak dari harta benda mereka. Ia menulis:
"Kekayaan yang diperoleh dengan cara yang tidak benar bukanlah berkat, tetapi kutuk yang akan mendatangkan kehancuran bagi pemiliknya."
Dari perspektif Reformed, semua yang kita miliki berasal dari Tuhan, dan kita dipanggil untuk mengelolanya dengan bijaksana, bukan dengan keserakahan.
2. Dosa yang Menghancurkan Keluarga (Habakuk 2:10)
Keserakahan tidak hanya merusak individu, tetapi juga membawa kehancuran bagi keluarganya sendiri.
Louis Berkhof: Dosa Melawan Tuhan dan Diri Sendiri
Dalam Systematic Theology, Louis Berkhof menekankan bahwa dosa tidak hanya berdampak pada orang lain, tetapi juga pada pelakunya sendiri. Ia menulis:
"Orang yang menindas orang lain demi keuntungan pribadi sebenarnya sedang menghancurkan dirinya sendiri di hadapan Allah."
Ini menunjukkan prinsip Alkitab bahwa "siapa menggali lubang akan jatuh ke dalamnya sendiri" (Amsal 26:27).
Hodge: Keserakahan Bertentangan dengan Prinsip Injil
Charles Hodge menyoroti bahwa keserakahan adalah lawan dari kasih dan keadilan. Ia mengatakan:
"Di mana tidak ada kasih, di sana ada kejahatan. Keserakahan adalah bentuk keegoisan yang bertentangan dengan karakter Allah."
Dari perspektif Reformed, keserakahan adalah kebalikan dari panggilan Kristen untuk mengasihi dan melayani sesama.
3. Alam Bersaksi Melawan Ketidakadilan (Habakuk 2:11)
Habakuk menggambarkan bagaimana bahkan batu dan kayu akan bersaksi melawan orang yang membangun kekayaannya di atas dosa.
Calvin: Peringatan Ilahi dalam Alam
Calvin menjelaskan bahwa ayat ini adalah gambaran simbolis tentang keadilan Allah. Ia menulis:
"Bahkan benda mati pun akan bersaksi melawan ketidakadilan, karena seluruh ciptaan tunduk pada keadilan Allah."
Ini menunjukkan bahwa dosa manusia tidak bisa disembunyikan selamanya, karena Allah akan menyatakannya.
Bavinck: Alam sebagai Bagian dari Kehendak Allah
Bavinck menambahkan bahwa alam bukan sekadar benda mati, tetapi bagian dari ciptaan Allah yang berbicara tentang kemuliaan-Nya. Oleh karena itu, ketidakadilan manusia tidak hanya merusak hubungan sosial, tetapi juga hubungan dengan alam dan Tuhan.
4. Celaka bagi Orang yang Membangun di Atas Darah (Habakuk 2:12)
Ayat ini mengutuk mereka yang membangun kekuasaan dan kekayaan mereka melalui kekerasan dan ketidakadilan.
Berkhof: Kerajaan Duniawi vs. Kerajaan Allah
Berkhof membandingkan ayat ini dengan Yesaya 40:8, yang menegaskan bahwa hanya firman Tuhan yang bertahan selamanya. Ia menulis:
"Segala sesuatu yang dibangun di atas dosa dan ketidakadilan tidak akan bertahan lama, tetapi Kerajaan Allah akan tetap tegak untuk selama-lamanya."
Ini menegaskan prinsip bahwa hanya kebenaran yang memiliki masa depan dalam rencana kekal Allah.
Hodge: Kehancuran yang Tak Terelakkan
Hodge menegaskan bahwa bangsa atau individu yang membangun kekayaan dengan cara yang tidak benar akan mengalami kehancuran moral dan spiritual.
"Sejarah membuktikan bahwa kerajaan yang dibangun di atas kekerasan dan ketidakadilan akhirnya akan runtuh, karena keadilan Tuhan tidak bisa dikalahkan."
Ini dapat dilihat dalam kejatuhan Babel, Roma, dan banyak kerajaan lain yang menolak prinsip-prinsip kebenaran Allah.
5. Kesia-siaan Usaha yang Tidak Berpusat pada Allah (Habakuk 2:13)
Ayat terakhir ini menunjukkan bahwa bangsa-bangsa yang bekerja keras untuk membangun kekayaan dan kekuasaan tanpa Tuhan pada akhirnya akan sia-sia.
Calvin: Pekerjaan Tanpa Tuhan adalah Sia-Sia
Calvin mengaitkan ayat ini dengan Mazmur 127:1, yang menyatakan bahwa "Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya."
"Usaha manusia tanpa Allah adalah seperti membangun di atas pasir yang tidak memiliki dasar yang kokoh."
Bavinck: Hanya yang Bersandar pada Tuhan yang Bertahan
Bavinck menekankan bahwa hidup yang tidak berpusat pada Tuhan pada akhirnya akan hancur. Ia menulis:
"Dunia menawarkan kemuliaan yang sementara, tetapi hanya dalam Tuhan ada hidup yang kekal dan makna yang sejati."
Ini mengingatkan kita bahwa harta duniawi bersifat sementara, tetapi kebenaran Allah kekal selamanya.
Kesimpulan
Habakuk 2:9-13 memberikan peringatan serius terhadap keserakahan, ketidakadilan, dan usaha manusia yang tidak berpusat pada Allah. Dari perspektif teologi Reformed, ayat ini menegaskan bahwa:
- Dosa keserakahan membawa kehancuran (Calvin, Bavinck).
- Dosa tidak hanya merugikan orang lain tetapi juga menghancurkan pelakunya sendiri (Berkhof, Hodge).
- Bahkan alam bersaksi melawan ketidakadilan (Calvin, Bavinck).
- Kerajaan yang dibangun di atas dosa akan runtuh (Berkhof, Hodge).
- Usaha manusia tanpa Tuhan adalah sia-sia (Calvin, Bavinck).
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam keadilan, kasih, dan ketergantungan pada Tuhan, karena hanya dalam Dia ada kehidupan yang sejati.
