Kolose 3:12-14: Karakter Umat Pilihan Allah

Pendahuluan:
Surat Kolose ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose, sebuah kota di wilayah Frigia, Asia Kecil. Dalam pasal 3, Paulus menguraikan bagaimana kehidupan orang percaya yang telah "dibangkitkan bersama Kristus" (Kolose 3:1) seharusnya mencerminkan perubahan yang radikal. Ayat 12-14 secara khusus berbicara tentang karakter yang harus dikenakan oleh umat pilihan Allah, yang kudus dan dikasihi.
Artikel ini akan menggali makna ayat-ayat ini dari perspektif teologi Reformed dengan merujuk kepada beberapa pakar teologi, termasuk John Calvin, Matthew Henry, dan R.C. Sproul.
Teks Alkitab Kolose 3:12-14, AYT:"Jadi, sebagai orang-orang pilihan Allah, yang kudus dan yang dikasihi, kenakanlah padamu belas kasih, keramahan, kerendahan hati, kelembutan, dan kesabaran." (Kolose 3:12)"Sabarlah seorang terhadap yang lain, dan saling mengampunilah jika ternyata ada seorang yang bersalah terhadap yang lain. Sama seperti Tuhan telah mengampunimu, maka kamu juga harus saling mengampuni." (Kolose 3:13)"Di atas semua itu, kenakanlah kasih, yang menjadi pengikat yang sempurna." (Kolose 3:14)1. Identitas Orang Percaya dalam Kristus (Kolose 3:12a)
Paulus memulai ayat ini dengan menyebutkan tiga hal yang menjadi identitas orang percaya:
- Orang-orang pilihan Allah
- Yang kudus
- Yang dikasihi
A. Pilihan Allah (Election) dalam Teologi Reformed
Dalam teologi Reformed, doktrin predestinasi atau election (pemilihan) merupakan doktrin utama yang menegaskan bahwa keselamatan adalah anugerah Allah semata. John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menegaskan bahwa pemilihan Allah bukan berdasarkan perbuatan baik manusia, tetapi berdasarkan kehendak Allah yang berdaulat (Efesus 1:4-5).
Kolose 3:12 menunjukkan bahwa orang percaya adalah umat yang dipilih oleh Allah sebelum dunia dijadikan, bukan karena mereka layak, tetapi karena kasih dan rahmat-Nya (Roma 9:16). Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan Kristen bukan dimulai dari usaha manusia, tetapi dari tindakan Allah yang memilih dan menguduskan umat-Nya.
B. Kekudusan dan Kasih Allah
Selain disebut sebagai umat pilihan, orang percaya juga disebut "kudus" dan "dikasihi." Kekudusan di sini tidak hanya berarti terpisah dari dunia, tetapi juga mengalami transformasi karakter yang serupa dengan Kristus (1 Petrus 1:15-16).
R.C. Sproul dalam The Holiness of God menjelaskan bahwa kekudusan bukan hanya atribut moral tetapi juga status yang diberikan Allah kepada umat-Nya. Sementara itu, kasih Allah di sini mencerminkan hubungan perjanjian yang erat, di mana Allah tidak hanya memilih umat-Nya tetapi juga mengasihi mereka dengan kasih yang tidak berubah (Roma 8:38-39).
2. Karakter Orang Percaya yang Harus Dikenakan (Kolose 3:12b-13)
Setelah menegaskan identitas umat pilihan, Paulus memerintahkan orang percaya untuk "mengenakan" sifat-sifat berikut:
- Belas kasih (compassion)
- Keramahan (kindness)
- Kerendahan hati (humility)
- Kelembutan (gentleness)
- Kesabaran (patience)
Matthew Henry dalam komentarnya menjelaskan bahwa karakter ini adalah buah dari kehidupan baru dalam Kristus dan merupakan bukti regenerasi sejati.
a. Karakter Kristus dalam Kehidupan Orang Percaya
Kelima sifat ini adalah cerminan dari karakter Kristus. Paulus menggunakan metafora "mengenakan" (dalam bahasa Yunani, enduo), yang berarti seperti memakai pakaian baru. Ini mengindikasikan bahwa orang percaya harus secara aktif dan sadar memilih untuk hidup sesuai dengan sifat Kristus.
John Calvin menekankan bahwa sifat-sifat ini adalah hasil dari pekerjaan Roh Kudus dalam diri orang percaya. Belas kasih, keramahan, dan kerendahan hati menandakan perubahan batin yang mendalam, bukan sekadar perubahan perilaku eksternal.
b. Saling Mengampuni Sebagai Cerminan Injil (Kolose 3:13)
Dalam ayat 13, Paulus menekankan pentingnya saling mengampuni dengan standar yang sama seperti Tuhan telah mengampuni kita. Ini selaras dengan pengajaran Yesus dalam Doa Bapa Kami (Matius 6:12).
Jonathan Edwards dalam Charity and Its Fruits menekankan bahwa kasih dan pengampunan adalah tanda sejati dari iman yang sejati. Orang yang telah mengalami pengampunan dari Tuhan akan secara alami terdorong untuk mengampuni orang lain.
3. Kasih sebagai Pengikat yang Sempurna (Kolose 3:14)
"Di atas semua itu, kenakanlah kasih, yang menjadi pengikat yang sempurna." (Kolose 3:14, AYT)
Kasih disebut sebagai "pengikat yang sempurna," yang dalam bahasa Yunani syndesmos teleiotetos dapat diartikan sebagai "ikatan yang menyempurnakan."
a. Kasih sebagai Inti Etika Kristen
Menurut R.C. Sproul, kasih dalam Kolose 3:14 merujuk pada kasih agape—kasih yang tidak bersyarat dan berpusat pada pengorbanan, sebagaimana ditunjukkan oleh Kristus di salib (Yohanes 3:16). Kasih ini bukan sekadar emosi, tetapi tindakan nyata yang mencerminkan karakter Allah.
John Stott dalam The Cross of Christ menegaskan bahwa kasih adalah inti dari hukum Taurat dan Injil. Semua karakter Kristen lainnya tidak dapat berfungsi secara sempurna tanpa kasih sebagai dasar dan motivasi.
b. Kasih sebagai Pengikat Kesatuan Tubuh Kristus
Dalam Efesus 4:3, Paulus juga menggunakan kata syndesmos untuk menggambarkan "ikatan damai" yang menjaga kesatuan jemaat. Ini berarti kasih bukan hanya menyempurnakan karakter pribadi, tetapi juga menjaga kesatuan Gereja.
B.B. Warfield menekankan bahwa kasih dalam jemaat bukan hanya sekadar toleransi, tetapi kesediaan untuk berkorban demi kesejahteraan bersama. Tanpa kasih, gereja akan terpecah dan kehilangan kesaksiannya di dunia.
Kesimpulan dan Aplikasi Praktis
Dari pembahasan di atas, kita dapat menarik beberapa kesimpulan penting:
- Identitas orang percaya adalah sebagai umat pilihan Allah yang kudus dan dikasihi. Ini adalah anugerah semata, bukan hasil usaha manusia.
- Karakter yang harus dikenakan adalah belas kasih, keramahan, kerendahan hati, kelembutan, dan kesabaran, yang mencerminkan karakter Kristus.
- Saling mengampuni adalah tanda regenerasi sejati dan refleksi dari kasih karunia Allah yang telah mengampuni kita.
- Kasih adalah pengikat yang sempurna, yang menjaga kesatuan tubuh Kristus dan menyempurnakan segala kebajikan Kristen.
Sebagai aplikasi praktis, kita harus terus berusaha mengenakan karakter Kristus dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam komunitas gereja dan hubungan antar sesama. Dengan hidup dalam kasih, kita tidak hanya mencerminkan Injil, tetapi juga membawa kemuliaan bagi Allah.
Soli Deo Gloria!