Lukas 1:37: Tidak Ada yang Mustahil bagi Allah
“Sebab, tidak ada hal yang mustahil bagi Allah.” (Lukas 1:37, AYT)
Pendahuluan
Lukas 1:37 adalah salah satu ayat yang paling sering dikutip dalam pengajaran Kristen. Ayat ini muncul dalam konteks percakapan antara malaikat Gabriel dan Maria, yang sedang menerima kabar bahwa ia akan mengandung dan melahirkan Yesus, Sang Mesias. Pernyataan Gabriel bahwa "tidak ada hal yang mustahil bagi Allah" bukan hanya relevan bagi Maria, tetapi juga bagi semua orang percaya.
Dalam artikel ini, kita akan menggali makna teologis Lukas 1:37 berdasarkan pandangan para teolog Reformed, memahami relevansinya dalam rencana keselamatan Allah, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Konteks Historis dan Naratif Lukas 1:37
Lukas 1 mengisahkan bagaimana Allah mempersiapkan kelahiran dua tokoh penting dalam Perjanjian Baru: Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus. Dalam pasal ini, kita melihat dua pemberitaan ilahi:
Zakharia dan Elisabet (Lukas 1:5-25)
- Mereka adalah pasangan yang sudah tua dan mandul, tetapi Allah memberi mereka seorang anak, yaitu Yohanes Pembaptis, sebagai penggenapan janji-Nya.
Maria dan Kabar Gembira (Lukas 1:26-38)
- Malaikat Gabriel datang kepada Maria, seorang perawan yang bertunangan dengan Yusuf, dan menyampaikan bahwa ia akan mengandung oleh kuasa Roh Kudus dan melahirkan Yesus, Sang Mesias.
Ketika Maria bertanya bagaimana hal itu bisa terjadi karena ia belum bersuami, Gabriel menjawab bahwa Roh Kudus akan turun atasnya dan kuasa Allah akan menaunginya (Lukas 1:35). Sebagai penguatan, Gabriel juga menyebutkan bahwa Elisabet, yang sudah tua dan mandul, juga sedang mengandung. Ia kemudian menegaskan dengan kata-kata yang sangat kuat: “Sebab, tidak ada hal yang mustahil bagi Allah” (Lukas 1:37).
Eksposisi Lukas 1:37 dalam Teologi Reformed
1. Allah Mahakuasa dan Berdaulat
Teologi Reformed sangat menekankan kedaulatan Allah dalam segala sesuatu, termasuk dalam tindakan-Nya yang melampaui keterbatasan manusia. John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menulis bahwa kemahakuasaan Allah adalah dasar dari iman Kristen. Jika Allah tidak mahakuasa, maka kita tidak memiliki jaminan bahwa janji-janji-Nya akan digenapi.
Ketika Gabriel berkata bahwa "tidak ada yang mustahil bagi Allah," ini mengingatkan kita pada janji-janji Allah yang digenapi dengan cara yang sering kali melampaui akal manusia. Sebagai contoh:
- Allah membelah Laut Merah untuk menyelamatkan Israel (Keluaran 14).
- Sara yang mandul melahirkan Ishak di usia lanjut (Kejadian 18:14).
- Yesus membangkitkan Lazarus yang sudah mati selama empat hari (Yohanes 11:38-44).
Allah bekerja di luar hukum alam ketika diperlukan untuk menggenapi rencana-Nya, menunjukkan bahwa kehendak-Nya lebih tinggi daripada logika manusia.
2. Pengenapan Janji Mesianik
Ayat ini juga menunjukkan bahwa janji Allah tentang kedatangan Mesias pasti akan digenapi. Dalam Perjanjian Lama, banyak nubuat berbicara tentang seorang Juru Selamat yang akan datang dari keturunan Daud (Yesaya 9:6-7, Mikha 5:2). Kelahiran Yesus dari seorang perawan adalah bagian dari rencana ilahi yang telah ditetapkan sebelum dunia dijadikan (Efesus 1:4-5).
Teolog Reformed seperti R.C. Sproul menekankan bahwa kehendak Allah tidak bisa digagalkan oleh manusia atau keadaan dunia. Semua yang Allah rencanakan pasti terjadi, termasuk kelahiran Yesus melalui seorang perawan.
3. Iman dan Ketundukan kepada Allah
Maria merespons berita ini dengan iman yang luar biasa. Dalam Lukas 1:38, ia berkata, “Sesungguhnya, aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Ini adalah contoh dari iman yang tunduk pada kedaulatan Allah.
Reformator seperti Martin Luther melihat Maria sebagai teladan iman yang sejati. Meskipun ia tidak sepenuhnya memahami bagaimana semua ini akan terjadi, ia percaya kepada Allah. Ini mengingatkan kita bahwa iman sejati bukanlah memahami semua detail rencana Allah, tetapi percaya bahwa Dia setia dan sanggup menggenapi janji-Nya.
Makna Teologis Lukas 1:37
Dalam teologi Reformed, Lukas 1:37 meneguhkan beberapa doktrin penting, terutama yang berkaitan dengan kemahakuasaan Allah, providensi-Nya, dan kepercayaan kepada janji-janji-Nya.
1. Kemahakuasaan Allah
John Calvin, seorang teolog besar Reformasi, menekankan bahwa kemahakuasaan Allah mencakup segalanya, baik dalam penciptaan maupun dalam pemeliharaan dunia. Dalam tafsirannya terhadap Lukas 1:37, Calvin menulis:“Kuasa Allah tidak dibatasi oleh hukum alam. Jika Allah berfirman, segala sesuatu terjadi sesuai dengan kehendak-Nya.”
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah tidak terikat oleh hukum-hukum biologis atau batasan manusia. Konsepsi perawan Maria adalah bukti konkret dari kedaulatan Allah atas alam semesta.
2. Kedaulatan dan Providensi Allah
R.C. Sproul, seorang teolog Reformed terkenal, mengajarkan bahwa tidak ada satu molekul pun dalam alam semesta yang berada di luar kendali Allah. Lukas 1:37 menjadi bukti bahwa segala sesuatu berada dalam providensi-Nya. Sproul mengatakan:“Allah tidak hanya mengetahui masa depan, tetapi Dia juga mengatur segala sesuatu sesuai dengan tujuan kekal-Nya.”
Dengan kata lain, keajaiban dalam kisah kelahiran Yesus adalah bagian dari rencana besar Allah untuk keselamatan manusia.
3. Janji Allah Pasti Terpenuhi
Charles Hodge, seorang teolog Reformed abad ke-19, menegaskan bahwa Allah selalu setia kepada janji-janji-Nya. Ketika Allah berjanji kepada Maria bahwa ia akan melahirkan Mesias, itu bukanlah janji yang hampa. Dalam seluruh Alkitab, kita melihat bagaimana Allah memenuhi janji-Nya, meskipun sering kali tampak mustahil.
Aplikasi Lukas 1:37 dalam Kehidupan Kristen
Bagaimana kita dapat menerapkan kebenaran dari ayat ini dalam kehidupan kita sehari-hari?
1. Percaya kepada Allah dalam Situasi yang Sulit
Banyak orang Kristen menghadapi pergumulan besar dalam hidup, seperti penyakit, kesulitan keuangan, atau kehilangan orang yang dikasihi. Lukas 1:37 mengingatkan kita bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah. Dia sanggup melakukan apa yang menurut kita tidak mungkin.
Tim Keller, seorang teolog Reformed, sering berbicara tentang bagaimana iman Kristen bukanlah percaya bahwa Allah akan memberikan semua yang kita inginkan, tetapi percaya bahwa Dia memiliki rencana yang jauh lebih baik daripada yang bisa kita pahami.
2. Menyerahkan Hidup kepada Rencana Allah
Seperti Maria, kita dipanggil untuk berkata, “Jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Ini berarti kita harus menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Allah, bahkan ketika kita tidak mengerti mengapa hal-hal tertentu terjadi dalam hidup kita.
Jonathan Edwards dalam doanya yang terkenal berkata:“Aku sepenuhnya menjadi milik-Mu. Aku menyerahkan seluruh hidupku kepada kehendak-Mu.”
Ini adalah sikap yang harus dimiliki setiap orang percaya.
3. Berpegang Teguh pada Janji Allah
Ketika kita merasa lemah dan ragu, kita harus mengingat bahwa Allah tidak pernah gagal menepati janji-Nya. Paulus berkata dalam 2 Korintus 1:20, “Sebab, semua janji Allah di dalam Dia adalah ‘ya’ dan di dalam Dia adalah ‘amin’ untuk kemuliaan Allah melalui kita.”
Martyn Lloyd-Jones berkata:“Janji Allah lebih nyata daripada keadaan kita. Jika Allah telah berfirman, Dia pasti akan menggenapinya.”
Allah tidak akan meninggalkan kita atau gagal menggenapi rencana-Nya dalam hidup kita.
4. Mengandalkan Roh Kudus dalam Tugas dan Panggilan Kita
Maria diberikan tugas yang tampaknya mustahil: melahirkan dan membesarkan Sang Juruselamat dunia. Tetapi, Roh Kudus memampukannya.
Dalam pelayanan atau panggilan hidup kita, kita mungkin merasa tidak mampu. Namun, seperti yang dikatakan oleh A.W. Tozer: “Ketika Allah memanggil seseorang untuk tugas tertentu, Dia juga menyediakan kuasa-Nya untuk menyelesaikannya.”
Kesimpulan
Lukas 1:37 adalah ayat yang penuh dengan pengharapan dan kekuatan. Ayat ini menegaskan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah, baik dalam rencana keselamatan-Nya maupun dalam kehidupan kita sehari-hari.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk:
✅ Percaya kepada kemahakuasaan dan kedaulatan Allah.
✅ Menyerahkan hidup kita kepada-Nya dengan iman yang penuh.
✅ Berpegang teguh pada janji-janji-Nya, terutama dalam situasi sulit.
Mari kita hidup dalam keyakinan bahwa Allah kita adalah Allah yang setia dan mahakuasa, yang selalu menggenapi janji-Nya!