Rencana untuk Membunuh Yesus: Yohanes 11:47-48
Pendahuluan:
Yohanes 11:47-48 mencatat salah satu peristiwa penting dalam perjalanan pelayanan Yesus di dunia, di mana para pemimpin agama Yahudi semakin keras berusaha untuk membunuh-Nya. Setelah kebangkitan Lazarus, Yesus semakin menarik perhatian banyak orang, dan hal ini membuat para pemimpin Yahudi merasa terancam.
"Karena itu, imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mengadakan pertemuan Sanhedrin dan berkata, 'Apa yang akan kita lakukan? Sebab, Orang ini melakukan banyak tanda ajaib.'" (Yohanes 11:47, AYT)
"Jika kita membiarkan Dia terus seperti ini, semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang untuk merampas tempat ini dan bangsa kita." (Yohanes 11:48, AYT)
Dalam perspektif teologi Reformed, ayat ini mengungkap konflik antara kedaulatan Allah dan kebebasan manusia dalam rencana keselamatan-Nya. Meski pemimpin Yahudi ingin membunuh Yesus, Allah menggunakan rencana jahat mereka untuk menggenapi penebusan di kayu salib. Artikel ini akan membahas makna Yohanes 11:47-48, bagaimana peristiwa ini menggambarkan rencana Allah yang berdaulat, serta bagaimana para teolog Reformed menjelaskan makna teologis dari ayat ini.
Eksposisi Yohanes 11:47-48
1. "Karena Itu, Imam-Imam Kepala dan Orang-Orang Farisi Mengadakan Pertemuan Sanhedrin" (Yohanes 11:47a)
Bagian pertama dari ayat ini menunjukkan bahwa para pemimpin Yahudi semakin serius dalam upaya mereka untuk menyingkirkan Yesus.
Siapa Sanhedrin?
- Sanhedrin adalah lembaga tertinggi dalam hukum dan agama Yahudi, terdiri dari imam-imam kepala, orang-orang Farisi, dan ahli Taurat.
- Mereka memiliki otoritas dalam masalah keagamaan dan hukum, tetapi berada di bawah kekuasaan Romawi dalam urusan politik.
- Keputusan Sanhedrin sangat berpengaruh, terutama dalam peristiwa penyaliban Yesus.
John MacArthur dalam Biblical Doctrine menulis:"Sanhedrin adalah kelompok yang memiliki pengaruh besar atas bangsa Yahudi, tetapi dalam kehendak Allah, mereka justru menjadi alat untuk menggenapi rencana penebusan Kristus."
Keputusan Sanhedrin bukan sekadar konflik politik, tetapi juga bagian dari penggenapan rencana Allah dalam keselamatan umat manusia.
2. "Apa yang Akan Kita Lakukan? Sebab, Orang Ini Melakukan Banyak Tanda Ajaib." (Yohanes 11:47b)
Para pemimpin Yahudi mengakui bahwa Yesus melakukan banyak tanda ajaib, tetapi mereka tidak mau menerima kebenaran-Nya.
Mengapa Mereka Menolak Yesus?
- Ketakutan akan kehilangan kekuasaan – Yesus semakin dikenal sebagai Mesias, dan mereka takut kehilangan otoritas mereka.
- Hati yang keras – Mereka tidak dapat menerima bahwa Yesus adalah penggenapan hukum Taurat (Yohanes 5:39-40).
- Mereka lebih mengutamakan kepentingan politik – Mereka khawatir pengaruh Yesus akan mengganggu stabilitas di bawah kekuasaan Romawi.
John Calvin dalam Commentary on John menulis:"Para pemimpin agama tidak menolak Yesus karena kurangnya bukti, tetapi karena hati mereka telah tertutup oleh ambisi dan kesombongan spiritual."
Penolakan terhadap Yesus bukan karena kurangnya tanda-tanda ajaib, tetapi karena hati manusia yang berdosa tidak dapat menerima kebenaran tanpa pekerjaan Roh Kudus.
3. "Jika Kita Membiarkan Dia Terus Seperti Ini, Semua Orang Akan Percaya kepada-Nya" (Yohanes 11:48a)
Pernyataan ini menunjukkan ketakutan utama para pemimpin Yahudi, yaitu bahwa Yesus akan mendapatkan lebih banyak pengikut.
Mengapa Mereka Takut Banyak Orang Percaya kepada Yesus?
- Jika semakin banyak orang mengakui Yesus sebagai Mesias, otoritas Sanhedrin akan semakin lemah.
- Mereka takut bahwa gerakan Yesus akan memicu pemberontakan, yang bisa mengakibatkan intervensi militer Romawi.
- Kepercayaan kepada Yesus bertentangan dengan sistem keagamaan mereka yang legalistik, yang menekankan hukum Taurat di atas kasih karunia.
Jonathan Edwards dalam Religious Affections menulis:"Penolakan terhadap Injil bukanlah karena kekurangan bukti, tetapi karena manusia lebih mencintai kegelapan daripada terang."
Banyak orang lebih memilih agama yang legalistik dan ritualistik daripada iman yang sejati kepada Kristus.
4. "Orang-Orang Roma Akan Datang untuk Merampas Tempat Ini dan Bangsa Kita." (Yohanes 11:48b)
Para pemimpin Yahudi takut bahwa pengaruh Yesus akan menyebabkan konflik politik dengan Romawi, yang dapat mengancam status mereka.
Apa yang Mereka Takutkan?
- "Tempat ini" merujuk pada Bait Allah dan kota Yerusalem, yang menjadi pusat keagamaan dan politik Yahudi.
- Mereka takut bahwa Roma akan menghancurkan Yerusalem jika gerakan Yesus dianggap sebagai pemberontakan.
- Ironisnya, ketakutan mereka justru menjadi kenyataan ketika Yerusalem dihancurkan oleh Romawi pada tahun 70 M, bukan karena Yesus, tetapi karena pemberontakan Yahudi sendiri.
R.C. Sproul dalam The Holiness of God menegaskan:"Orang-orang Farisi lebih takut kehilangan kekuasaan politik mereka daripada mencari kebenaran sejati yang ada dalam Kristus."
Mereka lebih mementingkan keamanan politik daripada keselamatan rohani, sehingga mereka menolak Mesias yang telah datang untuk menyelamatkan mereka.
Makna Teologis dalam Teologi Reformed
1. Kedaulatan Allah dalam Rencana Keselamatan
- Meski Sanhedrin berusaha membunuh Yesus, Allah tetap mengendalikan semua peristiwa untuk menggenapi rencana keselamatan-Nya.
- Penyaliban Yesus bukanlah kecelakaan sejarah, tetapi bagian dari rencana Allah yang telah ditetapkan sejak semula (Kisah Para Rasul 2:23).
John MacArthur dalam The Sovereignty of God menulis:"Bahkan dalam pemberontakan manusia, Allah tetap berdaulat dan menggunakan semua hal untuk menggenapi tujuan-Nya."
2. Kesombongan Rohani dan Penolakan terhadap Kebenaran
- Para pemimpin agama menolak Yesus bukan karena kurangnya bukti, tetapi karena hati mereka telah dibutakan oleh dosa.
- Ini mengajarkan bahwa tanpa anugerah Allah, manusia tidak dapat menerima kebenaran Injil (1 Korintus 2:14).
Jonathan Edwards dalam The Freedom of the Will menulis:"Manusia dalam keadaan berdosa tidak akan pernah memilih Allah kecuali jika hati mereka diubah oleh Roh Kudus."
3. Keselamatan Tidak Bergantung pada Sistem Agama
- Para pemimpin Yahudi ingin mempertahankan sistem agama mereka, tetapi mereka gagal memahami bahwa keselamatan hanya ada dalam Kristus (Yohanes 14:6).
- Sola fide (iman saja) dan sola gratia (kasih karunia saja) adalah dasar keselamatan dalam teologi Reformed.
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menegaskan:"Keselamatan bukan melalui sistem keagamaan manusia, tetapi hanya melalui karya Kristus yang sempurna."
Aplikasi dalam Kehidupan Kristen
1. Jangan Menolak Kebenaran karena Kepentingan Pribadi
- Jangan sampai kita seperti Sanhedrin, yang menolak Yesus demi mempertahankan status dan kekuasaan.
- Pilihlah kebenaran Injil, meskipun itu menantang tradisi atau kenyamanan kita.
2. Percaya bahwa Allah Berdaulat dalam Segala Hal
- Meski dunia tampak kacau, Allah tetap mengendalikan segala sesuatu untuk kemuliaan-Nya.
- Jangan takut menghadapi tantangan, karena Tuhan yang berdaulat memegang masa depan kita.
3. Berpegang Teguh pada Injil yang Sejati
- Jangan terjebak dalam agama yang hanya berfokus pada aturan lahiriah, tetapi hiduplah dalam anugerah Kristus.
- Keselamatan hanya ada dalam Yesus, bukan dalam tradisi atau hukum manusia.
Kesimpulan
Yohanes 11:47-48 menunjukkan bagaimana para pemimpin Yahudi merencanakan untuk membunuh Yesus karena ketakutan dan kesombongan mereka.
Dari perspektif teologi Reformed, kita belajar bahwa:
- Allah tetap berdaulat dalam rencana keselamatan, bahkan melalui pemberontakan manusia.
- Tanpa anugerah Tuhan, manusia akan menolak Injil karena hati mereka yang berdosa.
- Keselamatan hanya melalui Kristus, bukan melalui sistem agama manusia.
Sebagai orang percaya, kita harus tetap teguh dalam iman dan percaya bahwa Allah sedang menggenapi rencana-Nya dalam hidup kita.