Roma 12:10: Hidup dalam Kasih Persaudaraan dan Menghormati Sesama
Pendahuluan:
Roma 12:10 berbunyi:"Hendaklah kamu saling mengasihi dengan kasih persaudaraan dan saling mendahului dalam memberi hormat." (AYT)
Ayat ini merupakan bagian dari nasihat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma tentang bagaimana mereka harus hidup sebagai orang percaya yang telah mengalami kasih karunia Allah. Paulus mengajarkan bahwa kasih bukan hanya sebuah konsep teologis, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata terhadap sesama orang percaya.
Dalam teologi Reformed, ayat ini berhubungan erat dengan sanctification (pengudusan), the body of Christ (tubuh Kristus), dan Christian ethics (etika Kristen). Artikel ini akan membahas Roma 12:10 secara mendalam berdasarkan perspektif para teolog Reformed, menguraikan makna teologisnya, serta memberikan aplikasi praktis bagi kehidupan orang percaya.
Eksposisi Roma 12:10 dalam Konteks Alkitab
Roma 12 adalah salah satu bagian terpenting dalam surat Paulus yang berbicara tentang kehidupan praktis orang percaya setelah memahami doktrin keselamatan yang dijelaskan dalam pasal 1-11.
1. “Hendaklah kamu saling mengasihi dengan kasih persaudaraan”
Dalam bahasa Yunani, frasa ini adalah Philostorgoi allelois tē philadelphia (φιλοστοργοὶ ἀλλήλοις τῇ φιλαδελφίᾳ).
Kasih yang bersifat keluarga
- Kata philostorgoi berasal dari kata storgē, yang berarti kasih alami seperti kasih dalam keluarga. Ini menunjukkan bahwa kasih di antara orang percaya seharusnya seerat kasih antara anggota keluarga.
- John MacArthur dalam The MacArthur New Testament Commentary menjelaskan bahwa orang Kristen harus memandang satu sama lain sebagai saudara dan saudari dalam Kristus, dengan rasa memiliki dan kepedulian yang mendalam.
Philadelphia: Kasih Persaudaraan dalam Kristus
- Kata philadelphia merujuk pada kasih antara saudara seiman.
- R.C. Sproul dalam The Holiness of God menegaskan bahwa kasih ini bukan sekadar emosi, tetapi merupakan bentuk kesetiaan dan pengorbanan demi kepentingan sesama orang percaya.
2. “Saling mendahului dalam memberi hormat”
Dalam bahasa Yunani, frasa ini adalah tē timē allēlous proēgoumenoi (τῇ τιμῇ ἀλλήλους προηγούμενοι).
Hormati Orang Lain Lebih dari Diri Sendiri
- Kata timē berarti "harga" atau "kehormatan." Paulus mendorong orang percaya untuk mengutamakan kehormatan sesama di atas kepentingan pribadi.
- John Calvin dalam Commentary on Romans menekankan bahwa mengutamakan orang lain berarti bersikap rendah hati, bukan mencari pujian untuk diri sendiri.
Bersaing dalam Memberikan Hormat
- Kata proēgoumenoi berarti "mendahului" atau "berlomba." Paulus bukan hanya meminta kita menghormati sesama, tetapi juga berusaha menjadi yang pertama dalam memberikan penghormatan.
- Tim Keller dalam Romans for You menjelaskan bahwa orang Kristen seharusnya berkompetisi bukan untuk mencari kehormatan bagi diri sendiri, tetapi untuk menunjukkan penghormatan kepada orang lain terlebih dahulu.
Makna Teologis Roma 12:10 dalam Pandangan Reformed
1. Kasih sebagai Buah Pengudusan (Sanctification)
Roma 12:10 berbicara tentang sanctification—proses di mana orang percaya bertumbuh dalam kekudusan dan menjadi semakin serupa dengan Kristus.
Kasih sebagai Bukti Hidup Baru
- 1 Yohanes 4:7 mengatakan, "Marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah."
- Louis Berkhof dalam Systematic Theology menjelaskan bahwa kasih persaudaraan merupakan bukti nyata bahwa seseorang telah dilahirkan kembali dan sedang dalam proses pengudusan.
Kasih Tidak Bisa Dipisahkan dari Iman Sejati
- Jonathan Edwards dalam Charity and Its Fruits menekankan bahwa iman sejati selalu menghasilkan kasih yang nyata dalam tindakan.
- Ini sesuai dengan Yakobus 2:17 yang mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati.
2. Tubuh Kristus: Kesatuan dalam Keberagaman
Roma 12 menekankan bahwa gereja adalah tubuh Kristus yang terdiri dari banyak anggota dengan fungsi yang berbeda-beda.
Kesatuan dalam Perbedaan
- 1 Korintus 12:12-13 menegaskan bahwa setiap orang percaya adalah bagian dari tubuh Kristus.
- John Piper dalam Desiring God menjelaskan bahwa kasih persaudaraan seharusnya melampaui perbedaan ras, budaya, dan status sosial di dalam gereja.
Menghormati sebagai Wujud Kesatuan
- Efesus 4:2-3 mengajarkan untuk “rendah hati, lemah lembut, sabar, dan saling mendukung dalam kasih.”
- R.C. Sproul menjelaskan bahwa gereja yang sehat adalah gereja di mana setiap anggota menghormati satu sama lain, bukan saling menjatuhkan atau mencari keuntungan pribadi.
3. Rendah Hati sebagai Cerminan Kristus
Kristus sebagai Teladan Utama dalam Menghormati Orang Lain
- Filipi 2:3-4: “Hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari dirinya sendiri.”
- John Stott dalam The Cross of Christ menegaskan bahwa kehidupan Kristus adalah teladan sempurna dalam hal mengutamakan orang lain, bahkan sampai mati di kayu salib.
Hormati Orang Lain Sebagaimana Allah Menghormati Mereka
- Kejadian 1:27 menegaskan bahwa semua manusia diciptakan menurut gambar Allah.
- Calvin dalam Institutes of the Christian Religion mengatakan bahwa karena setiap manusia memiliki martabat ilahi, kita harus menghormati mereka dengan penuh kasih.
Arti Teologis Roma 12:10 dalam Perspektif Teologi Reformed
Ayat ini menekankan dua aspek utama dalam kehidupan Kristen: kasih persaudaraan (Philadelphia) dan saling menghormati. Dalam perspektif teologi Reformed, kasih persaudaraan dan sikap saling menghormati merupakan manifestasi dari karya keselamatan Allah dalam kehidupan orang percaya. Paulus tidak hanya memberikan perintah moral, tetapi juga menunjukkan bagaimana hidup yang telah diubahkan oleh anugerah Allah harus tercermin dalam relasi dengan sesama.
1. Kasih Persaudaraan sebagai Bukti Iman Sejati
Roma 12:10 memerintahkan orang percaya untuk mengasihi dengan kasih persaudaraan (Philadelphia). Dalam teologi Reformed, kasih persaudaraan bukan sekadar emosi, tetapi merupakan hasil dari anugerah Allah yang bekerja dalam hati orang percaya.
John Calvin dalam Commentary on Romans menegaskan bahwa kasih persaudaraan adalah bukti nyata dari iman sejati. Kasih ini tidak didasarkan pada persamaan latar belakang atau kepentingan pribadi, tetapi pada fakta bahwa semua orang percaya adalah anggota dari tubuh Kristus. Calvin menyatakan:
“Kasih yang sejati tidak mencari keuntungan diri sendiri, tetapi mengutamakan kesejahteraan orang lain sebagai tanda kasih yang berasal dari Allah.”
Martin Lloyd-Jones dalam Romans: Exposition of Chapter 12 menekankan bahwa kasih persaudaraan adalah konsekuensi dari kelahiran baru. Seseorang yang telah diubahkan oleh Roh Kudus akan secara alami mengasihi saudara seimannya. Dalam 1 Yohanes 4:20, Rasul Yohanes menegaskan bahwa seseorang yang tidak mengasihi saudaranya tidak dapat mengaku mengasihi Allah.
Michael Horton dalam The Christian Faith juga mengaitkan kasih persaudaraan dengan doktrin persekutuan orang percaya (communio sanctorum). Horton menegaskan bahwa kasih persaudaraan adalah bagian dari identitas gereja sebagai umat Allah yang dipanggil untuk hidup dalam persekutuan kasih dan pelayanan.
2. Saling Mendahului dalam Menghormati sebagai Wujud Rendah Hati
Bagian kedua dari Roma 12:10 berbicara tentang saling mendahului dalam memberi hormat. Dalam teologi Reformed, penghormatan terhadap sesama adalah cerminan dari sikap rendah hati dan pemahaman akan nilai setiap individu sebagai gambar Allah (imago Dei).
R.C. Sproul dalam The Holiness of God menjelaskan bahwa penghormatan kepada sesama bukan hanya sikap moral, tetapi juga bagian dari panggilan untuk mencerminkan karakter Allah. Sproul menekankan bahwa karena setiap manusia diciptakan menurut gambar Allah, maka setiap orang layak menerima penghormatan dan perlakuan yang bermartabat.
John Piper dalam Desiring God menambahkan bahwa sikap mendahului dalam menghormati orang lain adalah bagian dari kehidupan yang berpusat pada Allah (God-centered living). Dalam perspektif Piper, menghormati sesama berarti menempatkan mereka lebih tinggi dari diri sendiri, sebagaimana Filipi 2:3 mengajarkan:
“Dengan rendah hati, anggaplah orang lain lebih utama daripada dirimu sendiri.”
Teolog Reformed lainnya, Herman Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, menegaskan bahwa penghormatan terhadap sesama adalah refleksi dari kehidupan di dalam Kristus. Dalam pandangan Bavinck, penghormatan dalam kehidupan Kristen bukanlah hasil usaha manusia semata, tetapi merupakan karya Roh Kudus yang mengubahkan hati manusia untuk hidup dalam kasih dan rendah hati.
3. Kasih dan Penghormatan sebagai Refleksi Karakter Kristus
Roma 12:10 bukan sekadar perintah etis, tetapi merupakan panggilan untuk mencerminkan karakter Kristus. Yesus sendiri adalah teladan dalam kasih dan penghormatan terhadap sesama, bahkan terhadap mereka yang dianggap rendah dalam masyarakat.
Jonathan Edwards dalam Charity and Its Fruits menekankan bahwa kasih Kristen haruslah bersumber dari kasih Allah yang dinyatakan dalam Kristus. Edwards berargumen bahwa kasih sejati bukan sekadar tindakan lahiriah, tetapi merupakan bukti dari kasih ilahi yang telah mengubah hati seseorang.
Yesus menunjukkan kasih yang sempurna kepada murid-murid-Nya, bahkan dengan merendahkan diri dan membasuh kaki mereka (Yohanes 13:12-17). Tindakan ini menunjukkan bahwa kasih dan penghormatan harus diwujudkan dalam tindakan nyata yang melayani sesama.
Dalam Systematic Theology, Charles Hodge menegaskan bahwa orang percaya dipanggil untuk menjadi saksi Kristus dengan hidup dalam kasih dan hormat. Hodge menekankan bahwa kasih Kristen bukan hanya ditunjukkan kepada sesama orang percaya, tetapi juga kepada semua orang, termasuk musuh, sebagaimana Yesus ajarkan dalam Matius 5:44.
4. Penerapan dalam Kehidupan Gereja dan Masyarakat
Roma 12:10 tidak hanya relevan dalam hubungan pribadi, tetapi juga dalam konteks gereja dan masyarakat secara luas.
a. Dalam Gereja
Dalam kehidupan gereja, kasih persaudaraan dan penghormatan harus menjadi dasar dari setiap interaksi antar jemaat. John Owen dalam The Communion of Saints menegaskan bahwa gereja harus menjadi komunitas yang mencerminkan kasih Kristus. Konflik, perpecahan, dan sikap egois bertentangan dengan panggilan gereja sebagai tubuh Kristus.
Menghormati pemimpin gereja juga merupakan aplikasi dari Roma 12:10. Dalam 1 Tesalonika 5:12-13, Paulus menasihatkan jemaat untuk menghormati mereka yang bekerja dalam pelayanan. Penghormatan ini bukan berarti menempatkan manusia di atas Kristus, tetapi menunjukkan sikap rendah hati dan pengakuan atas pelayanan yang diberikan.
b. Dalam Masyarakat
Dalam konteks yang lebih luas, orang Kristen dipanggil untuk menunjukkan kasih dan penghormatan kepada semua orang. Ini mencakup hubungan dalam keluarga, pekerjaan, dan interaksi sosial. Menghormati sesama bukan berarti kompromi terhadap kebenaran, tetapi menunjukkan karakter Kristus dalam kehidupan sehari-hari.
Tim Keller dalam Generous Justice menekankan bahwa kasih dan penghormatan terhadap sesama juga mencakup perhatian terhadap keadilan sosial. Orang percaya dipanggil untuk membela mereka yang lemah dan tertindas sebagai perwujudan kasih Kristus.
Aplikasi Praktis Roma 12:10 dalam Kehidupan Kristen
1. Menunjukkan Kasih dalam Komunitas Gereja
- Aktif dalam persekutuan dan mendukung saudara seiman.
- Menyediakan waktu untuk mendoakan dan menolong sesama anggota gereja.
- Tidak bersikap eksklusif atau pilih kasih dalam komunitas gereja.
2. Mengutamakan Orang Lain dalam Tindakan Sehari-hari
- Dalam keluarga: Menghormati orang tua dan mengasihi anggota keluarga dengan sikap yang rendah hati.
- Dalam pekerjaan: Tidak berusaha menjatuhkan rekan kerja demi keuntungan pribadi.
- Dalam pelayanan: Tidak mencari pujian, tetapi melayani dengan tulus untuk kemuliaan Tuhan.
3. Membangun Budaya Hormat di Tengah Masyarakat
- Menghormati orang lain, termasuk mereka yang berbeda keyakinan.
- Menghindari sikap arogan atau merasa lebih baik daripada orang lain.
- Bersikap ramah, sopan, dan penuh respek dalam setiap interaksi sosial.
Kesimpulan: Hidup dalam Kasih dan Hormat sebagai Orang Percaya
Roma 12:10 mengajarkan dua prinsip utama dalam kehidupan Kristen:
- Mengasihi dengan kasih persaudaraan sebagai bagian dari tubuh Kristus.
- Mendahului dalam memberi hormat sebagai cerminan kerendahan hati Kristus.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menghidupi nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam gereja, keluarga, maupun masyarakat.
Seperti yang dikatakan oleh John Calvin:"Tidak ada yang lebih berharga dalam gereja selain kasih yang tulus dan penghormatan yang mendalam antara satu sama lain."
Mari kita hidup sebagai umat Tuhan yang mencerminkan kasih Kristus dan mendahulukan kehormatan bagi sesama, sehingga nama Tuhan semakin dimuliakan di dunia ini!