Roma 12:19: Pembalasan adalah Hak Tuhan
Pendahuluan:
Roma 12:19 adalah salah satu ayat penting dalam Alkitab yang menegaskan bahwa pembalasan adalah hak Tuhan, bukan manusia. Ayat ini berbunyi:
"Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri membalas dendam, tetapi berilah tempat kepada murka Allah. Sebab, ada tertulis, 'Pembalasan adalah hak-Ku, Akulah yang akan membalasnya,' firman Tuhan." (Roma 12:19, AYT)
Dalam teologi Reformed, ayat ini sering dikaitkan dengan doktrin kedaulatan Allah dan keadilan Allah. Artikel ini akan membahas Roma 12:19 dalam konteksnya, relevansinya dengan doktrin Reformed, serta implikasinya bagi kehidupan Kristen, berdasarkan pandangan para teolog seperti John Calvin, R.C. Sproul, John Piper, Martyn Lloyd-Jones, dan lainnya.
1. Eksposisi Roma 12:19 dalam Konteks Surat Roma
Surat Roma adalah salah satu tulisan teologis paling mendalam dari Rasul Paulus. Dalam pasal 12, Paulus berbicara tentang bagaimana orang percaya harus hidup sebagai umat yang telah ditebus, termasuk bagaimana mereka harus menanggapi ketidakadilan dan kejahatan.
A. "Saudara-saudaraku yang kekasih"
Paulus membuka ayat ini dengan panggilan yang penuh kasih, mengingatkan jemaat Roma bahwa mereka adalah bagian dari keluarga Allah.
John MacArthur dalam The MacArthur New Testament Commentary menekankan bahwa panggilan ini bertujuan untuk mengingatkan orang percaya agar tidak bertindak berdasarkan emosi atau amarah, tetapi mengandalkan kehendak Tuhan.
B. "Janganlah kamu sendiri membalas dendam"
1. Manusia Tidak Berhak Membalas
Paulus dengan tegas melarang orang percaya untuk membalas dendam. Dalam teologi Reformed, ini sejalan dengan doktrin kedaulatan Allah, yang mengajarkan bahwa Allah adalah Hakim yang berdaulat atas segala sesuatu.
John Calvin dalam Commentary on Romans menulis:
"Ketika manusia mencoba membalas dendam, mereka mengambil alih peran Allah. Tetapi Allah telah menetapkan bahwa pembalasan adalah hak-Nya sendiri."
Amsal 20:22 berkata:
"Janganlah berkata, 'Aku akan membalas kejahatan.' Nantikanlah TUHAN, Ia akan menyelamatkan engkau."
2. Menyerahkan Hak Pembalasan kepada Tuhan
R.C. Sproul dalam The Holiness of God menjelaskan bahwa manusia cenderung ingin membalas karena mereka merasa diperlakukan tidak adil. Namun, orang percaya dipanggil untuk percaya bahwa Allah adalah Hakim yang sempurna dan akan menangani kejahatan sesuai dengan keadilan-Nya.
C. "Berilah tempat kepada murka Allah"
1. Murka Allah adalah Bagian dari Keadilan-Nya
Dalam teologi Reformed, murka Allah bukanlah sekadar emosi negatif, tetapi adalah bagian dari sifat-Nya yang suci dan adil.
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menulis:
"Murka Allah adalah ekspresi dari keadilan-Nya yang sempurna. Ia tidak membiarkan kejahatan tetap tidak dihukum."
Roma 1:18 juga menegaskan tentang murka Allah:
"Sebab murka Allah dinyatakan dari surga terhadap segala kefasikan dan kelaliman manusia yang menindas kebenaran dengan kelaliman."
2. Kepercayaan kepada Penghakiman Allah
Orang percaya dipanggil untuk mempercayai bahwa Allah akan menangani kejahatan dengan cara-Nya sendiri.
John Piper dalam Let the Nations Be Glad! menegaskan bahwa ketika kita membiarkan Allah yang menghakimi, kita menunjukkan bahwa kita percaya kepada kedaulatan dan keadilan-Nya.
D. "Pembalasan adalah hak-Ku, Akulah yang akan membalasnya"
1. Allah Adalah Hakim yang Adil
Dalam Perjanjian Lama, prinsip ini sudah dinyatakan dalam Ulangan 32:35:
"Hak-Kulah dendam dan pembalasan; pada waktunya kaki mereka akan goyah, sebab hari bencana mereka sudah dekat dan yang akan menimpa mereka segera datang."
Teologi Reformed menekankan bahwa Allah tidak akan membiarkan kejahatan tetap tidak dihukum.
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menegaskan bahwa keadilan Allah adalah salah satu atribut utama-Nya.
2. Penghakiman Allah Tidak Bisa Dihindari
Martyn Lloyd-Jones dalam Great Doctrines of the Bible menekankan bahwa meskipun kejahatan tampaknya menang di dunia ini, Allah telah menetapkan waktu untuk menghakimi segala sesuatu.
Wahyu 20:12 berkata:
"Aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu, kitab-kitab dibuka. Kitab lain pun dibuka, yaitu kitab kehidupan. Orang-orang mati itu dihakimi sesuai dengan perbuatan mereka, berdasarkan apa yang tertulis di dalam kitab-kitab itu."
2. Roma 12:19 dan Doktrin Teologi Reformed
A. Kedaulatan Allah dalam Penghakiman
Teologi Reformed menegaskan bahwa Allah adalah Hakim yang berdaulat atas segala sesuatu.
Yesaya 33:22 berkata:
"Sebab TUHAN adalah Hakim kita, TUHAN adalah pemberi hukum kita, TUHAN adalah raja kita; Dialah yang akan menyelamatkan kita."
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menegaskan bahwa orang percaya harus belajar bersabar dan percaya kepada keputusan Allah dalam menghakimi dunia.
B. Kesabaran Orang Percaya dalam Menunggu Pembalasan Tuhan
Teologi Reformed mengajarkan bahwa orang percaya harus meniru Kristus dalam kesabaran mereka.
1 Petrus 2:23 berkata:
"Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan caci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi menyerahkan-Nya kepada Dia yang menghakimi dengan adil."
Jonathan Edwards dalam Charity and Its Fruits menekankan bahwa mereka yang percaya kepada Tuhan harus menunjukkan kasih bahkan kepada musuh mereka.
3. Implikasi Roma 12:19 dalam Kehidupan Kristen
A. Tidak Membalas Kejahatan dengan Kejahatan
Orang percaya harus menolak godaan untuk membalas dendam dan sebaliknya menunjukkan kasih.
Matius 5:44 berkata:
"Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu."
B. Hidup dalam Keyakinan Akan Keadilan Allah
Orang percaya harus memiliki keyakinan bahwa Allah akan membela mereka.
Mazmur 37:28 berkata:
"Sebab TUHAN mencintai keadilan dan tidak meninggalkan orang-orang-Nya yang setia. Mereka akan tetap terpelihara selama-lamanya, tetapi anak cucu orang jahat akan dilenyapkan."
C. Membangun Masyarakat yang Penuh Kasih
Jika orang percaya mengandalkan Allah dalam hal pembalasan, mereka bisa hidup dengan damai dan membangun komunitas yang penuh kasih.
Roma 12:18 berkata:
"Jika mungkin, sejauh yang bergantung padamu, hiduplah dalam damai dengan semua orang."
Kesimpulan
Roma 12:19 adalah ayat yang sangat penting dalam teologi Reformed karena mengajarkan bahwa:
- Pembalasan adalah hak Allah – Manusia tidak berhak mengambil alih peran Allah dalam menghakimi.
- Orang percaya harus menyerahkan keadilan kepada Tuhan – Kita harus hidup dalam kesabaran dan kepercayaan akan keadilan-Nya.
- Murka Allah adalah ekspresi dari keadilan-Nya – Allah akan menghukum kejahatan pada waktu yang telah ditentukan-Nya.
- Hidup dalam kasih dan kesabaran adalah bukti iman sejati – Kita dipanggil untuk mengikuti teladan Kristus dalam mengasihi musuh.
Sebagai orang percaya, kita harus mempercayakan keadilan kepada Allah, hidup dalam kasih, dan menolak godaan untuk membalas dendam.
Soli Deo Gloria!