Yeremia 31:31: Perjanjian Baru dan Kedaulatan Allah

Yeremia 31:31: Perjanjian Baru dan Kedaulatan Allah

Pendahuluan:

Yeremia 31:31 adalah salah satu ayat terpenting dalam Perjanjian Lama yang berbicara tentang janji Allah untuk membuat perjanjian baru dengan umat-Nya. Ayat ini berbunyi:

"Ketahuilah, hari-harinya akan datang," firman TUHAN, "ketika Aku akan membuat sebuah perjanjian baru dengan keluarga Israel dan keluarga Yehuda." (Yeremia 31:31, AYT)

Dalam teologi Reformed, ayat ini memiliki makna yang mendalam karena berbicara tentang kedaulatan Allah dalam keselamatan, perjanjian anugerah, dan penggenapan dalam Yesus Kristus. Artikel ini akan membahas makna Yeremia 31:31 dalam konteksnya, relevansinya dengan doktrin Reformed, serta implikasinya bagi kehidupan Kristen berdasarkan pandangan para teolog seperti John Calvin, R.C. Sproul, John Piper, Martyn Lloyd-Jones, dan lainnya.

1. Eksposisi Yeremia 31:31 dalam Konteks Kitab Yeremia

Kitab Yeremia ditulis pada masa kehancuran bangsa Israel akibat dosa mereka. Meskipun ada hukuman, Allah memberikan harapan kepada umat-Nya dengan janji akan adanya perjanjian baru yang lebih baik.

A. "Ketahuilah, hari-harinya akan datang"

1. Janji Eskatologis tentang Masa Depan

Allah berfirman melalui Yeremia bahwa akan ada perubahan besar di masa depan yang akan mengubah hubungan-Nya dengan umat-Nya.

John Calvin dalam Commentary on Jeremiah menulis:

"Perjanjian baru yang dijanjikan oleh Allah adalah pengharapan terbesar bagi umat-Nya, karena itu menunjukkan bahwa keselamatan tidak bergantung pada manusia, tetapi pada kasih karunia Allah."

Ibrani 8:6-7 mengonfirmasi bahwa perjanjian baru ini lebih baik daripada perjanjian lama:

"Tetapi sekarang, Ia telah memperoleh pelayanan yang jauh lebih mulia, karena Ia juga adalah Pengantara dari perjanjian yang lebih baik, yang didasarkan pada janji-janji yang lebih baik."

B. "Ketika Aku akan membuat sebuah perjanjian baru"

1. Allah sebagai Prakarsa Perjanjian Baru

Kata "Aku akan membuat" menunjukkan bahwa Allah sendiri yang berinisiatif dalam perjanjian baru ini. Ini sesuai dengan doktrin monergisme dalam teologi Reformed, yang menyatakan bahwa keselamatan adalah sepenuhnya karya Allah.

R.C. Sproul dalam Chosen by God menegaskan bahwa perjanjian baru ini bukanlah hasil usaha manusia, tetapi adalah tindakan kasih karunia Allah semata.

Efesus 2:8-9 berkata:

"Sebab, karena anugerah kamu diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, bukan hasil pekerjaanmu, supaya tidak ada orang yang memegahkan diri."

2. Perbedaan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru

Dalam teologi Reformed, ada konsep covenant theology (teologi perjanjian), yang membedakan antara perjanjian lama dan perjanjian baru:

  • Perjanjian Lama: Didasarkan pada hukum Taurat, di mana manusia bertanggung jawab untuk menaati perintah Allah sebagai syarat berkat.
  • Perjanjian Baru: Berdasarkan kasih karunia, di mana keselamatan diberikan oleh iman kepada Yesus Kristus.

Ibrani 8:13 berkata:

"Dengan menyebutkan ‘perjanjian yang baru,’ Ia telah menyatakan bahwa yang pertama menjadi usang dan yang usang serta menjadi tua sudah dekat kepada lenyapnya."

John Piper dalam God is the Gospel menjelaskan bahwa perjanjian baru membawa keselamatan yang lebih sempurna karena didasarkan pada pekerjaan Kristus, bukan pada ketaatan manusia.

C. "Dengan keluarga Israel dan keluarga Yehuda"

1. Perjanjian Baru Tidak Hanya untuk Israel, tetapi untuk Semua Bangsa

Perjanjian ini pertama-tama diberikan kepada Israel, tetapi dalam Perjanjian Baru, itu diperluas kepada semua bangsa yang percaya kepada Kristus.

Roma 9:25-26 berkata:

"Aku akan menyebut mereka ‘umat-Ku’ yang bukan umat-Ku, dan ‘yang Kukasihi’ yang bukan yang Kukasihi."

John MacArthur dalam The Gospel According to Jesus menegaskan bahwa perjanjian baru membawa orang percaya dari segala bangsa ke dalam keluarga Allah.

Galatia 3:28 berkata:

"Tidak ada lagi orang Yahudi atau Yunani, tidak ada lagi hamba atau orang merdeka, tidak ada lagi laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus."

2. Yeremia 31:31 dan Doktrin Teologi Reformed

A. Kedaulatan Allah dalam Keselamatan

Teologi Reformed mengajarkan bahwa keselamatan adalah sepenuhnya karya Allah, bukan hasil usaha manusia.

Yohanes 6:44 berkata:

"Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku jika Bapa yang mengutus Aku tidak menariknya."

John Calvin menegaskan bahwa Allah berinisiatif dalam perjanjian baru, karena manusia dalam dosa tidak mampu datang kepada-Nya dengan usaha sendiri.

B. Hanya oleh Anugerah Melalui Iman (Sola Gratia dan Sola Fide)

Keselamatan dalam perjanjian baru tidak diperoleh melalui hukum, tetapi melalui iman kepada Kristus.

Roma 3:28 berkata:

"Sebab, kami berpendapat bahwa manusia dibenarkan oleh iman, tanpa melakukan perbuatan hukum Taurat."

R.C. Sproul dalam Faith Alone menegaskan bahwa iman kepada Kristus adalah satu-satunya jalan untuk masuk ke dalam perjanjian baru.

C. Roh Kudus sebagai Pekerja dalam Perjanjian Baru

Dalam perjanjian baru, Allah tidak hanya memberikan hukum-Nya, tetapi juga mengubah hati manusia agar mereka bisa menaati-Nya.

Yehezkiel 36:26-27 berkata:

"Aku akan memberikan kepadamu hati yang baru dan menaruh roh yang baru di dalam kamu."

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa Roh Kudus bekerja dalam hati orang percaya untuk memampukan mereka hidup sesuai dengan kehendak Allah.

3. Implikasi Yeremia 31:31 dalam Kehidupan Kristen

A. Hidup dalam Kasih Karunia, Bukan Hukum Taurat

Orang percaya harus menyadari bahwa mereka tidak lagi hidup di bawah hukum Taurat, tetapi dalam anugerah Kristus.

Roma 6:14 berkata:

"Sebab, dosa tidak akan berkuasa lagi atas kamu karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah anugerah."

John Piper menekankan bahwa hidup dalam perjanjian baru berarti bersandar pada kasih karunia Allah setiap hari.

B. Menjalani Hidup yang Diperbarui oleh Roh Kudus

Sebagai bagian dari perjanjian baru, orang percaya harus hidup dengan hati yang diperbarui oleh Roh Kudus.

Galatia 5:16 berkata:

"Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging."

Martyn Lloyd-Jones dalam Spiritual Depression menegaskan bahwa hidup dalam perjanjian baru berarti mengalami transformasi sejati oleh kuasa Roh Kudus.

C. Memberitakan Injil kepada Semua Bangsa

Perjanjian baru tidak terbatas hanya pada Israel, tetapi diperuntukkan bagi semua bangsa.

Matius 28:19 berkata:

"Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku."

John MacArthur dalam Evangelism: How to Share the Gospel Faithfully menegaskan bahwa bagian dari hidup dalam perjanjian baru adalah memberitakan Injil kepada semua orang.

Kesimpulan

Yeremia 31:31 mengajarkan bahwa:

  1. Allah yang berinisiatif dalam perjanjian baru.
  2. Keselamatan diberikan oleh kasih karunia melalui iman kepada Kristus.
  3. Roh Kudus bekerja dalam hati orang percaya untuk memampukan mereka hidup sesuai dengan kehendak Allah.
  4. Perjanjian baru diperuntukkan bagi semua bangsa.

Sebagai orang percaya, kita harus hidup dalam kasih karunia Allah, membiarkan Roh Kudus memperbarui hati kita, dan memberitakan Injil kepada dunia.

Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post