Cinta dan Amal Kasih Kristen

Cinta dan Amal Kasih Kristen

Pengantar:

Cinta (love) dan amal kasih (charity) adalah dua konsep yang erat kaitannya dalam kehidupan iman Kristen. Dalam tradisi teologi Reformed, kedua konsep ini tidak hanya dipahami sebagai emosi atau tindakan sosial, tetapi sebagai ekspresi dari iman yang sejati dan karya Allah dalam kehidupan orang percaya. Artikel ini akan membahas bagaimana cinta dan amal kasih dipahami oleh beberapa teolog Reformed serta implikasi teologis dan praktisnya dalam kehidupan Kristen.

I. Pengantar: Cinta dan Amal Kasih dalam Kekristenan

Cinta dan amal kasih merupakan tema yang mendasar dalam kekristenan. Yesus Kristus sendiri menekankan pentingnya kasih kepada Allah dan sesama sebagai inti dari hukum Taurat:

“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Matius 22:37-39, AYT)

Dalam tradisi Kristen, terutama dalam pengajaran teologi Reformed, cinta dan amal kasih bukan hanya perintah moral, tetapi juga bagian dari karya keselamatan Allah yang diwujudkan dalam kehidupan orang percaya.

II. Cinta dalam Perspektif Teologi Reformed

1. Cinta sebagai Sifat Allah

Teologi Reformed menekankan bahwa cinta bukan sekadar perasaan manusiawi, tetapi merupakan sifat Allah sendiri. Yohanes menulis:

“Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.” (1 Yohanes 4:8, AYT)

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menjelaskan bahwa cinta Allah bukan hanya sekadar kelembutan atau kebaikan, tetapi juga kesetiaan-Nya dalam perjanjian dengan umat-Nya. Cinta Allah tidak berubah dan tidak bergantung pada perbuatan manusia. Bagi Calvin, kasih Allah bersifat berdaulat dan menjadi dasar bagi doktrin pemilihan ilahi (predestinasi).

Jonathan Edwards, seorang teolog Reformed abad ke-18, dalam bukunya Charity and Its Fruits menegaskan bahwa kasih Allah adalah pusat dari semua atribut-Nya. Ia menyatakan bahwa kasih Allah kepada umat-Nya adalah kasih yang menyelamatkan, yaitu kasih yang nyata dalam anugerah keselamatan melalui Kristus.

2. Kasih dalam Hubungan Vertikal: Manusia kepada Allah

Dalam pandangan Reformed, cinta kepada Allah adalah respons terhadap kasih karunia-Nya. Manusia tidak bisa mengasihi Allah dengan benar tanpa pertolongan Roh Kudus. Kasih kepada Allah mencakup:

  • Kasih yang berakar dalam iman: Orang percaya mengasihi Allah karena telah lebih dahulu dikasihi-Nya (1 Yohanes 4:19).
  • Kasih yang taat: Yesus berkata, "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku" (Yohanes 14:15, AYT).
  • Kasih yang beribadah: Kasih kepada Allah diekspresikan melalui penyembahan yang benar dan hidup yang kudus (Roma 12:1).

3. Kasih dalam Hubungan Horizontal: Manusia kepada Sesama

Kasih Kristen tidak hanya ditujukan kepada Allah tetapi juga kepada sesama. Reformator Martin Bucer menekankan bahwa cinta kepada sesama adalah buah dari pembenaran oleh iman. Kasih sejati tidak dapat dipisahkan dari kebenaran dan keadilan.

Francis Schaeffer, seorang teolog Reformed abad ke-20, dalam bukunya The Mark of the Christian menegaskan bahwa kasih adalah tanda utama dari seorang Kristen sejati. Jika gereja tidak menunjukkan kasih, maka kesaksiannya tentang Injil menjadi tidak efektif.

III. Amal Kasih (Charity) dalam Teologi Reformed

1. Amal Kasih sebagai Buah Iman

Dalam tradisi Katolik, istilah charity sering dikaitkan dengan tindakan amal sebagai bagian dari keselamatan. Namun, dalam teologi Reformed, amal kasih dipandang sebagai buah dari iman, bukan sarana untuk memperoleh keselamatan. Amal kasih adalah bukti iman yang sejati, seperti yang dikatakan dalam Yakobus 2:26:

“Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian juga iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.”

John Calvin menegaskan bahwa iman yang sejati selalu menghasilkan perbuatan kasih. Ia menolak gagasan bahwa amal kasih berkontribusi pada pembenaran, tetapi mengajarkan bahwa amal kasih adalah bukti dari iman yang sejati.

2. Amal Kasih dalam Kehidupan Gereja dan Masyarakat

Amal kasih dalam tradisi Reformed tidak hanya bersifat individual tetapi juga sosial. Gereja-gereja Reformed secara historis dikenal aktif dalam pekerjaan sosial, pendidikan, dan pelayanan kesehatan.

Abraham Kuyper, seorang pemikir Reformed Belanda, mengembangkan konsep souvereiniteit in eigen kring (kedaulatan dalam lingkupnya sendiri), yang menekankan tanggung jawab gereja dan individu Kristen dalam membangun masyarakat yang adil dan penuh kasih.

Tim Keller, seorang teolog dan pendeta Reformed kontemporer, dalam bukunya Generous Justice, menegaskan bahwa amal kasih adalah ekspresi dari keadilan Injil (Gospel Justice). Orang percaya dipanggil untuk memperhatikan kaum miskin dan tertindas sebagai bentuk kasih yang nyata (Mikha 6:8).

IV. Tantangan dalam Menghidupi Cinta dan Amal Kasih

Meskipun cinta dan amal kasih adalah panggilan bagi setiap orang percaya, ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam menghidupinya:

  1. Individualisme dan Materialisme

    • Budaya modern cenderung menekankan kepentingan pribadi, yang bertentangan dengan kasih yang berkorban.
    • Orang Kristen dipanggil untuk melawan arus ini dengan hidup dalam kasih yang tidak egois.
  2. Kasih yang Tidak Seimbang

    • Ada kecenderungan untuk hanya menekankan kasih kepada sesama tanpa dasar kebenaran.
    • Kasih sejati harus sejalan dengan kebenaran firman Tuhan.
  3. Pelayanan yang Berorientasi pada Amal Sosial Tanpa Injil

    • Beberapa gereja fokus pada amal kasih tetapi mengabaikan penginjilan.
    • Gereja harus memastikan bahwa kasih yang diberikan berakar dalam Injil dan bertujuan untuk membawa orang kepada Kristus.

Kesimpulan: Menghidupi Kasih dan Amal Kasih dalam Terang Injil

Cinta dan amal kasih adalah panggilan utama bagi setiap orang percaya. Dalam perspektif Reformed, kasih sejati berasal dari Allah, diwujudkan dalam relasi dengan-Nya, dan mengalir dalam kasih kepada sesama.

Beberapa prinsip penting dalam menghidupi kasih dan amal kasih dalam terang Injil adalah:

  1. Kasih sebagai respons terhadap kasih karunia Allah

    • Kita mengasihi karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.
  2. Kasih yang berakar dalam kebenaran

    • Kasih yang sejati tidak bertentangan dengan kebenaran firman Tuhan.
  3. Kasih yang aktif dalam perbuatan

    • Amal kasih adalah ekspresi iman yang hidup dan bukan sekadar teori.
  4. Kasih yang bersifat komunal

    • Kasih dan amal kasih bukan hanya tanggung jawab individu tetapi juga komunitas gereja.

Sebagaimana yang dikatakan Paulus:

“Tetapi sekarang tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan, dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” (1 Korintus 13:13, AYT)

Semoga kita terus bertumbuh dalam kasih yang sejati, yang bersumber dari Allah dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari demi kemuliaan-Nya.

Next Post Previous Post