Hidup Kudus: 2 Korintus 6:14-18

Hidup Kudus: 2 Korintus 6:14-18

Pendahuluan

Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, Rasul Paulus memberikan perintah yang kuat dan tegas agar orang percaya tidak menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan orang yang tidak percaya. Ayat-ayat ini sering menjadi bahan diskusi dalam dunia teologi, terutama dalam konteks hubungan orang percaya dengan dunia, baik dalam pernikahan, kemitraan bisnis, maupun kehidupan sosial.

Para teolog Reformed menekankan bahwa ayat ini bukan sekadar perintah moral, tetapi memiliki implikasi doktrinal yang mendalam terkait dengan panggilan umat Allah untuk hidup dalam kekudusan dan pemisahan dari dunia yang berdosa. Artikel ini akan mengeksplorasi eksposisi 2 Korintus 6:14-18 berdasarkan pandangan beberapa ahli teologi Reformed serta implikasinya bagi kehidupan Kristen masa kini.

Eksposisi Ayat per Ayat

1. 2 Korintus 6:14 – Jangan Menjadi Pasangan yang Tidak Seimbang

"Jangan menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya. Sebab, persamaan apakah yang ada antara kebenaran dan kejahatan? Atau, persamaan apakah yang terdapat antara terang dengan gelap?"

Dalam ayat ini, Paulus menggunakan metafora "kuk yang tidak seimbang" (dalam beberapa terjemahan: "yoked together"), yang merujuk pada praktik agrikultur di mana dua hewan yang berbeda jenis atau ukuran tidak boleh dipasangkan dalam satu kuk karena akan menghambat kerja sama mereka. John Calvin dalam komentarnya menyatakan bahwa Paulus sedang berbicara mengenai hubungan rohani, bukan sekadar aspek sosial.

Menurut Calvin:
"Paulus tidak sekadar berbicara tentang pernikahan, tetapi juga segala bentuk hubungan yang dapat mempengaruhi kesalehan kita. Jika kita terlalu akrab dengan orang-orang duniawi dalam hal yang melibatkan hati dan iman, maka kita akan terseret dalam kejahatan mereka."

R.C. Sproul juga menegaskan bahwa perbedaan antara terang dan gelap adalah perbedaan antara kedaulatan Kristus dan sistem dunia yang dikuasai dosa. Maka, orang Kristen tidak boleh membiarkan diri mereka dikendalikan oleh prinsip-prinsip dunia yang menentang kebenaran Allah.

2. 2 Korintus 6:15 – Kesepakatan Kristus dengan Belial

"Kesepakatan apakah yang dimiliki Kristus dengan Belial? Atau, bagian apakah yang ada antara orang percaya dengan orang yang tidak percaya?"

Kata "Belial" dalam ayat ini merujuk pada setan atau kejahatan mutlak. Paulus menggunakan kontras yang ekstrem untuk menunjukkan bahwa tidak ada hubungan harmonis antara Kristus dan kejahatan.

Menurut Herman Bavinck, penggunaan "Belial" dalam konteks ini memperjelas bahwa setiap kerja sama dengan mereka yang menolak Kristus pada akhirnya akan membawa kompromi terhadap iman Kristen. Ini tidak berarti bahwa orang Kristen tidak boleh berinteraksi dengan orang yang tidak percaya, tetapi bahwa mereka harus berhati-hati agar hubungan mereka tidak mengarah pada penyimpangan doktrinal atau moral.

3. 2 Korintus 6:16 – Bait Allah dan Berhala

"Dan, kesepakatan apakah yang ada antara Bait Allah dengan berhala-berhala? Sebab, kita adalah Bait Allah yang hidup, seperti firman Allah, ‘Aku akan tinggal di dalam mereka dan berjalan di antara mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku.’"

Paulus menegaskan bahwa orang percaya adalah Bait Allah. Konsep ini memiliki dasar kuat dalam teologi Perjanjian Lama, terutama dalam perintah Allah kepada Israel untuk tidak mencampuradukkan ibadah mereka dengan praktik penyembahan berhala dari bangsa-bangsa lain (Imamat 26:12).

Charles Hodge, dalam tafsirannya, menyatakan bahwa umat Allah dipanggil untuk menjadi kudus karena kehadiran Allah ada di tengah-tengah mereka. Dengan demikian, berpartisipasi dalam praktik atau hubungan yang melibatkan penyembahan berhala atau nilai-nilai dunia yang bertentangan dengan Alkitab adalah bentuk kompromi yang berbahaya.

4. 2 Korintus 6:17 – Panggilan untuk Berpisah dari Dunia

"Karena itu, keluarlah kamu dari tengah-tengah mereka, dan berpisahlah," kata Tuhan. "Dan, janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu."

Ayat ini merujuk pada perintah Allah kepada Israel dalam Yesaya 52:11 agar mereka tidak mencemari diri mereka dengan praktik bangsa-bangsa lain. Paulus mengaplikasikan prinsip ini kepada jemaat Korintus yang hidup di tengah budaya penyembahan berhala dan praktik amoral.

John MacArthur menyoroti bahwa panggilan untuk berpisah tidak berarti isolasi dari dunia, tetapi menjauhi segala bentuk persekutuan yang dapat mencemarkan kekudusan iman Kristen.

Dari sudut pandang Reformed, konsep ini sangat erat dengan doktrin sanctification (pengudusan), di mana umat Allah terus-menerus dipanggil untuk hidup dalam kekudusan yang semakin bertumbuh, meninggalkan gaya hidup lama yang bertentangan dengan kebenaran Injil.

5. 2 Korintus 6:18 – Janji Keintiman dengan Allah

"Dan, Aku akan menjadi Bapa bagimu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan," demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa."

Dalam ayat terakhir ini, Paulus menekankan hubungan istimewa yang Allah tawarkan kepada umat-Nya. Mereka yang hidup dalam kekudusan dan memisahkan diri dari dosa akan mengalami keintiman dengan Allah sebagai Bapa mereka.

Menurut Louis Berkhof, janji ini adalah bagian dari doktrin adopsi dalam keselamatan, di mana orang percaya tidak hanya dibenarkan di hadapan Allah tetapi juga diangkat menjadi anak-anak-Nya yang memiliki hak istimewa untuk menikmati persekutuan dengan Dia.

Implikasi bagi Kehidupan Kristen

Berdasarkan eksposisi ayat-ayat di atas, ada beberapa implikasi praktis bagi kehidupan orang percaya:

  1. Menjaga Kemurnian Iman

    • Orang percaya harus berhati-hati dalam menjalin hubungan, baik dalam pernikahan, bisnis, atau persahabatan, agar tidak terseret dalam nilai-nilai dunia yang bertentangan dengan Injil.

  2. Menjauhi Penyembahan Berhala Modern

    • Dalam konteks modern, penyembahan berhala tidak hanya berarti patung atau sesembahan, tetapi juga segala sesuatu yang menggantikan posisi Allah dalam hidup kita, seperti materialisme, kesuksesan, dan kenikmatan duniawi.

  3. Hidup dalam Kekudusan dan Pengudusan

    • Panggilan untuk berpisah dari dunia bukan berarti isolasi, tetapi hidup dengan prinsip dan standar yang berbeda dari dunia, yaitu berdasarkan Firman Tuhan.

  4. Menjalin Keintiman dengan Allah

    • Janji Allah sebagai Bapa bagi kita menegaskan bahwa hidup dalam kekudusan bukanlah beban, melainkan jalan menuju hubungan yang lebih dalam dengan-Nya.

Kesimpulan

2 Korintus 6:14-18 merupakan peringatan serius bagi orang percaya untuk tidak terikat dalam hubungan yang dapat mengganggu kekudusan mereka. Teolog Reformed seperti John Calvin, R.C. Sproul, dan Charles Hodge menegaskan bahwa panggilan ini berkaitan erat dengan doktrin sanctification dan adoption, di mana umat Allah harus hidup sesuai dengan identitas mereka sebagai Bait Allah yang kudus.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup berbeda dari dunia, menjaga kekudusan, dan menikmati keintiman dengan Allah. Dengan demikian, kita tidak hanya menaati perintah Allah, tetapi juga mengalami sukacita sejati dalam hubungan kita dengan-Nya.

Next Post Previous Post