Kolose 2:11: Sunat Kristus dan Transformasi Rohani
.png)
Pendahuluan
Kolose 2:11 adalah salah satu ayat penting dalam Perjanjian Baru yang berbicara tentang sunat dalam konteks rohani. Ayat ini mengajarkan bahwa orang percaya telah menerima sunat yang lebih besar daripada sunat lahiriah, yaitu sunat rohani yang dikerjakan oleh Kristus.
Ayat ini berbunyi:
"Dalam Dia, kamu juga disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh tangan manusia, tetapi dengan sunat yang dilakukan oleh Kristus, yaitu dengan memotong tubuh kedagingan yang berdosa." (Kolose 2:11, AYT)
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna ayat ini berdasarkan pemahaman beberapa teolog Reformed, melihat konteks historisnya, serta bagaimana penerapannya dalam kehidupan Kristen masa kini.
I. Konteks Historis dan Latar Belakang Surat Kolose
Surat Kolose ditulis oleh Rasul Paulus sekitar tahun 60-62 M saat ia dipenjara di Roma. Jemaat Kolose menghadapi ancaman dari berbagai ajaran sesat yang berusaha mencampurkan Injil dengan elemen-elemen dari Yudaisme dan filsafat Yunani.
Salah satu permasalahan yang dihadapi jemaat Kolose adalah tekanan dari kelompok Yudaisme yang mengajarkan bahwa sunat lahiriah masih diperlukan untuk keselamatan. Mereka berusaha memaksakan praktik sunat kepada orang percaya non-Yahudi sebagai syarat masuk ke dalam perjanjian Allah.
Paulus menulis untuk menegaskan bahwa sunat sejati bukanlah sunat lahiriah yang dilakukan oleh tangan manusia, tetapi sunat rohani yang dikerjakan oleh Kristus dalam hati orang percaya.
II. Eksposisi Kolose 2:11 dalam Perspektif Teologi Reformed
Untuk memahami ayat ini lebih dalam, kita akan membahas beberapa kata kunci dalam ayat ini serta menggali pemikiran para teolog Reformed.
1. "Dalam Dia, kamu juga disunat"
Frasa "Dalam Dia" merujuk kepada hubungan orang percaya dengan Kristus. Ini menunjukkan bahwa sunat rohani adalah hasil dari persatuan dengan Kristus.
John Calvin dalam komentarnya tentang ayat ini menekankan bahwa sunat sejati bukanlah tanda lahiriah, tetapi pekerjaan rohani yang terjadi di dalam hati. Calvin menulis:
“Sunat yang sejati bukanlah sekadar tanda luar, tetapi perubahan batin yang membawa manusia kepada kehidupan baru di dalam Kristus.” (Calvin’s Commentary on Colossians)
Dari perspektif Reformed, konsep ini erat kaitannya dengan doktrin unio mystica, yaitu kesatuan orang percaya dengan Kristus. Sunat rohani adalah tanda bahwa mereka telah mati terhadap dosa dan hidup bagi Allah.
2. "Bukan dengan sunat yang dilakukan oleh tangan manusia"
Paulus secara tegas menolak gagasan bahwa sunat lahiriah adalah syarat keselamatan. Dalam Perjanjian Lama, sunat adalah tanda perjanjian antara Allah dan Abraham (Kejadian 17:10-14). Namun, dalam Perjanjian Baru, sunat fisik tidak lagi diperlukan karena telah digenapi dalam Kristus.
R.C. Sproul dalam bukunya Knowing Scripture menjelaskan bahwa sunat dalam Perjanjian Lama adalah bayangan dari transformasi hati yang akan terjadi dalam Perjanjian Baru. Sproul menulis:
“Allah tidak menghendaki sekadar sunat lahiriah, tetapi sunat hati yang menghasilkan ketaatan sejati kepada-Nya.”
Ini sesuai dengan ajaran para nabi dalam Perjanjian Lama yang menekankan bahwa sunat sejati adalah sunat hati (Yeremia 4:4; Ulangan 10:16).
3. "Tetapi dengan sunat yang dilakukan oleh Kristus"
Paulus menunjukkan bahwa sunat rohani adalah karya Kristus, bukan hasil usaha manusia. Ini menggambarkan bagaimana Kristus sendiri yang menyucikan orang percaya dari kuasa dosa.
John MacArthur dalam komentarnya tentang ayat ini menulis bahwa sunat yang dilakukan oleh Kristus adalah gambaran regenerasi, yaitu kelahiran baru yang dikerjakan oleh Roh Kudus dalam hati orang percaya. Ia berkata:
“Sunat yang dilakukan oleh Kristus adalah tindakan ilahi yang menyingkirkan natur dosa kita dan menggantinya dengan hidup yang baru di dalam Dia.”
Dalam teologi Reformed, konsep ini terkait erat dengan doktrin sola gratia, yaitu bahwa keselamatan adalah anugerah Allah semata, bukan hasil usaha manusia.
4. "Yaitu dengan memotong tubuh kedagingan yang berdosa"
Bagian ini mengungkapkan bahwa sunat rohani berarti pemutusan dari sifat dosa yang lama.
J.I. Packer dalam Concise Theology menjelaskan bahwa frasa ini merujuk pada proses pengudusan, di mana orang percaya secara bertahap dilepaskan dari kuasa dosa melalui karya Roh Kudus. Packer menulis:
“Sunat rohani adalah simbol dari kehidupan baru di dalam Kristus, di mana kita tidak lagi diperbudak oleh dosa, tetapi hidup dalam ketaatan kepada Allah.”
Konsep ini juga sesuai dengan ajaran Paulus dalam Roma 6:6 yang menyatakan bahwa "manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya."
III. Sunat Lahiriah vs. Sunat Rohani: Perbedaan Fundamental
Paulus membandingkan sunat lahiriah dan sunat rohani untuk menunjukkan keunggulan Injil atas hukum Taurat. Berikut adalah beberapa perbedaan mendasar antara keduanya:
Sunat Lahiriah | Sunat Rohani |
---|---|
Dilakukan secara fisik pada tubuh | Dilakukan oleh Kristus dalam hati |
Tanda perjanjian Abraham | Tanda perjanjian baru dalam Kristus |
Dikerjakan oleh manusia | Dikerjakan oleh Roh Kudus |
Tidak memiliki kuasa menyelamatkan | Menghasilkan hidup baru dalam Kristus |
Bersifat eksternal | Bersifat internal dan rohani |
Dalam Perjanjian Baru, sunat rohani menjadi tanda sejati dari umat Allah, bukan sunat fisik. Ini mengacu pada kebenaran bahwa keselamatan adalah karya Allah, bukan hasil usaha manusia.
IV. Makna Teologis Kolose 2:11 dalam Kehidupan Kristen
1. Sunat Rohani: Keselamatan Bukan oleh Perbuatan, tetapi oleh Kristus
Dalam Perjanjian Lama, sunat adalah tanda perjanjian antara Allah dan Abraham serta keturunannya (Kejadian 17:10-14). Sunat fisik menjadi identitas bagi bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah.
Namun, dalam Perjanjian Baru, sunat fisik tidak lagi menjadi syarat untuk menjadi bagian dari umat Allah. Paulus menegaskan bahwa sunat sejati bukanlah tindakan fisik yang dilakukan oleh manusia, tetapi sunat rohani yang dikerjakan oleh Kristus.
Sunat rohani ini merujuk pada transformasi hati, yaitu pemotongan sifat kedagingan yang berdosa. Ini selaras dengan ajaran Paulus dalam Roma 2:29:
“Tetapi orang Yahudi sejati adalah dia yang Yahudi di dalamnya, dan sunat sejati adalah sunat hati, secara rohani, bukan secara tertulis. Pujian baginya tidak datang dari manusia, tetapi dari Allah.”
Makna teologis utama dari Kolose 2:11 adalah bahwa keselamatan tidak diperoleh melalui ritual lahiriah atau perbuatan baik, tetapi hanya melalui karya Kristus yang mengubah hati manusia.
2. Pemotongan Kedagingan: Panggilan untuk Hidup dalam Kekudusan
Sunat secara fisik melibatkan pemotongan bagian tubuh, tetapi sunat rohani melibatkan pemotongan sifat dosa dalam kehidupan orang percaya. Paulus menyebutnya sebagai “memotong tubuh kedagingan yang berdosa.”
Dalam konteks ini, tubuh kedagingan melambangkan sifat dosa yang menguasai manusia sebelum diselamatkan oleh Kristus. Sunat rohani berarti bahwa orang percaya dipanggil untuk hidup dalam kekudusan dan meninggalkan cara hidup lama.
Efesus 4:22-24 menjelaskan konsep ini lebih lanjut:
“Yaitu bahwa kamu harus menanggalkan manusia lama yang sesuai dengan kehidupanmu yang dahulu dan yang dirusak oleh keinginan-keinginan yang menyesatkan, supaya kamu diperbarui dalam roh dan pikiranmu, serta mengenakan manusia baru yang telah diciptakan menurut rupa Allah dalam kebenaran dan kekudusan yang sejati.”
Makna teologis dari pemotongan tubuh kedagingan adalah bahwa orang percaya telah mati terhadap dosa dan hidup bagi Allah. Ini bukan hanya perubahan moral, tetapi transformasi rohani yang mengubahkan seluruh aspek kehidupan.
3. Identitas Baru dalam Kristus: Menjadi Bagian dari Umat Perjanjian Allah
Dalam Perjanjian Lama, sunat menandakan bahwa seseorang menjadi bagian dari umat perjanjian Allah. Demikian juga, sunat rohani menandakan bahwa orang percaya telah menjadi bagian dari keluarga Allah melalui Kristus.
2 Korintus 5:17 menegaskan identitas baru ini:
“Jadi, siapa pun yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru. Yang lama sudah berlalu, lihatlah, yang baru sudah datang!”
Makna teologis dari Kolose 2:11 dalam aspek ini adalah bahwa melalui sunat rohani, orang percaya memiliki status baru sebagai anak-anak Allah dan harus hidup sesuai dengan identitas tersebut.
4. Hubungan dengan Baptisan: Simbol Transformasi dalam Kristus
Dalam Kolose 2:12 (ayat setelah Kolose 2:11), Paulus langsung menghubungkan konsep sunat rohani dengan baptisan:
“Dengan dibaptis di dalam Dia, kamu juga dikuburkan bersama-Nya, dan dalam Dia kamu turut dibangkitkan melalui iman dalam kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati.”
Baptisan melambangkan kematian terhadap dosa dan kebangkitan dalam kehidupan yang baru bersama Kristus. Ini memiliki makna yang sama dengan sunat rohani, yaitu pemotongan kehidupan lama dan kelahiran dalam kehidupan baru.
Para pakar teologi berpendapat bahwa Kolose 2:11-12 menunjukkan bahwa baptisan adalah tanda lahiriah dari sunat rohani yang telah terjadi dalam hati orang percaya.
Kesimpulan
Kolose 2:11 adalah ayat yang menegaskan bahwa sunat sejati bukanlah sunat fisik, tetapi sunat rohani yang dilakukan oleh Kristus. Ini berarti bahwa keselamatan bukanlah hasil usaha manusia, tetapi karya Allah semata.
Teologi Reformed menekankan bahwa sunat rohani adalah tanda regenerasi dan pengudusan yang dilakukan oleh Roh Kudus. Pemahaman ini mengajarkan kita untuk hidup dalam kekudusan, menolak legalisme, dan berpegang teguh pada anugerah keselamatan di dalam Kristus.
Sebagaimana Paulus memperingatkan jemaat Kolose, demikian pula kita dipanggil untuk menjaga kemurnian iman kita, agar kita tetap hidup dalam Kristus dan tidak kembali kepada perbudakan dosa.
"Kiranya Tuhan menolong kita untuk tetap teguh dalam kebenaran-Nya, hidup dalam kekudusan, dan berakar dalam anugerah-Nya."