Obaja 1:1-9: Kehancuran Edom

Pendahuluan
Kitab Obaja adalah kitab terpendek dalam Perjanjian Lama, tetapi memiliki pesan yang kuat tentang penghakiman Tuhan atas bangsa Edom. Dalam Obaja 1:1-9, Tuhan menyatakan bahwa Edom akan dihancurkan karena kesombongan dan permusuhan mereka terhadap Israel. Berikut adalah teks dari bagian ini:
“Penglihatan Obaja. Inilah firman Tuhan ALLAH mengenai Edom: Kami telah mendengar kabar dari TUHAN, dan seorang utusan telah dikirim di antara bangsa-bangsa, katanya, ‘Bangkitlah, dan mari kita bangkit berperang melawannya!’” (Obaja 1:1, AYT)
“Lihat, Aku akan membuatmu kecil di antara bangsa-bangsa, kamu akan sangat dihina.” (Obaja 1:2, AYT)
“Keangkuhan hatimu telah menipumu, kamu yang tinggal di celah-celah batu, di tempat kediaman yang tinggi. Kamu berkata dalam hatimu, ‘Siapa yang akan menurunkan aku ke tanah?’” (Obaja 1:3, AYT)
“Sekalipun kamu terbang tinggi seperti burung rajawali, sekalipun kamu meletakkan sarangmu di antara bintang-bintang, dari sana pun Aku akan membawamu turun,” firman TUHAN. (Obaja 1:4, AYT)
Dalam artikel ini, kita akan mengupas pesan utama dari ayat-ayat ini berdasarkan perspektif beberapa teolog Reformed, seperti John Calvin, Charles Spurgeon, R.C. Sproul, dan Martyn Lloyd-Jones.
1. Latar Belakang Sejarah Edom dan Israel
A. Edom dalam Sejarah Alkitab
Edom adalah keturunan Esau, kakak Yakub (Kejadian 25:30). Bangsa ini sering kali berkonflik dengan Israel. Meskipun mereka berasal dari nenek moyang yang sama, hubungan mereka diwarnai dengan permusuhan dan pengkhianatan.
Beberapa contoh permusuhan Edom terhadap Israel:
-
Ketika Israel keluar dari Mesir, Edom menolak memberikan izin untuk melewati wilayah mereka (Bilangan 20:14-21).
-
Saat Yerusalem diserang oleh Babel, Edom justru bersukacita dan membantu musuh (Mazmur 137:7).
Tindakan Edom ini menunjukkan kesombongan mereka dan kebencian terhadap umat Allah, yang menjadi alasan utama mengapa Tuhan menjatuhkan penghakiman atas mereka.
B. John Calvin: Penghakiman Tuhan sebagai Keadilan Ilahi
John Calvin berkomentar dalam tafsirannya:
“Edom dihukum bukan hanya karena kebenciannya terhadap Israel, tetapi karena ia menganggap dirinya kebal dari hukuman ilahi. Mereka berpikir bahwa perlindungan geografis mereka akan menyelamatkan mereka, tetapi tidak ada benteng yang dapat menahan murka Tuhan.”
Kesombongan Edom membutakan mereka dari realitas penghakiman Allah, sehingga mereka merasa aman padahal berada dalam bahaya besar.
2. Kesombongan Edom dan Murka Tuhan (Obaja 1:3-4)
A. Kepercayaan Palsu pada Benteng Alamiah
Edom dikenal memiliki benteng-benteng yang kuat di pegunungan, terutama kota Petra, yang hampir mustahil ditembus oleh musuh. Mereka berpikir bahwa tempat tinggal mereka membuat mereka tidak terkalahkan.
“Keangkuhan hatimu telah menipumu, kamu yang tinggal di celah-celah batu, di tempat kediaman yang tinggi. Kamu berkata dalam hatimu, ‘Siapa yang akan menurunkan aku ke tanah?’” (Obaja 1:3, AYT)
Namun, Tuhan berfirman bahwa tidak ada tempat yang aman dari penghakiman-Nya:
“Sekalipun kamu terbang tinggi seperti burung rajawali, sekalipun kamu meletakkan sarangmu di antara bintang-bintang, dari sana pun Aku akan membawamu turun.” (Obaja 1:4, AYT)
B. Charles Spurgeon: Bahaya Kesombongan
Charles Spurgeon mengingatkan:
“Tidak ada kesombongan yang lebih berbahaya daripada merasa aman tanpa Allah. Kesombongan membawa manusia kepada kejatuhan, dan bangsa yang menolak tunduk kepada Tuhan akan dihancurkan.”
Kesombongan bukan hanya dosa pribadi, tetapi juga dosa kolektif suatu bangsa. Ketika suatu bangsa mengandalkan kekuatannya sendiri daripada Tuhan, kehancuran pasti datang.
3. Kehancuran Edom oleh Tuhan (Obaja 1:5-9)
A. Penghakiman yang Menyeluruh
Tuhan menggunakan analogi perampok dan pemetik anggur untuk menggambarkan kehancuran Edom:
“Kalau perampok datang kepadamu pada malam hari betapa kamu akan dibinasakan! Akankah mereka hanya mencuri secukupnya saja? Jika pemetik buah anggur datang kepadamu, bukankah mereka akan meninggalkan sisa-sisa petikan?” (Obaja 1:5, AYT)
Artinya, kehancuran Edom akan total. Biasanya, perampok hanya mengambil sebagian barang, dan pemetik anggur meninggalkan sisa buah. Tetapi Tuhan akan menghancurkan Edom tanpa sisa.
B. R.C. Sproul: Tuhan Tidak Akan Membiarkan Dosa Tanpa Hukuman
R.C. Sproul dalam bukunya The Holiness of God menulis:
“Kekudusan Tuhan menuntut keadilan. Dosa tidak bisa dibiarkan begitu saja. Setiap bangsa dan individu yang bermegah dalam dosa akan menghadapi murka Allah.”
Penghakiman terhadap Edom adalah bukti kekudusan Tuhan, yang tidak membiarkan kejahatan dan kesombongan tanpa balasan.
4. Pelajaran Rohani dari Kehancuran Edom
A. Tuhan Menghancurkan Kesombongan
Obaja 1:1-9 mengajarkan bahwa tidak ada kebanggaan manusia yang bisa bertahan di hadapan Tuhan. Edom percaya bahwa mereka kuat karena lokasi geografis dan sekutu-sekutu mereka, tetapi Tuhan membuktikan bahwa semua itu sia-sia.
Martyn Lloyd-Jones berkata:
“Manusia modern juga seperti Edom. Mereka menaruh kepercayaan pada teknologi, kekayaan, dan kekuatan militer. Tetapi semua itu tidak ada artinya jika Tuhan menghakimi mereka.”
B. Tuhan adalah Hakim yang Adil
Penghakiman Edom mengingatkan kita bahwa Tuhan tidak membiarkan kejahatan tanpa balasan. Seperti yang dikatakan dalam Galatia 6:7:
“Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.”
Kehancuran Edom adalah peringatan bagi semua bangsa dan individu yang hidup dalam kesombongan dan ketidakadilan.
C. Keselamatan Hanya dalam Tuhan
Jika Edom dihancurkan karena kesombongannya, bagaimana kita bisa selamat? Jawabannya adalah dengan berserah kepada Kristus.
Yesus berkata dalam Matius 23:12:
“Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”
Keselamatan tidak datang dari kekuatan kita sendiri, tetapi dari kerendahan hati dan iman kepada Kristus.
Kesimpulan
Eksposisi Obaja 1:1-9 mengajarkan kita beberapa hal penting:
-
Kesombongan membawa kehancuran – baik bagi individu maupun bangsa.
-
Tuhan adalah Hakim yang adil, yang akan membalas kejahatan pada waktu-Nya.
-
Kekayaan, kekuatan, dan sekutu manusia tidak bisa menyelamatkan dari penghakiman Tuhan.
-
Satu-satunya cara untuk menghindari kehancuran adalah dengan berserah kepada Tuhan dalam kerendahan hati.
Pesan kitab Obaja tetap relevan hingga hari ini. Apakah kita hidup dalam ketergantungan kepada Tuhan, atau bermegah dalam kekuatan sendiri?