Roma 1:8-10: Iman, Doa, dan Kerinduan Rasul Paulus

Eksposisi Roma 1:8-10: Iman, Doa, dan Kerinduan Rasul Paulus

Pendahuluan

Surat Roma merupakan salah satu surat terpenting dalam Perjanjian Baru, di mana Rasul Paulus menguraikan doktrin keselamatan yang berakar dalam anugerah Allah. Dalam Roma 1:8-10, Paulus menyampaikan ucapan syukur atas iman jemaat di Roma, memperlihatkan komitmen doanya yang tiada henti, dan mengungkapkan kerinduannya untuk mengunjungi mereka. Bagian ini tidak hanya memberikan wawasan tentang hati seorang rasul, tetapi juga mengajarkan prinsip-prinsip penting dalam kehidupan orang percaya.

Artikel ini akan mengupas Roma 1:8-10 berdasarkan perspektif teologi Reformed dengan merujuk kepada beberapa ahli teologi seperti John Calvin, Martin Lloyd-Jones, R.C. Sproul, dan lainnya.

Teks Roma 1:8-10

“Pertama-tama aku mengucap syukur kepada Allahku oleh Yesus Kristus atas kamu sekalian, sebab imanmu diberitakan di seluruh dunia. Karena Allah, yang aku layani dengan segenap hatiku dalam pemberitaan Injil Anak-Nya, adalah saksiku betapa aku dengan tidak putus-putusnya mengingat kamu dalam doaku, meminta, kalau-kalau Allah menghendakinya, aku akhirnya beroleh jalan untuk mengunjungi kamu.” (Roma 1:8-10, TB)

Bagian ini memiliki tiga tema utama: (1) ucapan syukur atas iman jemaat Roma, (2) komitmen Paulus dalam doa, dan (3) kerinduan Paulus untuk bertemu mereka.

1. Ucapan Syukur atas Iman Jemaat Roma (Roma 1:8)

Paulus memulai suratnya dengan ucapan syukur kepada Allah atas iman jemaat di Roma yang telah tersebar luas. Ini menunjukkan betapa pentingnya iman bagi kehidupan Kristen.

Perspektif John Calvin

John Calvin dalam Commentary on Romans menekankan bahwa ucapan syukur Paulus bukan sekadar formalitas, tetapi lahir dari pemahaman bahwa iman orang percaya adalah hasil karya Allah. Calvin menulis, “Paulus tidak memuji orang Roma atas kebajikan mereka sendiri, tetapi ia mengacu pada anugerah Allah yang telah bekerja dalam mereka.” Ini sejalan dengan doktrin sola gratia, bahwa keselamatan dan pertumbuhan iman adalah sepenuhnya karena anugerah Allah.

R.C. Sproul: Iman yang Nyata Tidak Dapat Disembunyikan

Sproul dalam The Gospel of God menyoroti bahwa iman sejati selalu menghasilkan kesaksian yang nyata. Menurutnya, fakta bahwa iman jemaat Roma diketahui di seluruh dunia menunjukkan bahwa mereka memiliki iman yang hidup dan bekerja. Hal ini juga mengingatkan kita bahwa iman bukan hanya sesuatu yang bersifat pribadi, tetapi memiliki dampak dalam kehidupan sosial dan kesaksian gereja di dunia.

Martin Lloyd-Jones: Kesaksian yang Kuat dari Gereja

Lloyd-Jones menambahkan bahwa gereja Roma pada saat itu tidak memiliki status yang istimewa atau kekuatan politik, tetapi iman mereka dikenal luas. Ini menunjukkan bahwa kesaksian gereja yang sejati tidak ditentukan oleh besar kecilnya jemaat, tetapi oleh kesetiaan mereka kepada Injil.

2. Komitmen Paulus dalam Doa (Roma 1:9)

Paulus melanjutkan dengan menegaskan bahwa ia senantiasa berdoa bagi jemaat Roma. Ini menunjukkan betapa pentingnya doa dalam kehidupan rohani.

John Calvin: Doa Adalah Bukti Kasih Sejati

Calvin menafsirkan bahwa doa Paulus bagi jemaat Roma mencerminkan kasihnya yang mendalam. Ia menulis, “Kasih sejati dalam Kristus tidak hanya dinyatakan dalam perkataan, tetapi juga dalam doa yang tak henti-hentinya.” Bagi Calvin, doa bukan hanya permohonan kepada Allah, tetapi juga merupakan ekspresi kasih dan perhatian kepada sesama saudara seiman.

R.C. Sproul: Doa yang Terus-Menerus

Sproul menyoroti frasa “tanpa putus-putusnya” yang digunakan Paulus, yang menunjukkan bahwa doa bagi orang percaya lainnya harus menjadi kebiasaan yang terus-menerus. Ia mengaitkan ini dengan 1 Tesalonika 5:17, di mana Paulus juga berkata, “Berdoalah tanpa henti.” Menurut Sproul, seorang Kristen sejati akan memiliki kehidupan doa yang aktif karena ia menyadari ketergantungannya kepada Allah.

John Piper: Doa sebagai Sarana Rencana Allah

John Piper menambahkan bahwa doa adalah alat yang Allah gunakan untuk menggenapi kehendak-Nya. Dalam Desiring God, Piper menekankan bahwa meskipun Allah berdaulat, Ia memilih untuk bekerja melalui doa orang percaya. Oleh karena itu, Paulus yang memahami kedaulatan Allah tetap tekun berdoa, karena ia tahu bahwa doa adalah bagian dari cara Allah menggenapi rencana-Nya.

3. Kerinduan Paulus untuk Mengunjungi Jemaat Roma (Roma 1:10)

Paulus mengungkapkan keinginannya untuk mengunjungi jemaat Roma. Ia berharap bahwa Allah mengizinkannya untuk datang dan memperkuat mereka dalam iman.

Herman Bavinck: Hubungan dalam Tubuh Kristus

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa keinginan Paulus untuk bertemu jemaat Roma menunjukkan pentingnya persekutuan di dalam tubuh Kristus. Iman Kristen tidak boleh dijalani secara individualistis, tetapi dalam komunitas. Paulus ingin bertemu mereka bukan untuk kepentingannya sendiri, tetapi untuk membangun mereka dalam iman.

John Stott: Allah Berdaulat dalam Setiap Langkah

John Stott dalam The Message of Romans menyoroti bagaimana Paulus menyatakan bahwa rencananya tergantung pada kehendak Allah. Ini menunjukkan bahwa Paulus sangat memahami prinsip kedaulatan Allah. Stott menulis, “Rencana Paulus untuk mengunjungi Roma bukan sekadar keinginannya sendiri, tetapi ia menyerahkan semuanya kepada kehendak Allah.”

Martyn Lloyd-Jones: Keinginan Melayani Jemaat

Lloyd-Jones menambahkan bahwa keinginan Paulus untuk mengunjungi Roma bukan sekadar perjalanan pribadi, tetapi bagian dari misinya untuk menguatkan gereja. Dalam pelayanannya, Paulus selalu berorientasi pada membangun tubuh Kristus, bukan sekadar mencari pengalaman pribadi.

Aplikasi dalam Kehidupan Kristen

1. Iman yang Nyata Harus Diketahui Dunia

Iman jemaat Roma diberitakan di seluruh dunia. Ini mengajarkan bahwa iman Kristen harus menghasilkan buah yang nyata dan menjadi kesaksian bagi orang lain. Gereja masa kini harus bertanya, apakah iman kita terlihat oleh dunia sebagai sesuatu yang nyata dan berpengaruh?

2. Doa yang Tekun Bagi Sesama

Paulus mengajarkan bahwa kasih kepada sesama jemaat harus diwujudkan dalam doa. Sebagai orang percaya, kita harus belajar untuk lebih sering berdoa bagi saudara-saudara seiman dan gereja.

3. Menyerahkan Rencana Kepada Allah

Paulus ingin mengunjungi Roma, tetapi ia menyerahkan semuanya kepada kehendak Allah. Ini mengajarkan bahwa dalam setiap rencana kita, kita harus memiliki sikap tunduk kepada kehendak Tuhan, sebab Dialah yang mengatur langkah-langkah kita (Amsal 16:9).

Kesimpulan

Roma 1:8-10 memberikan wawasan mendalam tentang iman, doa, dan ketergantungan kepada Allah. Dalam perspektif teologi Reformed, ayat ini mengajarkan bahwa iman adalah hasil anugerah Allah, doa adalah bukti kasih yang sejati, dan segala rencana kita harus tunduk pada kehendak Tuhan.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Paulus dalam suratnya kepada jemaat Roma, marilah kita hidup dengan iman yang nyata, bertekun dalam doa, dan menyerahkan setiap langkah kita ke dalam tangan Tuhan yang berdaulat.

Next Post Previous Post