Silsilah Mesias dalam Rut 4:18-22: Pemeliharaan Allah yang Berdaulat

Pendahuluan
Kitab Rut merupakan salah satu kitab yang penuh dengan makna teologis mendalam dalam Perjanjian Lama. Narasi dalam kitab ini tidak hanya mengisahkan perjalanan pribadi Rut dan Naomi, tetapi juga mengungkap bagaimana rencana Allah yang lebih besar terwujud melalui garis keturunan Mesias.
Bagian terakhir dari kitab Rut, khususnya Rut 4:18-22, adalah bagian yang sering kali diabaikan karena hanya berisi daftar silsilah. Namun, bagi para teolog Reformed, bagian ini memiliki makna yang sangat penting dalam memahami pemeliharaan Allah dan penggenapan janji-Nya. Artikel ini akan membahas eksposisi Rut 4:18-22 berdasarkan perspektif beberapa pakar teologi Reformed.
Teks Alkitab: Rut 4:18-22
18 Ini adalah keturunan Peres: Peres memperanakkan Hezron.
19 Hezron memperanakkan Ram. Ram memperanakkan Aminadab.
20 Aminadab memperanakkan Nahason. Nahason memperanakkan Salmon.
21 Salmon memperanakkan Boas. Boas memperanakkan Obed.
22 Obed memperanakkan Isai. Isai memperanakkan Daud.
Eksposisi Ayat Per Ayat
1. Rut 4:18 – “Ini adalah keturunan Peres: Peres memperanakkan Hezron.”
Silsilah ini dimulai dari Peres, salah satu anak dari Yehuda dan Tamar (Kejadian 38). Peres memiliki arti nama "terobosan" atau "yang menerobos", yang mencerminkan bagaimana garis keturunan ini mengalami banyak tantangan tetapi tetap berada dalam pemeliharaan Allah.
Menurut Matthew Henry, Peres adalah tanda bahwa Allah dapat memakai keadaan yang tampaknya penuh dengan dosa (seperti hubungan Yehuda dan Tamar) untuk tetap menjalankan rencana keselamatan-Nya. Ini menunjukkan prinsip anugerah Allah yang berdaulat dalam membawa Mesias melalui keturunan yang tidak sempurna.
2. Rut 4:19 – “Hezron memperanakkan Ram. Ram memperanakkan Aminadab.”
Hezron adalah leluhur penting dalam suku Yehuda. Ram dan Aminadab melanjutkan garis keturunan ini. Aminadab sendiri dikenal sebagai mertua Harun, yang berarti bahwa garis keturunan ini juga berhubungan dengan kepemimpinan spiritual Israel.
Teolog Reformed John Gill menekankan bahwa silsilah ini menegaskan kesinambungan janji Allah yang diberikan kepada Abraham, bahwa keturunannya akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa.
3. Rut 4:20 – “Aminadab memperanakkan Nahason. Nahason memperanakkan Salmon.”
Nahason adalah pemimpin suku Yehuda pada zaman Musa (Bilangan 1:7). Charles H. Spurgeon mencatat bahwa nama Nahason sering dikaitkan dengan iman yang berani, karena tradisi Yahudi menyebutkan bahwa Nahasonlah yang pertama kali masuk ke Laut Merah sebelum laut itu terbelah.
Salmon, putra Nahason, menikahi Rahab, perempuan Kanaan dari Yerikho yang menjadi bagian dari umat Allah karena imannya (Yosua 2). Ini sekali lagi menegaskan bahwa Allah bekerja melalui orang-orang yang tidak terduga untuk menggenapi rencana keselamatan-Nya.
4. Rut 4:21 – “Salmon memperanakkan Boas. Boas memperanakkan Obed.”
Boas adalah tokoh utama dalam kitab Rut. Ia adalah penebus yang menggambarkan Kristus, yang menebus umat-Nya dari perbudakan dosa.
John Calvin dalam komentarnya menyoroti bagaimana Boas adalah simbol dari Kristus sebagai Penebus, yang menunjukkan bahwa penebusan Allah tidak didasarkan pada latar belakang seseorang, tetapi pada anugerah dan rencana-Nya yang berdaulat.
Obed, anak Boas dan Rut, berarti “hamba” atau “penyembah”, yang menunjukkan bagaimana garis keturunan ini akan melahirkan raja yang hatinya sepenuhnya tertuju pada Tuhan, yaitu Daud.
5. Rut 4:22 – “Obed memperanakkan Isai. Isai memperanakkan Daud.”
Ayat ini menutup kitab Rut dengan menghubungkan garis keturunan ini dengan Daud, yang nantinya menjadi raja terbesar Israel.
Teolog Reformed R.C. Sproul menekankan bahwa perikop ini adalah bukti nyata dari pemeliharaan Allah dalam sejarah, bahwa dari kisah seorang janda Moab bernama Rut, Allah membawa lahirnya dinasti Daud, yang akhirnya mengarah kepada Kristus, Sang Raja segala raja.
Implikasi Teologis dalam Perspektif Reformed
1. Pemeliharaan Allah yang Berdaulat dalam Sejarah
Silsilah ini menunjukkan bagaimana Allah mengatur segala sesuatu sesuai dengan rencana-Nya. Teologi Reformed sangat menekankan doktrin Providence (Pemeliharaan Ilahi), yang menyatakan bahwa tidak ada kejadian yang terjadi di luar kendali Allah (Efesus 1:11).
Jonathan Edwards menekankan bahwa sejarah keselamatan adalah kisah tentang rencana Allah yang tidak bisa digagalkan, dan ini sangat jelas terlihat dalam silsilah yang membawa kepada Kristus.
2. Anugerah Allah yang Mengatasi Latar Belakang Manusia
Garis keturunan ini mencakup Tamar, Rahab, dan Rut, yang semuanya bukan berasal dari Israel, tetapi dipakai dalam rencana Allah. Ini menunjukkan bahwa keselamatan bukan berdasarkan ras, status sosial, atau perbuatan, tetapi murni karena anugerah Allah.
Martin Luther dalam komentarnya menyebutkan bahwa Allah seringkali memilih yang lemah dan hina untuk menunjukkan kemuliaan-Nya, sebagaimana yang ditegaskan dalam 1 Korintus 1:27.
3. Penggenapan Janji Mesianik
Daud adalah bayangan dari Mesias yang akan datang, yaitu Yesus Kristus. Dalam Matius 1:1-17, silsilah Yesus Kristus secara eksplisit menghubungkan-Nya dengan garis keturunan ini.
Teolog Reformed Herman Bavinck menekankan bahwa silsilah ini adalah bukti bahwa janji Allah kepada Abraham dalam Kejadian 12:3 digenapi, bahwa melalui keturunannya semua bangsa akan diberkati.
Kesimpulan
Rut 4:18-22 bukan sekadar daftar nama, tetapi merupakan bukti nyata dari rencana keselamatan Allah yang berdaulat. Dari Peres hingga Daud, kita melihat bagaimana Allah bekerja melalui orang-orang biasa—bahkan orang-orang dengan latar belakang yang penuh tantangan—untuk menggenapi janji-Nya.
Bagi kita sebagai orang percaya, bagian ini mengingatkan bahwa hidup kita ada dalam pemeliharaan Allah yang sempurna. Tidak ada kejadian yang terjadi secara kebetulan, dan rencana-Nya selalu membawa kepada penggenapan janji keselamatan dalam Kristus.
"Tetapi tentang Anak itu Ia berkata: ‘Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat keadilan’" (Ibrani 1:8).
Kiranya kita semakin percaya dan bersandar pada kedaulatan Allah yang tidak pernah gagal! Soli Deo Gloria!