5 Mitos tentang Mengajarkan Teologi kepada Pemuda

5 Mitos tentang Mengajarkan Teologi kepada Pemuda

Pendahuluan

Banyak gereja hari ini menganggap bahwa mengajarkan teologi kepada kaum muda adalah tugas yang terlalu sulit, atau bahkan tidak perlu. Namun, dalam tradisi Reformed, pemuridan teologis sejak usia muda adalah hal yang vital.
John Calvin mengatakan bahwa "benih-benih kesalehan harus ditanam dalam hati manusia sedini mungkin."

Artikel ini membongkar 5 mitos umum tentang mengajarkan teologi kepada pemuda berdasarkan pandangan teolog-teolog Reformed seperti R.C. Sproul, Joel Beeke, Kevin DeYoung, dan Sinclair Ferguson.
Kita akan melihat mengapa mengabaikan teologi di kalangan muda adalah kesalahan fatal, dan bagaimana gereja bisa memperlengkapi generasi berikutnya dengan dasar iman yang kokoh.

1. Mitos #1: "Pemuda Tidak Tertarik pada Teologi"

a. Penjelasan Mitos

Banyak yang percaya bahwa pemuda lebih tertarik pada kegiatan sosial, musik, atau media, dan teologi dianggap terlalu kaku dan membosankan bagi mereka.

b. Jawaban Teologi Reformed

Joel Beeke dalam bukunya Teaching Young People the Reformed Faith menulis, "Pemuda lapar akan kebenaran sejati, meskipun mereka sendiri sering tidak sadar."

R.C. Sproul menekankan bahwa kehausan akan makna dan identitas adalah bukti bahwa teologi sangat relevan untuk kaum muda.
Bahkan, gerakan reformasi besar sering dipelopori oleh generasi muda!

Yesus sendiri mengajar remaja dan pemuda (seperti murid-murid-Nya) tentang Kerajaan Allah dengan pengajaran mendalam.

Mengajarkan teologi secara menarik dan aplikatif membuktikan bahwa anak muda bisa dan mau belajar teologi.

2. Mitos #2: "Mengajarkan Teologi Akan Membingungkan Mereka"

a. Penjelasan Mitos

Beberapa gereja berpikir bahwa membahas konsep-konsep berat seperti Trinitas, pemilihan, atau iman dan perbuatan akan membuat anak muda bingung atau malah menjauh.

b. Jawaban Teologi Reformed

John Calvin percaya bahwa "tidak ada usia terlalu muda untuk mulai mengenal misteri ilahi."
Anak-anak dan pemuda, meski dengan cara bertahap, mampu memahami konsep-konsep besar jika diajarkan dengan jelas dan setia.

Kevin DeYoung menekankan, "Lebih baik kita membingungkan mereka sejenak dengan kebenaran daripada membiarkan mereka puas dengan kepalsuan seumur hidup."

Gereja harus menyediakan pembimbing rohani yang sabar dan pengajaran yang bertahap, bukan menurunkan standar kebenaran.

3. Mitos #3: "Yang Penting Pemuda Bersemangat, Tidak Perlu Teologi yang Dalam"

a. Penjelasan Mitos

Beberapa pelayanan pemuda hanya berfokus pada mengadakan acara yang seru dan mengharapkan bahwa antusiasme semata sudah cukup untuk mempertahankan iman mereka.

b. Jawaban Teologi Reformed

Sinclair Ferguson memperingatkan bahwa "api yang menyala-nyala tanpa dasar kebenaran hanya menghasilkan kebakaran liar, bukan pertumbuhan rohani."

Joel Beeke mengatakan bahwa semangat yang tidak berakar pada kebenaran akan mudah padam saat tantangan datang.
Teologi memberikan pemuda:

  • Akar iman di tengah badai hidup

  • Kerangka pikir untuk menguji dunia sekitar

  • Dasar pengharapan di tengah godaan dunia

4. Mitos #4: "Teologi Membuat Pemuda Menjadi Kaku dan Tidak Praktis"

a. Penjelasan Mitos

Ada kekhawatiran bahwa belajar teologi membuat pemuda menjadi legalistik, tidak relevan dengan dunia nyata, dan kehilangan kepekaan sosial.

b. Jawaban Teologi Reformed

Menurut R.C. Sproul, "Teologi sejati selalu membawa kepada kasih yang lebih besar kepada Allah dan sesama."

Teologi Reformed mengajarkan bahwa:

  • Doktrin sehat melahirkan kehidupan Kristen yang sejati.

  • Pemahaman mendalam tentang Allah membentuk pengabdian praktis di dunia.

Kevin DeYoung menulis bahwa orang muda yang berakar dalam teologi sejati justru akan menjadi garam dan terang dunia, bukan pelarian sosial.

Teologi tidak menjauhkan pemuda dari dunia, melainkan membekali mereka untuk melayani dunia dengan Injil.

5. Mitos #5: "Mengajarkan Teologi Adalah Tugas Nanti, Setelah Mereka Dewasa"

a. Penjelasan Mitos

Banyak yang berpikir bahwa pelajaran teologi serius harus ditunda sampai seseorang menjadi dewasa atau memutuskan sendiri untuk belajar.

b. Jawaban Teologi Reformed

John Calvin menekankan bahwa "akar kesalehan ditanam dalam masa muda."
Jika gereja menunda pengajaran teologi, dunia akan cepat mengisi kekosongan itu dengan ideologi yang salah.

Joel Beeke berkata: "Jika kita tidak mengajar mereka teologi hari ini, kita akan berjuang keras merebut hati mereka kembali esok."

Alkitab menunjukkan bahwa dari masa muda, seseorang dipanggil untuk:

  • Mengenal Allah (2 Timotius 3:15)

  • Berakar dalam kebenaran (Mazmur 119:9)

  • Bertumbuh dalam iman dan kasih karunia (2 Petrus 3:18)

Waktu terbaik mengajarkan teologi adalah SEKARANG.

Kesimpulan: Kembali pada Pemuridan Teologis Sejak Dini

Mengajarkan teologi kepada pemuda:

  • Bukan sesuatu yang opsional

  • Bukan sesuatu yang bisa ditunda

  • Bukan sesuatu yang membosankan jika diajarkan dengan benar

Dalam dunia yang penuh kebingungan moral, relativisme, dan serangan terhadap iman Kristen, generasi muda perlu lebih dari sekadar pengalaman emosional.
Mereka membutuhkan kebenaran Allah yang kekal.

Teologi Reformed menawarkan peta jalan yang kokoh untuk:

  • Membentuk karakter Kristiani

  • Menumbuhkan cinta sejati kepada Allah

  • Membekali mereka menghadapi dunia

Mari kita hancurkan mitos-mitos ini dan memperlengkapi pemuda kita untuk menjadi pejuang kebenaran di generasi mereka.

Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post