Penghiburan Bagi Mereka yang Telah Dikhianati

Pendahuluan
Pengkhianatan adalah salah satu luka terdalam yang bisa dialami manusia.
Baik dalam persahabatan, keluarga, pernikahan, atau bahkan dalam gereja, dikhianati meninggalkan bekas luka emosional yang dalam.
Namun, Alkitab tidak membiarkan kita tanpa penghiburan. Dalam terang teologi Reformed, kita menemukan penghiburan sejati bagi mereka yang telah terluka oleh pengkhianatan.
Artikel ini menggali bagaimana para teolog Reformed seperti John Calvin, R.C. Sproul, Joel Beeke, Sinclair Ferguson, dan Tim Keller memahami penderitaan akibat pengkhianatan dan menunjukkan penghiburan abadi yang tersedia dalam Kristus.
1. Realitas Pahit: Pengkhianatan dalam Sejarah Penebusan
a. Pengkhianatan adalah Bagian dari Dunia yang Jatuh
Sejak kejatuhan manusia, pengkhianatan menjadi bagian dari dunia kita yang rusak.
John Calvin dalam komentarnya atas Mazmur mengungkapkan, "Orang saleh tidak boleh heran jika mereka dikhianati, karena Kristus sendiri mengalaminya terlebih dahulu."
Bahkan dalam Kitab Suci, kita melihat:
-
Yusuf dikhianati oleh saudara-saudaranya (Kejadian 37)
-
Daud dikhianati oleh sahabat dekatnya, Ahitofel (2 Samuel 15:31)
-
Paulus ditinggalkan oleh rekan-rekannya (2 Timotius 4:10)
Terutama, Tuhan Yesus sendiri dikhianati oleh Yudas Iskariot — pengkhianatan yang membawa-Nya menuju salib.
b. Yesus Memahami Luka Pengkhianatan
R.C. Sproul menulis, "Kristus tidak hanya mengetahui pengkhianatan secara teori; Ia mengalaminya dalam penderitaan yang paling mendalam."
Karena itu, Dia menjadi Imam Besar yang penuh belas kasihan (Ibrani 4:15) yang memahami luka hati kita.
2. Reaksi Manusiawi dan Respon Alkitabiah terhadap Pengkhianatan
a. Reaksi Alami: Kepahitan, Marah, dan Keputusasaan
Wajar jika seseorang merasa hancur, marah, bahkan ingin membalas ketika dikhianati.
Namun, Joel Beeke memperingatkan bahwa "tanpa kasih karunia, kepahitan akan berakar dan menghancurkan hidup kita lebih dari luka pengkhianatan itu sendiri."
b. Respon Alkitabiah: Membawa Luka kepada Allah
Mazmur dipenuhi dengan seruan orang-orang yang dikhianati, seperti Mazmur 55:12-14:
"Bukan musuh yang mencela aku, itu yang dapat kutanggung... melainkan engkau, orang yang setaraf dengan aku, sahabat karibku."
Sinclair Ferguson mengajarkan bahwa langkah pertama untuk sembuh adalah membawa kelukaan kita ke hadapan Tuhan, bukan memendamnya.
3. Mengingat Kedaulatan Allah di Tengah Pengkhianatan
a. Tidak Ada Penderitaan yang Kebetulan
Dalam kerangka teologi Reformed, kita percaya pada kedaulatan Allah atas segala hal, termasuk pengkhianatan.
John Calvin menulis, "Tidak ada satu pun musibah yang terjadi tanpa izin dan tujuan Allah."
Artinya:
-
Allah tidak menyebabkan kejahatan, tetapi mengizinkan dan menggunakan kejahatan untuk rencana-Nya yang lebih besar (Roma 8:28).
-
Bahkan pengkhianatan menjadi alat untuk membawa kebaikan rohani bagi umat-Nya.
b. Contoh Yusuf dan Kristus
-
Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya di Mesir:
"Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan." (Kejadian 50:20)
-
Yesus melalui pengkhianatan Yudas mencapai puncak rencana penebusan.
Tim Keller menekankan bahwa "Allah bekerja paling dahsyat melalui momen-momen yang tampaknya paling hancur."
4. Langkah-Langkah Rohani dalam Penyembuhan Luka Pengkhianatan
a. Menerima Luka di Hadapan Tuhan
Mengakui luka adalah langkah pertama.
Joel Beeke mendorong kita untuk "tidak menyangkal rasa sakit, tetapi menyerahkannya dalam doa yang jujur di hadapan Allah."
b. Merenungkan Kasih dan Kesetiaan Allah
Mazmur 36:5 berkata, "Kasih setia-Mu, ya TUHAN, sampai ke langit."
Kesetiaan Allah jauh melampaui ketidaksetiaan manusia.
R.C. Sproul mengingatkan: "Mereka boleh mengkhianati kita, tapi Allah tidak pernah meninggalkan kita."
c. Mengampuni dengan Kasih Karunia
Mengampuni bukan berarti membenarkan pengkhianatan, tapi melepaskan kita dari belenggu kepahitan.
Yesus mengajarkan:
"Ampunilah, maka kamu akan diampuni." (Lukas 6:37)
Sinclair Ferguson menulis, "Mengampuni bukanlah tentang melupakan, tetapi tentang mempercayakan keadilan kepada Allah."
d. Menaruh Harapan dalam Pemulihan Kristus
Kristus menjanjikan bahwa Dia akan "menyembuhkan yang remuk hati" (Yesaya 61:1).
5. Membangun Kembali Kepercayaan dan Relasi Setelah Pengkhianatan
a. Kepercayaan Harus Diberikan dengan Bijaksana
Kevin DeYoung mengingatkan bahwa membangun kembali kepercayaan membutuhkan waktu dan kebijaksanaan rohani.
Mengampuni bukan berarti segera mempercayai kembali, terutama tanpa pertobatan sejati dari pihak yang bersalah.
b. Komunitas Kristen sebagai Sarana Penyembuhan
Gereja adalah tempat di mana luka bisa dipulihkan melalui:
-
Firman yang diberitakan
-
Sakramen yang menguatkan iman
-
Persekutuan yang menghiburkan hati
Joel Beeke menekankan pentingnya "berakar dalam komunitas orang percaya yang sejati dan setia."
6. Pengkhianatan Bukan Akhir: Allah Menulis Kisah Baru
a. Kisah Yusuf dan Kristus: Dari Pengkhianatan ke Kemuliaan
-
Yusuf, setelah dikhianati, menjadi penyelamat bagi banyak orang.
-
Kristus, setelah dikhianati, membawa keselamatan kekal.
Begitu pula, Allah dapat memakai pengalaman pahit kita untuk:
-
Menguatkan iman
-
Membentuk karakter Kristus dalam kita
-
Membawa penghiburan kepada orang lain yang terluka
2 Korintus 1:4 mengajarkan bahwa Allah "menghibur kita dalam segala penderitaan kita, supaya kita dapat menghibur mereka yang berada dalam bermacam-macam penderitaan."
b. Harapan Eschatologis: Tidak Ada Lagi Pengkhianatan di Surga
Suatu hari nanti, di langit baru dan bumi baru, tidak akan ada lagi air mata, kesakitan, atau pengkhianatan (Wahyu 21:4).
Tim Keller menyebut ini sebagai "penghiburan akhir yang dijanjikan bagi semua yang berseru kepada Tuhan."
Kesimpulan
Pengkhianatan memang menghancurkan, tetapi bukan akhir cerita kita.
Di tengah luka, ada penghiburan yang hanya dapat ditemukan di dalam Kristus:
-
Dia memahami luka kita
-
Dia menyertai dalam penderitaan kita
-
Dia menyembuhkan hati yang remuk
-
Dia menggunakan bahkan pengkhianatan untuk tujuan ilahi yang lebih besar
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk:
-
Membawa luka kita kepada Allah
-
Mengampuni dengan kasih karunia
-
Berpegang pada janji kesetiaan-Nya
-
Membangun kembali hidup di bawah anugerah-Nya
Mari kita bersandar pada Pribadi yang setia, yang tidak pernah mengkhianati umat-Nya — Tuhan Yesus Kristus.
Soli Deo Gloria!