Apakah Yesus Turun ke Neraka?

Pendahuluan
Salah satu bagian paling kontroversial dalam Pengakuan Iman Rasuli adalah frasa “Ia turun ke dalam kerajaan maut” atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai “He descended into hell”. Pernyataan ini telah menjadi bahan diskusi dan perdebatan selama berabad-abad dalam teologi Kristen, termasuk di kalangan teologi Reformed.
Apakah Yesus benar-benar turun ke neraka setelah kematian-Nya di kayu salib? Apa arti sebenarnya dari pernyataan tersebut dalam konteks Alkitab? Dan bagaimana para teolog Reformed seperti John Calvin, Louis Berkhof, Herman Bavinck, dan R.C. Sproul memahami ajaran ini?
Dalam artikel ini, kita akan membahas makna dari doktrin ini, menelusuri dasar Alkitabnya, serta bagaimana teologi Reformed memahami apakah Yesus benar-benar turun ke neraka atau tidak.
1. Dasar Alkitab tentang “Turun ke Neraka”
Banyak yang bertanya apakah ada ayat Alkitab yang secara eksplisit menyatakan bahwa Yesus turun ke neraka. Berikut beberapa ayat yang sering dikaitkan dengan doktrin ini:
-
Mazmur 16:10
“Sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati dan tidak membiarkan orang kudus-Mu melihat kebinasaan.” (Mazmur 16:10, AYT)
Ayat ini dikutip oleh Petrus dalam Kisah Para Rasul 2:27 dan diterapkan pada Yesus. Kata "dunia orang mati" dalam bahasa Ibrani adalah Sheol, yang dalam Perjanjian Lama merujuk pada tempat orang mati secara umum, bukan neraka seperti yang kita pahami saat ini.
-
Efesus 4:9
“Bukankah ‘Ia telah naik’ berarti bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah?” (Efesus 4:9, AYT)
Beberapa orang menafsirkan "bagian bumi yang paling bawah" sebagai neraka, tetapi banyak teolog Reformed menafsirkannya sebagai inkarnasi Kristus, yaitu kedatangan-Nya ke dunia dan penderitaan-Nya di kayu salib.
-
1 Petrus 3:18-19
“Kristus juga telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan tubuh, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh. Di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara.” (1 Petrus 3:18-19, AYT)
Ayat ini sering digunakan sebagai dasar bahwa Yesus turun ke neraka untuk memberitakan Injil kepada roh-roh yang mati. Namun, penafsirannya masih diperdebatkan.
2. Pandangan John Calvin: Penderitaan Yesus sebagai "Neraka"
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion (1559) menolak gagasan bahwa Yesus secara fisik turun ke neraka setelah kematian-Nya. Menurut Calvin, frasa “turun ke dalam kerajaan maut” mengacu pada penderitaan yang dialami Yesus di kayu salib.
Calvin menjelaskan bahwa Yesus mengalami kengerian neraka, bukan dalam arti literal pergi ke neraka, tetapi dalam penderitaan-Nya ketika Ia menanggung murka Allah atas dosa-dosa manusia. Ketika Yesus berseru di kayu salib:
“Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46, AYT)
Saat itulah Yesus mengalami pemisahan dari Bapa, yang merupakan esensi dari penderitaan neraka. Jadi, menurut Calvin, "turun ke neraka" bukan berarti perjalanan fisik ke neraka, tetapi pengalaman rohani Kristus dalam menanggung hukuman dosa.
3. Pandangan Louis Berkhof: Sheol, Hades, dan Neraka
Louis Berkhof, seorang teolog Reformed terkenal, dalam Systematic Theology menjelaskan bahwa ada perbedaan antara Sheol (Ibrani), Hades (Yunani), dan Gehenna (neraka).
-
Sheol/Hades dalam Alkitab sering merujuk pada tempat orang mati secara umum, bukan neraka tempat hukuman kekal.
-
Gehenna lebih spesifik digunakan untuk menggambarkan neraka sebagai tempat hukuman kekal bagi orang fasik.
Berkhof menyimpulkan bahwa Yesus tidak turun ke neraka dalam arti tempat hukuman kekal, tetapi Dia benar-benar mati dan pergi ke dunia orang mati (Sheol/Hades). Namun, ini tidak berarti Dia mengalami penderitaan di neraka.
4. Pandangan Herman Bavinck: Kristus Mengalahkan Kematian
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics juga menolak gagasan bahwa Yesus turun secara literal ke neraka. Menurutnya, ketika Yesus mati, Ia masuk ke dalam keadaan kematian seperti manusia lainnya, tetapi bukan untuk dihukum, melainkan untuk mengalahkan kematian itu sendiri.
Yesus tidak turun ke neraka untuk disiksa atau untuk memberitakan Injil kepada orang mati, tetapi untuk menunjukkan bahwa kematian tidak dapat menahan-Nya. Bavinck menekankan kebangkitan Kristus sebagai kemenangan atas maut, bukan perjalanan ke neraka.
5. Pandangan R.C. Sproul: Kesalahan Terjemahan dalam Pengakuan Iman Rasuli
R.C. Sproul dalam Essential Truths of the Christian Faith menjelaskan bahwa ada kemungkinan besar bahwa frasa "Ia turun ke dalam kerajaan maut" dalam Pengakuan Iman Rasuli berasal dari kesalahan terjemahan.
Menurut Sproul, dalam naskah-naskah awal Pengakuan Iman Rasuli, frasa ini tidak ada. Baru kemudian, ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, kata inferos (dunia orang mati) ditambahkan, yang kemudian berkembang menjadi pemahaman "turun ke neraka".
Sproul berpendapat bahwa jika kita mengikuti pemahaman Reformed yang berbasis Alkitab, tidak ada alasan untuk percaya bahwa Yesus benar-benar turun ke neraka setelah kematian-Nya.
Kesimpulan: Apakah Yesus Turun ke Neraka?
Berdasarkan kajian dari teologi Reformed, ada beberapa kesimpulan penting yang bisa diambil:
-
Yesus benar-benar mengalami kematian
-
Yesus masuk ke dalam Sheol atau Hades dalam arti bahwa Ia benar-benar mati seperti manusia lainnya.
-
-
Yesus tidak mengalami penderitaan di neraka
-
Penderitaan Yesus yang sesungguhnya terjadi di kayu salib, ketika Ia menanggung murka Allah.
-
-
Yesus tidak pergi ke neraka untuk memberitakan Injil kepada orang mati
-
Ayat seperti 1 Petrus 3:18-19 lebih mungkin berbicara tentang Kristus yang dalam Roh memberitakan kemenangan-Nya, bukan berkhotbah kepada jiwa-jiwa yang sudah mati.
-
-
Pengakuan Iman Rasuli perlu ditafsirkan dengan benar
-
Frasa "Ia turun ke dalam kerajaan maut" lebih tepat dipahami sebagai kematian Kristus, bukan perjalanan fisik ke neraka.
-
-
Yesus mengalahkan maut melalui kebangkitan-Nya
-
Kemenangan Kristus bukan terjadi di neraka, tetapi di kayu salib dan kubur yang kosong.
-
Sebagai orang percaya, kita tidak perlu terjebak dalam spekulasi yang tidak alkitabiah. Yang terpenting adalah memahami bahwa Yesus telah menanggung hukuman dosa kita sepenuhnya di kayu salib dan bangkit dalam kemenangan. Ini adalah dasar iman Kristen yang sejati.
“Tetapi sekarang Kristus sudah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.” (1 Korintus 15:20, AYT)
Amin.