Tabir Bait Suci Terbelah: Apa Artinya bagi Kita? (Matius 27:51)

Pendahuluan
Salah satu peristiwa paling dramatis yang terjadi saat Yesus mati di kayu salib adalah terbelahnya tabir Bait Suci. Matius 27:51 mencatat:
“Dan, lihat, tirai dalam Bait Allah robek menjadi dua bagian, dari atas sampai ke bawah, dan bumi berguncang, dan batu-batu terbelah.” (Matius 27:51, AYT)
Peristiwa ini bukan hanya sekadar fenomena fisik, tetapi memiliki makna teologis yang sangat dalam. Dalam teologi Reformed, peristiwa ini sering dikaitkan dengan penggenapan karya keselamatan Kristus, akses langsung kepada Allah, dan berakhirnya sistem ibadah lama.
Dalam artikel ini, kita akan menelaah makna tabir yang terbelah dari perspektif beberapa ahli teologi Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, Charles Hodge, dan R.C. Sproul.
1. Apa itu Tabir Bait Suci?
Tabir atau tirai dalam Bait Suci adalah sebuah kain tebal yang memisahkan Ruang Kudus dari Ruang Mahakudus dalam Bait Allah di Yerusalem. Ruang Mahakudus adalah tempat kehadiran Allah yang paling suci, yang hanya bisa dimasuki oleh imam besar sekali setahun pada Hari Pendamaian (Yom Kippur) (Imamat 16:2-34).
Fungsi utama tabir ini adalah menandakan keterpisahan antara Allah yang kudus dengan manusia yang berdosa. Hanya melalui pengorbanan darah dan perantaraan imam besar, umat bisa mendekati Allah.
2. Makna Teologis Tabir yang Terbelah
a. Penggenapan Karya Kristus (Pandangan John Calvin)
John Calvin dalam Commentary on Matthew, Mark, and Luke menjelaskan bahwa tabir yang terbelah melambangkan berakhirnya sistem persembahan korban dalam Perjanjian Lama. Ia menulis:
“Kristus adalah Imam Besar yang sejati, dan dengan kematian-Nya, Ia telah membawa pendamaian yang sempurna bagi kita, sehingga tidak lagi diperlukan perantara manusia untuk mendekati Allah.”
Dengan kata lain, kematian Yesus membuka jalan langsung bagi kita untuk mendekati Allah tanpa perlu perantara manusia.
b. Akses Langsung kepada Allah (Pandangan Herman Bavinck)
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menekankan bahwa terbelahnya tabir menunjukkan bahwa semua orang percaya sekarang memiliki akses langsung kepada Allah melalui Yesus Kristus.
“Kristus adalah Pengantara satu-satunya antara Allah dan manusia, dan dalam Dia, kita semua dapat masuk ke hadirat Allah tanpa takut.”
Ini selaras dengan Ibrani 10:19-20:
“Karena itu, Saudara-saudara, oleh darah Yesus, kita mempunyai keberanian untuk masuk ke tempat kudus melalui jalan yang baru dan hidup yang telah dibukakan-Nya bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri.”
c. Berakhirnya Sistem Ibadah Lama (Pandangan Charles Hodge)
Charles Hodge dalam Systematic Theology melihat peristiwa ini sebagai tanda bahwa hukum Taurat telah digenapi dalam Kristus.
“Semua ritual dan pengorbanan dalam Perjanjian Lama hanyalah bayangan dari pengorbanan Kristus yang sempurna.”
Dengan kata lain, tidak ada lagi kebutuhan akan korban binatang atau imam manusia, karena Kristus telah menjadi korban yang sempurna dan Imam Besar yang kekal (Ibrani 9:11-12).
d. Kedaulatan Allah atas Keselamatan (Pandangan R.C. Sproul)
R.C. Sproul dalam The Holiness of God menyoroti bahwa tabir yang terbelah dari atas ke bawah menunjukkan bahwa inisiatif keselamatan berasal dari Allah, bukan dari manusia.
“Manusia tidak bisa membuka jalan menuju Allah; hanya Allah sendiri yang dapat memberikan akses kepada-Nya, dan Dia melakukannya melalui kematian Kristus.”
Ini menegaskan doktrin anugerah Allah dalam keselamatan, yang sangat ditekankan dalam teologi Reformed.
3. Implikasi bagi Kehidupan Kristen
Dari eksposisi di atas, kita dapat menarik beberapa implikasi penting:
1. Keselamatan adalah Anugerah, Bukan Usaha Manusia
Terbelahnya tabir menunjukkan bahwa manusia tidak bisa mendekati Allah dengan usahanya sendiri. Hanya melalui Kristus, kita dapat memiliki hubungan dengan Allah.
2. Kita Memiliki Akses Langsung kepada Allah
Dalam Perjanjian Baru, kita tidak membutuhkan imam manusia sebagai perantara, karena Kristus sendiri adalah Imam Besar kita. Oleh karena itu, kita bisa berdoa dan menyembah Allah dengan penuh keberanian.
3. Tidak Ada Lagi Dinding Pemisah dalam Kristus
Tabir yang terbelah juga melambangkan persatuan antara orang Yahudi dan non-Yahudi dalam Kristus (Efesus 2:14-16). Semua orang percaya sekarang adalah satu umat Allah.
4. Kita Dipanggil untuk Hidup Kudus
Meskipun kita memiliki akses langsung kepada Allah, kita juga dipanggil untuk hidup dalam kekudusan, karena kita sekarang adalah Bait Allah yang hidup (1 Korintus 6:19-20).
Kesimpulan
Peristiwa tabir Bait Suci yang terbelah dalam Matius 27:51 memiliki makna teologis yang sangat dalam:
-
Kristus adalah penggenapan hukum Taurat dan korban yang sempurna.
-
Kita sekarang memiliki akses langsung kepada Allah melalui Yesus.
-
Sistem ibadah lama telah berakhir, dan keselamatan adalah anugerah Allah.
-
Kita dipanggil untuk hidup dalam kekudusan sebagai umat Allah yang baru.
Sebagai orang percaya, kita harus bersyukur atas karya Kristus di salib dan hidup dalam iman, penyembahan, dan ketaatan kepada-Nya.
Soli Deo Gloria!