Doktrin Pendamaian Menurut Ajaran Para Rasul

(The Doctrine of the Atonement as Taught by the Apostles)
Pendahuluan
Tidak ada aspek dari iman Kristen yang lebih sentral daripada doktrin pendamaian oleh Yesus Kristus. Tanpa pendamaian, tidak ada pengampunan dosa, tidak ada hubungan yang dipulihkan antara Allah dan manusia, dan tidak ada keselamatan. Para rasul, sebagai saksi langsung kehidupan, kematian, dan kebangkitan Kristus, menempatkan pendamaian di jantung dari pewartaan mereka. Melalui surat-surat mereka dalam Perjanjian Baru, mereka mengajarkan bahwa Kristus mati sebagai pengganti kita, untuk menanggung murka Allah, menghapus dosa kita, dan mendamaikan kita dengan Allah.
Artikel ini akan membahas ajaran para rasul tentang pendamaian, serta bagaimana teolog Reformed menerjemahkan dan mengembangkan pemahaman ini dalam kerangka sistematis.
1. Pendamaian dalam Pewartaan Para Rasul
a. Petrus: Kristus sebagai Pengganti yang Tak Berdosa
Rasul Petrus menyatakan secara jelas dalam:
"Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran."
— 1 Petrus 2:24
Ayat ini menegaskan natur pengganti (substitutionary) dari karya Kristus. Ia bukan hanya menderita bersama kita, tetapi sebagai wakil dan pengganti kita.
Dalam 1 Petrus 3:18, Petrus kembali menulis:
"Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah."
Louis Berkhof menyebut ayat ini sebagai teks klasik dari pendamaian substitusioner—Yesus yang benar mati menggantikan orang-orang yang berdosa, demi satu tujuan utama: mendamaikan kita dengan Allah.
b. Paulus: Salib sebagai Pusat Injil
Bagi Paulus, pendamaian bukan sekadar aspek dari Injil, tetapi Injil itu sendiri.
Dalam 1 Korintus 15:3, ia menyatakan:
"Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci."
Paulus memakai istilah teknis seperti:
-
Dikaiōsis (pembenaran),
-
Hilastērion (pendamaian/memadamkan murka),
-
Apokatallassō (rekonsiliasi),
-
Lutrōsis (penebusan).
Dalam Roma 3:25, ia menulis:
"Kristus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya."
B.B. Warfield menjelaskan bahwa ayat ini adalah pusat teologis dari seluruh Alkitab, karena:
-
Menunjukkan bahwa Allah sendiri yang menyediakan korban (Kristus),
-
Korban itu menanggung murka Allah,
-
Dan Allah tetap adil serta menjadi pembenar orang berdosa.
2. Unsur-Unsur Pendamaian dalam Surat Para Rasul
a. Penggantian (Substitution)
Ini adalah elemen utama dalam ajaran rasul-rasul:
-
Kristus menanggung hukuman yang seharusnya ditimpakan kepada kita,
-
Dia menjadi pengganti yang sempurna.
“Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”
— 2 Korintus 5:21
John Murray dalam Redemption Accomplished and Applied menyebut ini sebagai transaksi penebusan satu arah, di mana Kristus menanggung dosa kita, dan kita menerima kebenaran-Nya.
b. Penebusan (Redemption)
Rasul Paulus berkata dalam Efesus 1:7:
"Di dalam Dia kita memiliki penebusan oleh darah-Nya, yaitu pengampunan dosa..."
Konsep ini merujuk pada pembebasan dari perbudakan dosa dengan harga darah Kristus.
Herman Bavinck menjelaskan bahwa penebusan mengimplikasikan:
-
Dosa sebagai perbudakan sejati,
-
Darah sebagai pembayaran riil,
-
Keselamatan sebagai pembebasan yang tuntas.
c. Perdamaian (Reconciliation)
"Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus, dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka."
— 2 Korintus 5:19
Pendamaian berarti hubungan yang rusak antara Allah dan manusia telah dipulihkan, bukan karena manusia berubah, tetapi karena Allah bertindak lebih dahulu.
d. Pemenuhan Hukum dan Keadilan Allah
Dalam Roma 8:3-4, Paulus menulis bahwa Kristus datang dalam rupa manusia berdosa:
“untuk menjatuhkan hukuman atas dosa dalam daging, supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita.”
Pendamaian bukan hanya soal kasih, tetapi juga keadilan Allah yang tidak bisa diabaikan. R.C. Sproul menegaskan bahwa “salib adalah tempat di mana kasih dan keadilan Allah bertemu secara sempurna.”
3. Doktrin Pendamaian dan Teologi Reformed
a. Sifat Substitusioner dan Penal
Teologi Reformed menekankan penal substitution: Kristus tidak hanya mati bagi kita, tapi menggantikan kita, menanggung hukuman dosa.
John Calvin menulis dalam Institutes:
"Kristus menanggung murka Allah, bukan sekadar sebagai korban, tetapi sebagai pelaksana keadilan ilahi."
b. Doktrin Pendamaian Efektif
Menurut doktrin Limited Atonement atau Particular Redemption, kematian Kristus tidak hanya membuka jalan keselamatan, tetapi menjamin keselamatan orang-orang pilihan.
Herman Bavinck menegaskan bahwa:
"Pendamaian Kristus tidak menunggu kehendak manusia untuk menjadi efektif. Ia menyelamatkan."
c. Trinitas dalam Pendamaian
-
Bapa merancang keselamatan,
-
Anak melaksanakan dengan pengorbanan,
-
Roh Kudus menerapkannya secara pribadi kepada orang percaya.
4. Apologetika dan Kritik Terhadap Pandangan Rasul
a. Kritik Liberal: Pendamaian Sebagai Mitos Kekerasan
Beberapa teologi modern menyebut ajaran ini sebagai “cosmic child abuse” (Rita Nakashima Brock dan J. Denny Weaver), karena Allah “menghukum” Anak-Nya.
Namun R.C. Sproul menjawab:
“Kristus bukan korban, tetapi pelaku. Ia secara sukarela menyerahkan nyawa-Nya (Yoh. 10:18).”
b. Pandangan Moral Influence
Pandangan liberal menekankan bahwa salib hanyalah contoh kasih dan pengorbanan moral.
Tetapi para rasul tidak hanya menekankan kasih, melainkan juga keadilan dan penghukuman atas dosa.
5. Implikasi Pastoral dari Ajaran Pendamaian
a. Kepastian Pengampunan
Karena darah Kristus telah dicurahkan, maka dosa benar-benar dihapuskan.
"Darah Yesus… menyucikan kita dari segala dosa." — 1 Yohanes 1:7
b. Motivasi untuk Kekudusan
"Kristus telah mati supaya kita tidak lagi hidup bagi diri kita sendiri." — 2 Korintus 5:15
Pendamaian bukan hanya membebaskan kita dari murka, tetapi juga memanggil kita kepada hidup baru dalam kekudusan.
6. Kesimpulan: Injil Para Rasul adalah Injil Salib
Para rasul tidak mengajarkan Injil sosial, atau semata pengajaran etika. Mereka mengajarkan bahwa Kristus mati untuk dosa-dosa kita, sesuai dengan kehendak Allah, untuk menyelamatkan umat pilihan-Nya, dengan pengorbanan yang sempurna dan final.
Dalam terang ini, kita bisa menyimpulkan bersama John Murray:
“Tanpa pendamaian, tidak ada Injil. Injil bukan sekadar kabar bahwa Allah mengasihi kita, tetapi bahwa Allah telah menyelamatkan kita melalui pengorbanan Anak-Nya.”
Refleksi Penutup
Apakah kita hari ini masih memberitakan pendamaian seperti para rasul? Apakah kita mengerti bahwa kasih Allah bukanlah kasih yang buta terhadap dosa, melainkan kasih yang mengorbankan diri untuk memuaskan keadilan-Nya? Mari kita hidup dan melayani dalam terang salib Kristus, sambil menggemakan berita para rasul:
“Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa.”
— 1 Timotius 1:15