Kebaikan dan Kemahatahuan Allah: Nahum 1:7-8

Kebaikan dan Kemahatahuan Allah: Nahum 1:7-8

Ayat Fokus:

“TUHAN itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya, tetapi dengan air bah yang meluap-luap, Ia akan menghabisi tempat Niniwe, dan musuh-musuh-Nya akan dihalau-Nya ke dalam kegelapan.”(Nahum 1:7-8, LAI TB)

Pendahuluan: Menemukan Harapan dalam Penghakiman

Kitab Nahum adalah kitab yang seringkali diabaikan dalam pembacaan Alkitab karena nadanya yang penuh murka dan penghukuman terhadap Niniwe, ibu kota bangsa Asyur. Namun, di tengah-tengah pemberitaan tentang murka ilahi, muncul ayat yang penuh penghiburan dan pengharapan seperti Nahum 1:7. Ayat ini menegaskan bahwa Tuhan itu baik dan bahwa Dia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya.

Dalam teologi Reformed, dua sifat Allah yang sangat ditekankan dalam bagian ini adalah kebaikan-Nya dan kemahatahuan-Nya. Artikel ini akan mengupas kedua sifat tersebut berdasarkan eksposisi Nahum 1:7-8 dan pandangan para teolog Reformed.

I. Konteks Historis dan Teologis Kitab Nahum

A. Latar Belakang Niniwe dan Penghakiman Allah

Niniwe adalah kota besar yang pernah bertobat melalui pemberitaan Yunus, namun kemudian kembali ke kejahatan. Nahum bernubuat sekitar 100 tahun setelah Yunus. Teologi Reformed memandang penghakiman Allah atas Niniwe sebagai manifestasi keadilan ilahi yang kudus dan konsisten terhadap dosa.

John Calvin menekankan bahwa penghakiman Allah bukan hanya ekspresi murka, tetapi juga bentuk kebaikan terhadap umat-Nya karena Ia membela mereka dari penindasan.

B. Struktur Nahum dan Posisi Nahum 1:7-8

Nahum 1 membentuk prolog teologis dari kitab ini. Ayat 2–6 menggambarkan kedahsyatan murka Allah, sementara ayat 7–8 menyisipkan kontras tajam: kasih dan perlindungan Allah terhadap umat-Nya. Ayat ini memperlihatkan dua sisi Allah: penghakiman terhadap musuh-Nya dan pemeliharaan terhadap umat-Nya.

II. Eksposisi Nahum 1:7: “TUHAN itu baik”

A. Kebaikan Tuhan dalam Bahasa Ibrani

Frasa “Tuhan itu baik” berasal dari kata Ibrani טוֹב (tov) yang berarti “baik”, bukan sekadar moralitas, tetapi menyiratkan kemurahan, kebaikan hati, dan kelimpahan kasih.

Menurut Herman Bavinck, kebaikan Allah adalah atribut yang merangkum semua kebaikan moral-Nya: kasih, belas kasihan, kesabaran, dan kemurahan. Dalam pandangan Reformed, ini tidak terpisah dari keadilan-Nya.

B. Kebaikan Allah sebagai Penghiburan

Ayat ini menjadi sumber penghiburan bagi umat Allah yang menderita. Dalam penganiayaan dan kesusahan, Allah menunjukkan kebaikan-Nya dengan menyediakan perlindungan. Seperti yang dikatakan oleh Charles H. Spurgeon, “The goodness of God is not a luxury—it is a necessity for the weak.”

Kebaikan Allah ini adalah perisai dalam waktu kesesakan. Teologi Reformed tidak melihat kasih Allah sebagai oposisi terhadap murka-Nya, melainkan dua sifat yang berjalan harmonis dalam karakter Allah yang tidak berubah.

C. Kebaikan dalam Kerangka Perjanjian

Dalam pandangan Reformed, kebaikan Allah tidak bisa dipahami lepas dari relasi perjanjian. Dia baik terhadap mereka yang berada dalam perjanjian-Nya—yakni mereka yang percaya dan bersandar pada janji keselamatan melalui Kristus. Ayat ini secara implisit menunjuk pada aspek perjanjian ini: Allah melindungi mereka yang berlindung kepada-Nya.

III. “Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan”

A. Allah sebagai Perlindungan dalam Mazmur dan Nabi

Kata “tempat pengungsian” diterjemahkan dari kata Ibrani מָעוֹז (maoz) yang berarti “benteng” atau “perlindungan yang kuat”. Ini menyiratkan kehadiran Allah sebagai tempat aman dalam kekacauan.

Konsep ini banyak muncul dalam kitab Mazmur (lih. Mazmur 46:1, Mazmur 91), menunjukkan konsistensi tema dalam seluruh Kitab Suci. Dalam teologi Reformed, ini menjadi landasan dari doktrin providensia—Allah memelihara dan melindungi umat-Nya di dalam segala situasi.

B. Aplikasi Kristologis

Bagi teolog Reformed seperti Geerhardus Vos, seluruh PL menunjuk kepada Kristus. Maka, tempat perlindungan yang disebutkan ini secara esensial menunjuk kepada Kristus sebagai batu karang keselamatan (lih. 1 Korintus 10:4). Yesus adalah pengungsian sejati dari murka Allah dan dari penderitaan dunia ini.

IV. “Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya”

A. Kemahatahuan Allah: “Ia mengenal…”

Istilah “mengenal” di sini berasal dari kata Ibrani יָדַע (yada') yang berarti mengenal secara pribadi dan intim. Dalam teologi Reformed, ini bukan hanya pengetahuan intelektual, tetapi pengenalan dalam konteks perjanjian kasih.

Menurut Louis Berkhof, kemahatahuan Allah tidak hanya berarti bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, tetapi juga bahwa Ia secara personal mengenal umat-Nya dalam kasih dan pemeliharaan yang kekal.

B. Orang-orang yang Berlindung: Iman Aktif

Yang “berlindung kepada-Nya” adalah mereka yang beriman. Berlindung bukan tindakan pasif, melainkan sikap aktif iman. Dalam kerangka Reformed, ini merujuk kepada doktrin pembenaran oleh iman. Allah mengenal dan memelihara mereka karena mereka bersandar pada Dia sepenuhnya.

Matthew Henry menafsirkan bagian ini sebagai penghiburan terbesar bagi umat Allah: bahwa mereka dikenal, diingat, dan diperhatikan oleh Allah yang Mahakuasa.

V. Eksposisi Nahum 1:8: “Tetapi dengan air bah yang meluap-luap…”

A. Simbolisme Murka dalam Air Bah

Gambaran air bah dalam PL sering kali menunjuk pada penghukuman ilahi (lih. Kejadian 6-9, Yesaya 8:7-8). Di sini, air bah melambangkan penghakiman total dan tak terelakkan atas Niniwe.

John Owen menyatakan bahwa murka Allah bukan sekadar emosi, tetapi manifestasi dari keadilan-Nya yang kudus terhadap dosa. Air bah ini menggambarkan kekudusan dan murka-Nya yang tidak bisa ditahan oleh siapapun.

B. Kontras dengan Nahum 1:7: Anugerah dan Penghakiman

Teologi Reformed memegang teguh keseimbangan antara anugerah dan murka Allah. Nahum 1:7 menunjukkan kasih-Nya yang melindungi, sedangkan ayat 8 menunjukkan murka-Nya yang membinasakan.

Stephen J. Nichols menyebut ini sebagai “the twofold manifestation of God’s covenantal dealings: mercy to the faithful, judgment to the wicked.”

VI. Implikasi Teologis dalam Kehidupan Umat Tuhan

A. Penghiburan bagi Orang Percaya

Bagi orang percaya, Nahum 1:7 adalah sumber kekuatan: Allah itu baik, dan Ia mengenal umat-Nya. Mereka yang hidup dalam kebenaran dapat mempercayai providensia Allah yang menyertai dalam masa kesusahan.

John Piper menegaskan bahwa “to be known by God” adalah kenyataan paling penting dalam hidup manusia. Di dalam Kristus, umat percaya bukan hanya tahu tentang Allah, tetapi dikenal oleh-Nya secara kekal.

B. Peringatan bagi Orang Fasik

Ayat 8 adalah peringatan serius: mereka yang menolak Allah dan hidup dalam kejahatan akan menghadapi murka-Nya yang tak terelakkan. Ini menunjukkan bahwa kasih Allah tidak berarti toleransi terhadap dosa.

Dalam kerangka penginjilan, ini menjadi dorongan untuk berseru kepada orang-orang agar bertobat dan berlindung kepada Kristus sebelum terlambat.

Kesimpulan: Allah yang Baik dan Mahatahu

Nahum 1:7-8 menghadirkan keseimbangan teologis yang indah dan menggetarkan hati. Di satu sisi, kita melihat kebaikan Allah yang menyediakan perlindungan dan kemahatahuan-Nya yang penuh kasih terhadap umat-Nya. Di sisi lain, kita juga diingatkan akan penghakiman yang tak terhindarkan bagi mereka yang menolak-Nya.

Dalam terang Injil, kita melihat penggenapan janji ini dalam pribadi Yesus Kristus. Dia adalah tempat pengungsian kita, kebaikan Allah yang dinyatakan, dan objek pengetahuan kasih Allah yang sempurna.

Sebagai orang percaya dalam tradisi Reformed, kita dipanggil untuk berlindung kepada Tuhan, hidup dalam iman, dan memberitakan bahwa Allah itu baik dan bahwa Dia mengenal umat-Nya.

“Berbahagialah orang yang berlindung kepada-Nya” (Mazmur 2:12).

Next Post Previous Post