Efesus 5:5: Warisan Kerajaan Kristus dan Allah

Efesus 5:5: Warisan Kerajaan Kristus dan Allah

Ayat Utama

Efesus 5:5 (AYT)
“Sebab, kamu tahu dengan pasti bahwa orang cabul, orang tidak suci, atau orang serakah yang menyembah berhala tidak akan mendapat warisan dalam Kerajaan Kristus dan Allah.”

Pendahuluan

Surat Efesus yang ditulis oleh Rasul Paulus memberikan banyak nasihat praktis yang berakar pada fondasi teologis yang mendalam. Salah satu ayat yang paling tajam dalam peringatan moral dan spiritual adalah Efesus 5:5. Ayat ini mengandung pernyataan absolut mengenai siapa yang tidak akan mewarisi Kerajaan Allah, yaitu mereka yang hidup dalam dosa seperti percabulan, kenajisan, dan keserakahan.

Dalam artikel ini, kita akan mengupas ayat tersebut dari sudut pandang teologi Reformed, termasuk penafsiran dari tokoh-tokoh seperti John Calvin, R.C. Sproul, John MacArthur, dan Sinclair Ferguson. Kita juga akan melihat konteks historis, linguistik, serta bagaimana ayat ini relevan dengan kehidupan Kristen masa kini.

Konteks Historis dan Sastra

Efesus 5 merupakan bagian dari pengajaran Paulus yang menekankan hidup baru dalam Kristus. Setelah menjelaskan identitas orang percaya dalam Kristus (pasal 1-3), Paulus beralih ke aplikasi praktis (pasal 4-6). Pasal 5 berbicara tentang bagaimana umat Allah seharusnya hidup sebagai “anak-anak terang” (Ef. 5:8) dan tidak meniru kehidupan dunia yang gelap.

Dalam Efesus 5:3-5, Paulus menyebutkan tiga dosa besar:

  1. Percabulan (porneia)

  2. Kenajisan (akatharsia)

  3. Keserakahan (pleonexia)

Ketiga hal ini bukan hanya tindakan moral, tetapi menggambarkan kondisi hati yang jauh dari Tuhan.

Penjelasan Kata Kunci dalam Efesus 5:5

1. Orang Cabul (porneia)

Merujuk pada segala bentuk hubungan seksual di luar pernikahan kudus. Kata ini sering digunakan dalam konteks penyembahan berhala yang menyertakan praktik seksual dalam ritus pagan.

John MacArthur menyatakan bahwa "porneia" tidak hanya menyangkut tindakan lahiriah tetapi juga keinginan hati yang tidak dikendalikan oleh Roh Kudus.

2. Orang Tidak Suci (akatharsia)

Menunjukkan kebusukan moral secara umum. Bisa termasuk pikiran, perasaan, atau kebiasaan hidup yang bertentangan dengan kekudusan Allah.

R.C. Sproul menekankan bahwa ketidaksucian adalah lawan langsung dari kekudusan Tuhan. Dalam teologi Reformed, kekudusan adalah atribut Allah yang paling penting, maka umat-Nya juga dipanggil untuk hidup kudus.

3. Orang Serakah (pleonexia)

Kata ini lebih dari sekadar keinginan memiliki lebih; itu adalah ketamakan yang berakar pada penyembahan diri dan materi.

John Calvin menulis bahwa keserakahan adalah bentuk penyembahan berhala karena orang yang serakah menaruh kepercayaannya pada benda duniawi, bukan pada Allah.

Penekanan Paulus: “Kamu Tahu dengan Pasti…”

Frasa Yunani “ginōskontes gar touto” menegaskan bahwa peringatan ini bukan spekulasi atau pendapat pribadi Paulus, tetapi kebenaran yang pasti dan tak terbantahkan. Dalam teologi Reformed, ini menekankan pentingnya kepastian akan kebenaran Firman dan otoritas wahyu Allah.

Menurut Sinclair Ferguson, bagian ini menunjukkan bahwa etika Kristen tidak bersifat opsional. Etika kita berakar pada siapa kita di dalam Kristus. Menjadi orang percaya berarti ada transformasi total, bukan sekadar perbaikan moral.

Penolakan Warisan Kerajaan: Makna Teologis

“Tidak akan mendapat warisan dalam Kerajaan Kristus dan Allah”

Dalam teologi Reformed, warisan (klēronomia) berbicara tentang keselamatan kekal, bukan sekadar berkat duniawi. Paulus tidak sedang mengatakan bahwa keselamatan bisa hilang, tetapi bahwa mereka yang hidup dalam pola dosa terus-menerus tidak pernah benar-benar diselamatkan.

John MacArthur menyatakan:

“Mereka yang hidup dalam kebiasaan berdosa tanpa pertobatan memperlihatkan bahwa mereka belum dilahirkan kembali.”

Sementara Reformed theology percaya pada jaminan keselamatan, itu tidak lepas dari buah pertobatan yang nyata.

Penafsiran Beberapa Tokoh Reformed

1. John Calvin

Dalam komentarnya terhadap Efesus, Calvin menekankan bahwa iman yang sejati akan membawa pada kehidupan yang dikuduskan. Bagi Calvin, keselamatan tanpa kekudusan adalah kontradiksi.

Ia menulis:

“Di mana pun kasih karunia Kristus memerintah, di situ harus ada perubahan hidup yang nyata.”

2. R.C. Sproul

Dalam seri pengajaran Renewing Your Mind, Sproul menjelaskan bahwa hidup dalam dosa adalah tanda bahwa seseorang belum diperbaharui oleh Roh Kudus.

Ia juga menekankan bahwa ayat ini bukan panggilan untuk legalisme, tetapi untuk ketaatan yang lahir dari kasih kepada Allah.

3. John MacArthur

MacArthur dalam bukunya The MacArthur New Testament Commentary menyebutkan bahwa kehidupan moral seseorang adalah refleksi dari keaslian imannya.

Ia menyimpulkan:

“Jika seseorang mengaku sebagai orang percaya namun hidup dalam dosa tanpa penyesalan, maka ia sedang memperdaya dirinya.”

4. Sinclair Ferguson

Ferguson melihat Efesus 5:5 sebagai bagian dari etika kerajaan. Bagi Ferguson, Kekristenan bukan hanya tentang “percaya” tetapi juga menjadi warga Kerajaan, dan itu menuntut hidup yang sesuai dengan hukum Raja yaitu Kristus.

Implikasi Praktis untuk Orang Percaya

1. Pemeriksaan Diri

Efesus 5:5 mengundang kita untuk menguji hidup kita: apakah kita hidup dalam kekudusan atau justru menikmati dosa-dosa tersembunyi?

2. Kekudusan sebagai Tanda Anak Allah

Teologi Reformed menekankan bahwa kekudusan bukan syarat keselamatan, tetapi buahnya. Artinya, orang percaya akan memiliki kerinduan dan komitmen untuk hidup kudus.

3. Peringatan dan Penghiburan

Ayat ini adalah peringatan bagi mereka yang hidup dalam dosa, tetapi juga penghiburan bagi mereka yang sedang bergumul. Karena mereka yang bergumul melawan dosa adalah bukti adanya Roh Kudus yang bekerja.

Apakah Ini Bertentangan dengan Kasih Karunia?

Sebagian mungkin bertanya: bukankah keselamatan itu oleh kasih karunia? Bagaimana bisa Paulus berkata bahwa orang berdosa tidak akan mewarisi Kerajaan Allah?

Dalam kerangka Reformed, kasih karunia tidak meniadakan kekudusan, melainkan menghasilkan kekudusan. Efesus 2:8-10 dengan jelas menunjukkan bahwa kita diselamatkan oleh kasih karunia untuk melakukan pekerjaan baik yang Allah persiapkan.

Aplikasi dalam Dunia Modern

1. Budaya Seksual yang Rusak

Efesus 5:5 sangat relevan di tengah budaya modern yang membenarkan pornografi, seks bebas, dan hidup konsumtif. Ayat ini adalah panggilan untuk hidup berbeda dan tidak terjebak dalam norma dunia.

2. Penyembahan Berhala Modern

Keserakahan tidak selalu tampak jahat, tapi sering dibungkus dalam ambisi, pencapaian, dan materialisme. Paulus menyebutnya penyembahan berhala, karena itu menggantikan tempat Tuhan dalam hati.

Kesimpulan

Efesus 5:5 bukan hanya ayat peringatan, tetapi juga undangan untuk hidup dalam terang Kristus. Bagi umat percaya yang sejati, ayat ini menguatkan panggilan kita untuk hidup kudus sebagai anak-anak Allah dan pewaris Kerajaan.

Teologi Reformed dengan jelas menegaskan bahwa iman sejati menghasilkan buah kekudusan, dan bahwa mereka yang tetap hidup dalam dosa tanpa pertobatan membuktikan bahwa mereka tidak memiliki bagian dalam Kristus.

“Sebab, kamu tahu dengan pasti bahwa orang cabul, orang tidak suci, atau orang serakah yang menyembah berhala tidak akan mendapat warisan dalam Kerajaan Kristus dan Allah.” (Efesus 5:5 AYT)

Next Post Previous Post