Ibrani 5:14: Menuju Kedewasaan Rohani dalam Discernment

Ibrani 5:14: Menuju Kedewasaan Rohani dalam Discernment

Pendahuluan

Ibrani 5:14 berbunyi:

"Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik daripada yang jahat." (Ibrani 5:14, TB)

Ayat ini merupakan klimaks dari teguran penulis surat Ibrani kepada jemaat yang mengalami stagnasi rohani. Dalam konteksnya, ayat ini membandingkan dua jenis makanan: susu bagi yang belum dewasa secara rohani, dan makanan keras bagi mereka yang matang dan mampu membedakan yang baik dan yang jahat. Penulis mendorong mereka agar tidak terus hidup dalam kekanak-kanakan rohani, melainkan bertumbuh dalam kedewasaan melalui pembelajaran Firman dan latihan rohani.

Artikel ini akan membahas Ibrani 5:14 dari sudut pandang teologi Reformed, dengan mengeksplorasi makna asli teks, konteks historis, teologis, serta eksposisi dari beberapa pakar Reformed seperti John Calvin, R.C. Sproul, John Owen, dan Herman Bavinck.

1. Konteks Historis dan Sastra Surat Ibrani

Surat kepada orang Ibrani ditulis kepada komunitas Kristen Yahudi yang berada dalam tekanan untuk kembali kepada sistem Yudaisme. Penulis — yang identitasnya masih diperdebatkan — dengan tajam menegaskan keunggulan Kristus atas segala sistem keimaman dan korban dalam Perjanjian Lama.

Pasal 5 khususnya membahas keimaman Kristus yang serupa Melkisedek. Namun sebelum penulis menjelaskan lebih lanjut, ia berhenti dan menegur pembaca bahwa mereka lamban dalam mendengar dan belum dewasa secara rohani. Ibrani 5:11-14 menjadi semacam jeda korektif, dan pasal 6 melanjutkan dorongan untuk bertumbuh.

Ibrani 5:14 menutup teguran itu dengan pernyataan yang sangat penting tentang kedewasaan rohani: hanya orang yang terlatih dan dewasa yang mampu menangkap kebenaran yang lebih dalam dan menilai dengan akurat.

2. Kata Kunci dalam Ibrani 5:14

“Makanan keras” 

Menurut John Owen, seorang teolog Reformed klasik, "makanan keras" merujuk pada doktrin-doktrin Kristen yang lebih dalam seperti keimaman Kristus, sifat pengorbanan-Nya, dan kedewasaan iman. Ini bukan hanya sekadar teologi sistematik yang rumit, tapi realitas rohani yang membutuhkan pencerahan Roh Kudus.

“Orang-orang dewasa” 

Kata ini merujuk pada mereka yang sudah "disempurnakan" atau mencapai kedewasaan dalam iman. Dalam pandangan Reformed, ini bukan berarti sempurna secara moral, tapi mereka yang telah bertumbuh melalui disiplin rohani dan pembelajaran Firman secara mendalam. John Calvin dalam komentarnya menyatakan bahwa “orang dewasa” adalah mereka yang menggunakan Firman Allah sebagai pedoman hidup, bukan hanya untuk informasi, tapi transformasi.

“Pancaindera yang terlatih”

Frasa ini sangat menarik. “Pancaindera” secara metaforis menunjukkan kapasitas rohani untuk membedakan. “Terlatih” (dari akar kata gymnazō) menunjukkan proses latihan berulang, seperti latihan fisik bagi atlet. R.C. Sproul menekankan bahwa discernment bukanlah sesuatu yang otomatis dimiliki orang percaya, melainkan buah dari latihan terus-menerus dalam Firman Allah.

3. Kedewasaan Rohani sebagai Tujuan Hidup Kristen

Teologi Reformed secara konsisten menekankan pentingnya pertumbuhan rohani. R.C. Sproul pernah menyatakan bahwa “dosa terbesar gereja masa kini adalah kebodohan rohani yang disengaja.” Dalam terang Ibrani 5:14, menjadi dewasa berarti memiliki kepekaan rohani untuk mengevaluasi dunia, budaya, dan pengajaran rohani dengan standar kebenaran Allah.

Dalam pandangan Herman Bavinck, kedewasaan rohani adalah buah dari pembaruan akal budi oleh Firman dan Roh Kudus. Bukan hanya tahu yang benar, tapi hidup dalam kebenaran itu.

4. Discernment dalam Kehidupan Orang Percaya

Discernment atau kemampuan membedakan antara yang baik dan yang jahat merupakan ciri dari orang yang dewasa rohani. John MacArthur (walau lebih dikenal dalam kalangan Evangelikal konservatif, banyak pandangannya berakar dalam warisan Reformed) menyebut discernment sebagai “sistem imun rohani.”

Kita hidup di tengah dunia dengan banyak ajaran yang tampak rohani namun menyesatkan. Tanpa discernment, gereja akan dengan mudah terjerumus pada pengajaran palsu. Dalam kerangka Reformed, discernment tidak hanya tentang “merasakan” tapi berdasarkan Firman yang obyektif.

5. Latihan Rohani dalam Tradisi Reformed

Bagaimana cara melatih “pancaindera rohani”? Tradisi Reformed menjunjung tinggi beberapa disiplin:

  • Pembacaan dan pengajaran Firman yang ekspositori

  • Katekisasi dan pengakuan iman (seperti Katekismus Westminster)

  • Partisipasi aktif dalam sakramen

  • Doa dan meditasi

  • Komunitas gereja yang bertanggung jawab

Jonathan Edwards menulis banyak tentang pentingnya latihan rohani dalam konteks kebangunan rohani. Ia percaya bahwa latihan tersebut memperdalam kasih akan Allah dan menajamkan kepekaan akan kebenaran.

6. Peringatan terhadap Kekanak-kanakan Rohani

Ibrani 5:11-14 berisi peringatan serius. Banyak orang percaya yang seharusnya sudah menjadi guru, masih membutuhkan "susu". Teologi Reformed melihat hal ini sebagai akibat dari kurangnya disiplin pribadi dan pengajaran gerejawi yang dangkal.

John Calvin dalam komentarnya terhadap Ibrani mengatakan bahwa tidak cukup hanya mengenal dasar-dasar iman. Setiap orang percaya dipanggil untuk bertumbuh dalam “doktrin sehat” dan memahami kedalaman Injil.

7. Aplikasi Pastoral dan Kontekstual

Bagi Pendeta dan Pengajar

  • Perlu pengajaran mendalam dan sistematis, bukan hanya kotbah motivasi atau moralitas dangkal.

  • Dorong jemaat melibatkan diri dalam pembelajaran doktrin.

Bagi Jemaat

  • Berdoalah untuk Roh Kudus agar memampukan discernment.

  • Jadilah pelajar Firman yang rajin dan terlatih.

  • Jangan puas hanya tahu dasar iman, tapi kejar kedalaman pengenalan akan Kristus.

Penutup: Panggilan untuk Bertumbuh

Ibrani 5:14 bukan sekadar teguran, tapi juga undangan — untuk keluar dari kedangkalan dan memasuki kedalaman kekayaan rohani dalam Kristus. Dalam terang teologi Reformed, panggilan ini sangat relevan bagi gereja modern yang sering terjebak dalam kekristenan yang dangkal.

Kita dipanggil untuk menjadi orang dewasa rohani — bukan hanya tahu benar dan salah, tetapi memiliki discernment yang terlatih, sehingga mampu hidup dalam dunia yang penuh tipu daya dengan hikmat surgawi.

Next Post Previous Post