Renungan Harian: Mengoreksi Diri di Hadapan Tuhan (Mazmur 139:23-24)

Berdasarkan Mazmur 139:23-24 (AYT):
"Selidikilah aku, ya Allah, dan kenali hatiku, ujilah aku dan kenali pikiran-pikiranku. Dan, lihatlah jika ada jalanku yang mendukakan, dan pimpin aku pada jalan kekekalan."
Pendahuluan: Panggilan untuk Introspeksi Rohani
Setiap manusia memiliki kecenderungan untuk mengintrospeksi orang lain lebih dulu dibanding diri sendiri. Namun, Daud dalam Mazmur 139 menunjukkan arah yang sangat berbeda—sebuah permohonan radikal kepada Tuhan untuk menyelidiki dirinya sendiri. Ini adalah permintaan yang jujur, terbuka, dan tanpa topeng: “Selidikilah aku, ya Allah…”
Renungan ini akan menggali makna dari permohonan Daud ini dan menjabarkannya melalui lensa beberapa pemikir dan teolog Kristen ternama seperti John Calvin, Charles Spurgeon, A.W. Tozer, Dietrich Bonhoeffer, dan Dallas Willard, agar kita semakin terdorong untuk berani hidup dalam terang Allah dan dikoreksi oleh-Nya.
1. Makna Doa Pengakuan dan Permintaan Pemeriksaan
Mazmur 139 adalah puisi penuh keintiman antara pemazmur dan Tuhan. Ayat 23-24 adalah klimaks dari refleksi panjang mengenai pengetahuan dan kehadiran Allah yang menyeluruh.
Daud tidak hanya menyadari bahwa Tuhan mengenalnya, tetapi memohon agar Tuhan benar-benar mengoreksi dan menilai kehidupannya secara aktif. Ini bukan sekadar sikap pasrah, tapi kerinduan akan pembentukan batin yang sejati.
Tafsir Bahasa Asli
-
“Selidikilah” (Ibrani: chaqar) → menyelidiki dengan teliti, seperti seorang ahli meneliti batu permata.
-
“Ujilah” (nasah) → menguji seperti emas dimurnikan oleh api.
-
“Pikiran-pikiranku” (saraph) → bisa berarti kekhawatiran, niat tersembunyi, atau motivasi hati.
2. John Calvin: “Hati Manusia Adalah Labirin yang Dalam”
Dalam komentarnya, Calvin menulis bahwa hati manusia begitu dalam dan penuh tipu daya, sehingga tanpa terang Allah, kita tak mungkin benar-benar mengenal siapa diri kita.
“Tanpa Roh Kudus, semua bentuk pengenalan diri hanya ilusi.”
Calvin memandang bahwa doa Daud ini menunjukkan ketergantungan total pada Tuhan. Hanya Tuhan yang bisa menyatakan apakah motivasi kita benar atau telah dibelokkan oleh dosa. Pengakuan dan permintaan penyelidikan bukanlah tanda kelemahan, tetapi cermin dari iman yang sejati.
3. Charles Spurgeon: “Doa yang Penuh Keberanian dan Kejujuran”
Spurgeon menulis:
“Hanya orang yang berjalan dalam terang yang berani berkata: ‘Selidikilah aku, ya Allah.’”
Menurut Spurgeon, doa Daud bukanlah bentuk kesombongan rohani, tetapi bentuk kerendahan hati terdalam, karena Daud menyadari bahwa penilaian manusia atas dirinya tidak cukup. Ia ingin Tuhan sendiri yang mengoreksi jalannya.
Spurgeon juga menyatakan bahwa ayat ini adalah doa yang menyelamatkan jiwa dari keberagamaan kosong—ibadah yang dilakukan tanpa pertobatan sejati. Ia mengajak umat untuk mengizinkan Tuhan menunjukkan jalan hidup yang mungkin secara tidak sadar telah menyimpang.
4. A.W. Tozer: “Tuhan Tidak Hanya Lihat Tindakan, Tapi Motif”
Dalam bukunya The Pursuit of God, Tozer menekankan pentingnya hati yang murni di hadapan Tuhan. Mazmur 139:23-24 adalah doa yang mencerminkan bahwa kerohanian sejati dimulai dari dalam, bukan luar.
“Tuhan tidak tertarik pada performa keagamaan kita; Dia mencari hati yang sepenuhnya milik-Nya.”
Tozer menyebut introspeksi ini sebagai “pembongkaran batiniah,” di mana Allah menyingkapkan:
-
Akar dosa tersembunyi
-
Kebiasaan yang keliru
-
Rasa takut yang mendikte keputusan kita
5. Dietrich Bonhoeffer: “Berani Menghadapi Kebenaran Diri”
Dalam karya klasiknya The Cost of Discipleship, Bonhoeffer berbicara mengenai biaya pengikutan Kristus—yang tidak hanya mencakup meninggalkan dosa terang-terangan, tapi juga membiarkan Tuhan menyelidiki kita sampai pada level terdalam dari motivasi dan niat.
Bonhoeffer menyebut jenis doa seperti Mazmur 139 ini sebagai disiplin spiritual dalam kejujuran brutal.
“Disiplin pengakuan dan penyerahan hanya bisa dilakukan oleh mereka yang telah mati terhadap dirinya sendiri.”
6. Dallas Willard: “Transformasi Jiwa Dimulai dari Kesadaran Akan Keadaan Diri”
Willard, dalam Renovation of the Heart, menyatakan bahwa pemulihan rohani bukanlah kegiatan pasif. Kita perlu aktif menyerahkan diri untuk dibentuk Tuhan. Mazmur 139:23-24 adalah langkah awal dalam renovasi hati manusia.
“Tanpa keterbukaan terhadap evaluasi ilahi, kita hanya mempercantik sisi luar, tetapi tetap busuk di dalam.”
7. Praktik Mengoreksi Diri di Hadapan Tuhan: Langkah-Langkah Spiritual
1. Berdoa dengan Kejujuran
Lepaskan topeng rohani. Bicara kepada Tuhan tentang keraguan, motivasi yang salah, atau rasa takut yang tersembunyi.
2. Merenungkan Firman Tuhan secara teratur
Firman adalah cermin. Renungkan secara perlahan, dan biarkan ayat-ayat seperti Ibrani 4:12 menusuk hati dan mengungkap kedalaman batin.
3. Praktik pemeriksaan batin (examen)
Metode ini sudah dilakukan sejak zaman gereja awal—di mana seseorang setiap malam meninjau hari yang telah lewat bersama Tuhan:
-
Kapan aku paling dekat dengan Tuhan?
-
Kapan aku menjauh dari-Nya?
-
Apa yang perlu kuakui? Apa yang harus kuubah?
4. Minta Roh Kudus berbicara dan membimbing
Bukan hanya sekadar refleksi manusia, tetapi membuka telinga rohani terhadap dorongan Roh Kudus.
8. Peringatan: Jalan yang Mendukakan Tuhan
Ayat 24 berbicara tentang jalan yang “mendukakan”. Dalam bahasa aslinya ini berarti “jalan yang menyakitkan” atau jalan yang menjauh dari kehendak Allah.
Beberapa bentuk jalan yang mendukakan Tuhan hari ini:
-
Hidup rohani yang munafik
-
Mengabaikan dosa kecil
-
Mementingkan diri sendiri dalam pelayanan
-
Ketergantungan pada pengakuan manusia daripada Tuhan
Mazmur ini mengajak kita untuk mendeteksi lebih awal dan bertobat dari jalan-jalan tersebut sebelum semakin jauh.
9. Jalan Kekekalan: Hidup dalam Bimbingan Ilahi
Penutup doa Daud adalah permohonan agar Tuhan menuntunnya ke “jalan kekekalan”. Ini adalah:
-
Jalan yang lurus
-
Jalan yang tidak membawa pada kehancuran
-
Jalan yang berujung pada hadirat Tuhan
Yesus adalah jalan itu (Yohanes 14:6). Dengan memohon dituntun pada jalan kekekalan, Daud secara tidak langsung merindukan kehidupan yang seutuhnya dipimpin Mesias.
10. Kesimpulan: Keberanian untuk Diperiksa
Mazmur 139:23-24 mengajarkan bahwa:
-
Pertumbuhan rohani dimulai dari kesadaran akan kelemahan diri.
-
Pembentukan karakter sejati dimulai dari keberanian untuk dikoreksi.
-
Sukacita sejati lahir ketika kita berjalan dalam kebenaran, bukan hanya tampak benar di mata manusia.
Ini bukan hanya doa Daud. Ini adalah doa yang harus menjadi milik setiap orang percaya. Ketika dunia mendorong kita untuk membenarkan diri, Mazmur ini mengajak kita untuk membiarkan Tuhan menyelidiki dan membersihkan kita.
Doa Penutup
Tuhan yang Mahatahu, hari ini aku datang dengan segala keterbukaan. Periksa hatiku, telusuri pikiranku. Jika ada jalan dalam hidupku yang mendukakan-Mu, nyatakanlah itu padaku. Aku rindu hidup dalam kebenaran dan dipimpin oleh Roh-Mu pada jalan kekekalan. Amin.