Hikmat Sejati Menurut Alkitab

Hikmat Sejati Menurut Alkitab

Perspektif Teologi Reformed tentang Hikmat Sejati

Pendahuluan

Dalam dunia modern, hikmat sering kali dipersempit menjadi kemampuan intelektual atau kecerdasan logis semata. Banyak orang menganggap bahwa seseorang bijaksana karena memiliki banyak pengetahuan, gelar akademis, atau wawasan filsafat yang mendalam. Namun, dalam terang teologi Reformed dan Alkitab, hikmat jauh melampaui sekadar kemampuan berpikir atau penguasaan informasi.

Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam, berdasarkan pandangan para teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, R.C. Sproul, dan lainnya, tentang mengapa hikmat sejati bukan hanya berkaitan dengan intelektualitas, tetapi lebih kepada pengenalan Allah, takut akan Tuhan, dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya.

1. Definisi Hikmat Menurut Alkitab dan Teologi Reformed

a. Hikmat dalam Bahasa Alkitab

Dalam Perjanjian Lama, kata Ibrani untuk hikmat adalah chokmah yang berkaitan dengan keahlian, kecerdasan praktis, dan terutama ketundukan kepada kehendak Allah.

Amsal 9:10 (AYT) berkata:

"Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan pengenalan akan Yang Mahakudus adalah pengertian."

Louis Berkhof dalam Systematic Theology menegaskan bahwa hikmat ilahi bukan hanya soal mengetahui segala sesuatu, tetapi juga tentang penerapan pengetahuan secara benar demi tujuan kekal.

b. Hikmat dalam Pandangan Teologi Reformed

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menulis bahwa pengetahuan sejati tentang diri sendiri hanya mungkin jika manusia terlebih dahulu mengenal Allah. Baginya, hikmat bukan hanya soal berpikir logis tetapi soal relasi dengan Allah.

2. Hikmat sebagai Karakter, Bukan Hanya Pengetahuan

a. Hikmat Terikat pada Karakter Kristiani

Herman Bavinck menyatakan bahwa hikmat adalah kualitas moral dan spiritual yang terbentuk melalui persekutuan dengan Allah, bukan hasil perenungan manusia semata.

Ini berkaitan erat dengan buah Roh seperti kesabaran, kerendahan hati, dan kasih (Galatia 5:22-23).

b. Hikmat dan Kehidupan Sehari-hari

R.C. Sproul menegaskan bahwa hikmat dalam teologi Reformed selalu bersifat praktis. Hikmat bukan hanya untuk dikagumi, tetapi untuk dijalani.

Amsal dipenuhi dengan nasihat-nasihat praktis tentang hidup bijaksana dalam keluarga, pekerjaan, dan relasi sosial.

3. Mengapa Hikmat Tidak Bisa Dipisahkan dari Takut Akan Tuhan

a. Hikmat Berakar dalam Ketundukan

Amsal 1:7 (AYT):

"Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan."

Takut akan Tuhan bukan ketakutan negatif, tetapi rasa hormat dan tunduk kepada otoritas Allah.

b. Anti-Tesis antara Hikmat Dunia dan Hikmat Allah

1 Korintus 1:20-21 (AYT) menunjukkan bahwa hikmat dunia berbeda dengan hikmat Allah. Dunia mencari kebijaksanaan melalui filsafat manusia, tetapi Allah menyatakan hikmat-Nya melalui salib Kristus — sesuatu yang dianggap kebodohan oleh dunia.

4. Hikmat dalam Kristus: Hikmat Inkarnasi

a. Kristus sebagai Inkarnasi Hikmat Allah

Kolose 2:3 (AYT) menyatakan:

"Di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan."

Menurut Herman Bavinck, Kristus bukan hanya pengajar hikmat tetapi perwujudan hikmat Allah dalam daging.

b. Salib sebagai Puncak Hikmat Allah

R.C. Sproul menegaskan bahwa apa yang tampak bodoh bagi dunia — yakni salib — adalah puncak dari hikmat dan kekuatan Allah (1 Korintus 1:23-24).

5. Konsekuensi Praktis: Hikmat Mengubah Cara Hidup

a. Hikmat Menuntun pada Hidup yang Berbuah

Yakobus 3:13-17 (AYT) menjelaskan perbedaan antara hikmat dari atas (Allah) dan hikmat dunia. Hikmat ilahi menghasilkan:

  • Kemurnian

  • Damai sejahtera

  • Kerelaan untuk tunduk

  • Penuh belas kasihan

  • Tidak munafik

b. Hikmat Membentuk Etika Kristen

Menurut Michael Horton, hikmat bukan hanya tentang doktrin yang benar tetapi juga tentang kehidupan yang konsisten dengan Injil.

Etika Kristen bukan sekadar peraturan moral, tetapi ekspresi dari hikmat yang hidup dalam kasih dan kebenaran.

6. Tantangan Hikmat dalam Konteks Dunia Modern

a. Era Informasi: Banyak Pengetahuan, Sedikit Hikmat

Di zaman media sosial dan akses informasi tanpa batas, pengetahuan berlimpah tetapi hikmat seringkali langka.

Teologi Reformed mengingatkan bahwa pengetahuan yang tidak disaring oleh takut akan Tuhan bisa membawa kesombongan intelektual.

b. Hikmat dan Disiplin Rohani

Hikmat tidak bisa dilepaskan dari kehidupan doa, perenungan Firman, dan persekutuan dengan Tuhan.

John Calvin menekankan bahwa kehidupan doa adalah sarana utama untuk membentuk hikmat sejati dalam diri orang percaya.

7. Hikmat dalam Perspektif Kekekalan

a. Hikmat Mengarahkan pada Kemuliaan Allah

Louis Berkhof menulis bahwa hikmat Allah selalu berkaitan dengan rencana kekal-Nya untuk kemuliaan-Nya dan kebaikan umat-Nya.

b. Hikmat Mempersiapkan untuk Kekekalan

Hikmat mengajar kita untuk hidup bukan hanya untuk sekarang tetapi untuk masa depan kekal (Amsal 8:35).

Penutup: Hikmat Sejati adalah Mengenal Allah dan Hidup dalam Kristus

Dalam teologi Reformed, hikmat lebih dari sekadar pencarian intelektual. Hikmat adalah suatu kualitas hidup yang dihasilkan dari pengenalan Allah yang benar, takut akan Tuhan, dan kesatuan dengan Kristus.

Tanpa pengenalan Allah, semua pencapaian intelektual manusia hanyalah sia-sia di hadapan kekekalan.

Hikmat sejati mengajarkan kita untuk hidup dalam kasih, kebenaran, dan ketaatan — bukan hanya untuk membanggakan pengetahuan kita, tetapi untuk memuliakan Allah dan memberkati sesama.

Next Post Previous Post