Mengapa Yesus Harus Mati di Kayu Salib?
- Pendahuluan
- 1. Keharusan Kematian Kristus dalam Rencana Kekal Allah
- 2. Kematian Salib dalam Konteks Hukuman Allah atas Dosa
- 3. Salib dan Penggenapan Nubuat Perjanjian Lama
- 4. Salib dan Makna Teologis sebagai Kutuk bagi Dosa
- 5. Salib sebagai Demonstrasi Kasih dan Kedaulatan Allah
- 6. Salib dan Kemenangan atas Dosa serta Kuasa Iblis
- Kesimpulan: Tidak Ada Alternatif Selain Salib

Pendahuluan
Kematian Kristus di kayu salib adalah inti dari iman Kristen. Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah: Apakah Kristus Yesus harus mati di salib? Mengapa tidak dengan cara lain? Jika Allah Mahakuasa, bukankah Ia bisa memilih metode lain untuk menyelamatkan manusia?
Teologi Reformed, yang berakar pada pemahaman Alkitab yang ketat, memandang kematian Kristus di salib sebagai keharusan ilahi. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi perspektif beberapa teolog Reformed tentang mengapa Kristus harus mati di kayu salib dan bukan dengan cara lain.
1. Keharusan Kematian Kristus dalam Rencana Kekal Allah
Salah satu dasar utama dalam teologi Reformed adalah doktrin decrees of God (ketetapan Allah). Menurut teolog seperti John Calvin, R.C. Sproul, dan Herman Bavinck, segala sesuatu yang terjadi dalam sejarah sudah ditetapkan oleh Allah sejak kekekalan (Efesus 1:4-5).
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menekankan bahwa kematian Kristus di kayu salib bukanlah kecelakaan sejarah, melainkan bagian dari decretum Dei (ketetapan Allah). Calvin menulis:
"Yesus Kristus adalah Anak Domba yang telah disembelih sejak dunia dijadikan (Wahyu 13:8). Artinya, pengorbanan-Nya telah ditentukan sebelum dosa pertama manusia."
R.C. Sproul juga mengajarkan bahwa Allah tidak bereaksi terhadap kejatuhan manusia dengan solusi yang mendadak, tetapi sejak semula telah merencanakan keselamatan melalui salib. Bagi Sproul, salib adalah manifestasi tertinggi dari kedaulatan Allah dalam sejarah.
2. Kematian Salib dalam Konteks Hukuman Allah atas Dosa
Teologi Reformed sangat menekankan keadilan Allah. Menurut standar keadilan Allah, dosa tidak dapat diabaikan begitu saja. Karena Allah adalah Kudus dan Adil, dosa harus dihukum (Roma 6:23).
Jonathan Edwards dalam khotbah terkenalnya, Sinners in the Hands of an Angry God, menggambarkan bagaimana manusia berdosa berada di bawah murka Allah yang kudus. Tanpa pengorbanan Kristus di salib, tidak ada harapan bagi manusia untuk bebas dari hukuman kekal.
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics juga menegaskan bahwa tanpa penebusan Kristus, manusia tetap berada di bawah murka Allah. Dia menjelaskan bahwa:
"Tanpa pencurahan darah, tidak ada pengampunan dosa (Ibrani 9:22). Kristus harus mati sebagai korban yang sempurna karena hukum menuntut darah sebagai ganti nyawa manusia yang telah berdosa."
Karena dosa membawa hukuman mati (Kejadian 2:17; Roma 5:12), maka Kristus harus mati untuk menggantikan kita. Dan kematian-Nya di kayu salib memenuhi tuntutan keadilan Allah.
3. Salib dan Penggenapan Nubuat Perjanjian Lama
Teologi Reformed memegang teguh doktrin bahwa seluruh Kitab Suci berpusat pada Kristus. Penggenapan nubuat Perjanjian Lama menunjukkan bahwa kematian Yesus di salib bukan hanya sebuah kebetulan, tetapi keharusan berdasarkan firman Allah.
Beberapa nubuat utama tentang penderitaan Kristus di salib antara lain:
-
Yesaya 53:5 – “Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita…”
-
Mazmur 22:16-18 – “Mereka menusuk tangan dan kakiku… mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku.”
-
Bilangan 21:8-9 – Ular tembaga yang ditinggikan melambangkan Kristus yang ditinggikan di kayu salib (Yohanes 3:14-15).
John Owen dalam The Death of Death in the Death of Christ berargumen bahwa jika Kristus tidak mati di salib, maka nubuat Perjanjian Lama tidak akan tergenapi, dan itu akan menjadikan Allah tidak setia pada janji-Nya.
Bavinck juga menekankan bahwa Yesus bukan hanya mati, tetapi harus disalibkan, karena itu adalah metode penghukuman yang dinubuatkan bagi Mesias.
4. Salib dan Makna Teologis sebagai Kutuk bagi Dosa
Salah satu alasan utama mengapa Yesus harus mati di kayu salib adalah karena salib melambangkan kutukan dosa. Dalam Ulangan 21:23 dikatakan:
"Sebab seorang yang digantung pada kayu terkutuk oleh Allah."
Paulus mengutip ayat ini dalam Galatia 3:13 untuk menunjukkan bahwa Kristus menanggung kutuk dosa kita di kayu salib. Jika Kristus mati dengan cara lain (misalnya, dipenggal atau dirajam), maka aspek kutukan ini tidak akan jelas.
John Stott dalam The Cross of Christ menjelaskan bahwa dengan mati di salib, Kristus secara hukum dan simbolis mengambil kutukan yang seharusnya kita tanggung. Itu sebabnya, salib bukan hanya alat eksekusi, tetapi juga lambang penebusan yang sempurna.
5. Salib sebagai Demonstrasi Kasih dan Kedaulatan Allah
Teologi Reformed juga menekankan bahwa salib bukan hanya tentang keadilan, tetapi juga kasih Allah.
-
Roma 5:8 – “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”
-
Yohanes 3:16 – “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal…”
Charles Hodge dalam Systematic Theology menjelaskan bahwa hanya melalui salib kita dapat melihat keseimbangan antara keadilan dan kasih Allah. Jika Allah hanya menghukum tanpa belas kasihan, itu bukanlah Injil. Jika Allah hanya mengampuni tanpa hukuman, itu bukanlah keadilan.
Kematian Yesus di kayu salib menunjukkan bahwa kasih dan keadilan Allah bertemu secara sempurna dalam satu peristiwa historis.
6. Salib dan Kemenangan atas Dosa serta Kuasa Iblis
Teologi Reformed juga menekankan aspek kemenangan dalam kematian Kristus. R.C. Sproul dan Louis Berkhof menyoroti bahwa kematian di salib bukanlah tanda kekalahan, melainkan kemenangan atas dosa, maut, dan Iblis (Kolose 2:14-15).
Baca Juga: Apakah Kristus Wajib Menebus Manusia?
Ketika Yesus disalibkan, seolah-olah Iblis menang, tetapi kenyataannya, melalui salib:
-
Dosa dikalahkan (2 Korintus 5:21)
-
Iblis dihancurkan (1 Yohanes 3:8)
-
Pintu keselamatan dibuka (Ibrani 10:19-20)
Itulah sebabnya Paulus berkata:
“Salib adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan, itu adalah kekuatan Allah.” (1 Korintus 1:18)
Kesimpulan: Tidak Ada Alternatif Selain Salib
Berdasarkan perspektif teologi Reformed, kita dapat menyimpulkan bahwa Kristus harus mati di kayu salib karena:
-
Sudah ditetapkan oleh Allah sejak kekekalan
-
Memenuhi tuntutan keadilan Allah
-
Menggenapi nubuat Perjanjian Lama
-
Melambangkan kutukan bagi dosa
-
Menyatakan kasih dan keadilan Allah secara sempurna
-
Membawa kemenangan atas dosa dan Iblis
Tidak ada metode lain yang bisa memenuhi semua aspek ini selain salib. Kematian Yesus bukanlah tragedi yang tidak disengaja, tetapi bagian dari rencana keselamatan yang sempurna dari Allah.
Sebagai respons, kita dipanggil untuk percaya kepada Kristus dan memberitakan salib-Nya kepada dunia, karena hanya melalui salib ada keselamatan (Kisah Para Rasul 4:12).