Roma 6:9-10 – Bangkit Berkali-kali

Roma 6:9-10 – Bangkit Berkali-kali

"Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia. Sebab kematian yang Ia mati itu, adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya; dan kehidupan yang Ia hidup itu, adalah kehidupan bagi Allah."(Roma 6:9-10)

Pendahuluan: Kemenangan dalam Kebangkitan

Ayat Roma 6:9-10 menjadi pusat doktrinal penting dalam pemahaman kebangkitan Kristus dan implikasinya terhadap orang percaya. Dalam konteks surat Paulus kepada jemaat di Roma, ayat ini muncul sebagai kelanjutan dari argumen tentang identitas baru orang Kristen: mati terhadap dosa dan hidup bagi Allah. Kebangkitan Yesus Kristus bukan hanya fakta sejarah, tetapi sebuah realitas rohani yang membawa transformasi eksistensial bagi umat-Nya.

Artikel ini akan menggali eksposisi mendalam Roma 6:9-10 dengan pendekatan Reformed, memeriksa bagaimana ayat ini menegaskan doktrin kebangkitan, kematian terhadap dosa, dan kehidupan baru yang dijalani bagi Allah—dengan fokus tematis pada gagasan “Bangkit Berkali-kali” sebagai pengalaman rohani orang percaya.

1. Latar Konteks: Hidup Baru dalam Kristus

Roma 6 membahas pertanyaan retoris: "Bolehkah kita bertekun dalam dosa supaya kasih karunia semakin melimpah?" (ay. 1). Paulus secara tegas menjawab: "Sekali-kali tidak!" (ay. 2). Ia kemudian menjelaskan bahwa orang percaya telah dibaptis dalam kematian Kristus, dikuburkan bersama Dia, dan dibangkitkan untuk hidup dalam pembaruan hidup (ay. 3-4). Dalam kerangka inilah ayat 9-10 muncul sebagai penegasan akan kemutlakan kemenangan Kristus atas maut.

2. Roma 6:9 – Kebangkitan Kristus dan Ketetapan Ilahi

“Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi”

Paulus menyatakan kebenaran teologis yang mutlak: kebangkitan Kristus bersifat final dan kekal. Dr. John Murray, seorang teolog Reformed ternama, menjelaskan bahwa kebangkitan Kristus adalah “once for all, never to be repeated,” yaitu sebuah peristiwa unik dan tak terulang. Dalam hal ini, kebangkitan Kristus tidak seperti Lazarus yang dibangkitkan namun kemudian mati lagi (Yohanes 11), melainkan bersifat eskatologis: kebangkitan menuju hidup yang kekal dan tidak terjamah kematian lagi.

R.C. Sproul menegaskan bahwa frasa “tidak mati lagi” menandai pemutusan total dari kuasa kematian. Bagi Yesus, kematian bukan lagi musuh, melainkan sudah dikalahkan. Hal ini menggarisbawahi superioritas Kristus atas maut dan memproklamasikan awal dari penciptaan baru.

“Maut tidak berkuasa lagi atas Dia”

Frasa ini menekankan dominion theology dalam kerangka soteriologis: maut pernah memiliki kuasa atas manusia melalui dosa (bdk. Roma 5:12), namun kini Kristus sebagai Adam terakhir telah menaklukkan maut (1 Kor. 15:54-57). Dalam pemikiran Herman Bavinck, teolog Reformed Belanda, kebangkitan Kristus adalah “pencurahan kuasa ilahi yang menembus dimensi kematian” sehingga maut kehilangan dominasinya.

3. Roma 6:10 – Kematian terhadap Dosa, Hidup bagi Allah

“Sebab kematian yang Ia mati itu, adalah kematian terhadap dosa”

Dalam pemikiran Reformed, kematian Kristus adalah penal substitution—kematian menggantikan orang berdosa. Namun dalam konteks ayat ini, Paulus menyoroti dimensi final dari kematian Kristus terhadap dosa. Dosa di sini bukan dalam pengertian moral pribadi, melainkan sebagai kuasa (power) atau entitas yang menguasai (sin as power). Kristus mati “terhadap dosa” dalam arti bahwa Ia telah menyelesaikan tuntutan hukum atas dosa.

John Calvin mengungkapkan dalam Commentary on Romans bahwa “Kristus memikul dosa umat-Nya satu kali untuk selama-lamanya, dan oleh kematian-Nya Ia menghancurkan kekuatan dosa sebagai penguasa.” Ini menandakan bahwa tidak ada lagi penebusan berulang; korban yang satu kali di salib bersifat cukup dan efektif untuk selamanya (bdk. Ibrani 10:10-14).

“Satu kali dan untuk selama-lamanya”

Frasa ini menggemakan prinsip penting dalam teologi Reformed mengenai finalitas pengorbanan Kristus. Tidak seperti sistem imam Perjanjian Lama yang harus mempersembahkan korban berulang kali, pengorbanan Kristus adalah satu kali (once and for all), tidak perlu diulang. Dalam bahasa aslinya, frasa "ἐφάπαξ" (ephapax) membawa konotasi waktu yang mutlak dan tidak dapat diulang kembali.

Menurut Louis Berkhof, ini menunjukkan keunikan karya penebusan Kristus: bersifat historis, definitif, dan transenden. Kematian-Nya membawa penggenapan semua tipe dan bayangan dalam Perjanjian Lama.

4. Hidup Bagi Allah: Kebangkitan yang Aktif

“Dan kehidupan yang Ia hidup itu, adalah kehidupan bagi Allah”

Setelah menaklukkan maut dan dosa, kehidupan Kristus sekarang sepenuhnya berorientasi kepada Allah. Ayat ini menggambarkan arah hidup yang baru setelah kebangkitan: bukan lagi berada dalam bayang-bayang dosa dan maut, tetapi hidup yang dikhususkan, ditujukan sepenuhnya bagi kemuliaan Allah.

Dalam teologi Reformed, hal ini memiliki dua dimensi:

  1. Kristologis: Kristus hidup sebagai Imam Besar yang terus menerus menjadi pengantara (Ibrani 7:25).

  2. Eklesiologis: Orang percaya yang bersatu dengan Kristus juga hidup “bagi Allah”—hidup dalam ketaatan, kekudusan, dan pelayanan.

Anthony Hoekema menghubungkan hal ini dengan doktrin union with Christ. Ia berkata bahwa “apa yang benar tentang Kristus, dalam banyak hal, menjadi kenyataan bagi mereka yang bersatu dengan-Nya.” Artinya, kehidupan baru orang percaya adalah partisipasi dalam hidup Kristus—bukan hanya dibenarkan, tetapi juga dikuduskan dan dipanggil untuk hidup dalam kekekalan.

5. Bangkit Berkali-kali: Aplikasi Eksistensial

Apa makna “Bangkit Berkali-kali”?

Meskipun Kristus hanya bangkit satu kali secara historis, orang percaya mengalami “kebangkitan rohani” berkali-kali dalam kehidupan sehari-hari. Ini bukan kebangkitan dalam arti literal, tetapi dalam makna moral dan rohani—kebangkitan dari kematian dosa menuju kehidupan dalam ketaatan.

John Owen dalam bukunya The Mortification of Sin mengajarkan bahwa kehidupan Kristen adalah proses berkelanjutan untuk mematikan dosa dan menghidupi kebenaran. Setiap kali orang percaya bertobat dari dosa, memperbarui ketaatan, dan mempersembahkan hidup bagi Allah, mereka mengalami kebangkitan rohani.

Paulus dan Pengalaman Kebangkitan Harian

Paulus sendiri berkata: "Aku mati setiap hari" (1 Korintus 15:31), yang mengindikasikan perjuangan konstan melawan daging dan dunia. Dalam konteks Reformed, ini selaras dengan doktrin sanctification—proses bertumbuh dalam kekudusan sebagai respons terhadap karya penebusan yang final.

Bangkit berkali-kali berarti:

  • Melawan dosa setiap hari

  • Menyangkal diri dan memikul salib (Lukas 9:23)

  • Menghidupi hidup yang diperbarui dalam Roh Kudus (Roma 8:11)

  • Melayani Allah dan sesama dengan kasih

6. Kebangkitan Kristus: Fondasi Teologis dan Harapan Eskatologis

Kebangkitan sebagai Jaminan

Paulus menekankan bahwa karena Kristus telah bangkit dan tidak akan mati lagi, maka mereka yang ada dalam Kristus pun akan mengalami kebangkitan kekal. Roma 6:5 menyatakan, "sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama seperti kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama seperti kebangkitan-Nya."

Teolog Reformed seperti Geerhardus Vos melihat kebangkitan Kristus sebagai “the first fruits” (buah sulung) dari kebangkitan semua orang percaya. Artinya, kebangkitan Yesus menjadi pola dan jaminan kebangkitan kita kelak.

Pengharapan di Tengah Penderitaan

Dalam dunia yang dipenuhi penderitaan, kematian, dan dosa, ayat ini memberi harapan yang kokoh. Kristus telah menaklukkan semua itu. Orang percaya, walau jatuh, bisa bangkit lagi. Walau mati, akan hidup kembali (Yohanes 11:25-26).

7. Implikasi Praktis dalam Hidup Orang Percaya

a. Hidup dalam Kekudusan

Karena Kristus telah mati terhadap dosa dan hidup bagi Allah, maka orang percaya dipanggil untuk hidup dalam kekudusan. Ini bukan sekadar usaha manusia, tetapi respons terhadap kuasa kebangkitan Kristus yang bekerja dalam diri orang percaya.

b. Tidak Takut Maut

Roma 6:9 menegaskan bahwa maut tidak lagi berkuasa atas Kristus, dan oleh penyatuan dengan Dia, maut juga tidak lagi berkuasa atas orang percaya. Ini memberi ketenangan menghadapi kematian fisik dan kebebasan dari perbudakan dosa.

c. Kehidupan yang Memuliakan Allah

Sebagaimana Kristus kini hidup bagi Allah, demikian pula setiap orang percaya dipanggil untuk mengarahkan hidupnya—karier, relasi, pelayanan, dan waktu—untuk kemuliaan Allah semata (1 Kor. 10:31).

Penutup: Hidup Baru dalam Kuasa Kebangkitan

Roma 6:9-10 bukan sekadar pernyataan doktrinal, melainkan kekuatan rohani yang mengubah cara pandang dan cara hidup. Kebangkitan Kristus adalah momen final terhadap kuasa dosa dan maut, dan menjadi dasar kehidupan baru dalam anugerah.

Tema “Bangkit Berkali-kali” bukan berarti Kristus harus bangkit ulang, tetapi bahwa orang percaya mengalami kebangkitan rohani yang terus-menerus. Dalam jatuh-bangun kehidupan, dalam pergumulan melawan dosa, dan dalam pelayanan yang melelahkan, orang percaya bangkit kembali—dikuatkan oleh fakta bahwa Kristus telah menang.

Sebagaimana Kristus telah mati terhadap dosa sekali untuk selama-lamanya dan kini hidup bagi Allah, demikian juga kita, dalam kesatuan dengan Dia, dipanggil untuk hidup bukan lagi bagi diri sendiri, tetapi bagi Allah dalam kekudusan dan pengharapan kekal.

Next Post Previous Post