Tomas dan Yesus: Dari Keraguan Menuju Iman Sejati

Pendahuluan
Dalam Injil Yohanes pasal 20, kita menemukan sebuah narasi yang sering kali dikenal sebagai kisah "Tomas yang ragu" atau Doubting Thomas. Tomas, salah satu dari dua belas murid Yesus, tidak berada bersama murid-murid lainnya ketika Yesus yang bangkit menampakkan diri untuk pertama kali. Ketika mereka memberitahunya bahwa mereka telah melihat Tuhan, Tomas dengan tegas menyatakan bahwa dia tidak akan percaya kecuali dia melihat dan menyentuh luka-luka Yesus secara langsung.
Meskipun banyak orang menilai Tomas secara negatif karena keraguannya, teologi Reformed memberikan wawasan yang lebih dalam dan kaya mengenai pengalaman spiritual Tomas. Artikel ini akan mengupas kisah Tomas dan Yesus dari perspektif para teolog Reformed seperti R.C. Sproul, John Calvin, Herman Bavinck, dan John Piper. Kita akan melihat bagaimana keraguan Tomas tidak hanya menunjukkan sisi manusiawinya, tetapi juga memperlihatkan kasih karunia Kristus dalam menuntun umat-Nya kepada iman yang sejati.
1. Latar Belakang Tomas dalam Injil
Tomas disebut dalam daftar murid-murid Yesus dalam keempat Injil (Matius 10:3; Markus 3:18; Lukas 6:15; Yohanes 11:16, 14:5, dan 20:24–29). Nama Tomas berasal dari bahasa Aram yang berarti “kembar” (Didymus dalam bahasa Yunani). Ia dikenal sebagai pribadi yang setia tetapi juga skeptis.
Dalam Yohanes 11:16, saat Yesus memutuskan untuk pergi ke Yudea untuk membangkitkan Lazarus, Tomas berkata kepada murid-murid yang lain, “Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia.” Ini menunjukkan bahwa Tomas adalah murid yang setia dan berani, namun pada saat yang sama juga fatalistik.
2. Keraguan Tomas: Sebuah Penilaian Awal
2.1. Yohanes 20:24–25 — Permintaan Akan Bukti
Ketika murid-murid berkata kepada Tomas bahwa mereka telah melihat Tuhan, Tomas menjawab:
“Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.” (Yohanes 20:25, AYT)
John Calvin berkomentar bahwa pernyataan Tomas menunjukkan kelemahan iman manusia yang umum, bukan pemberontakan yang disengaja. Dalam tafsirannya, Calvin menekankan bahwa Tomas tidak menolak iman sepenuhnya, tetapi ia menginginkan keyakinan yang kokoh dan pasti sebelum mempercayainya.
R.C. Sproul menambahkan bahwa kejujuran Tomas dalam mengungkapkan keraguannya adalah penting dalam konteks pengajaran iman. Dalam teologi Reformed, iman bukanlah sesuatu yang buta dan tanpa dasar, tetapi bersandar pada kebenaran yang objektif dan dapat diandalkan—dan ini yang dikejar Tomas.
2.2. Tomas sebagai Representasi Manusia Modern
John Piper melihat Tomas sebagai gambaran dari banyak orang percaya masa kini yang ingin melihat bukti empiris sebelum mempercayai kebenaran rohani. Dalam pandangan Piper, Yesus tidak menolak Tomas, melainkan memenuhi kebutuhannya akan bukti—bukan karena Tomas pantas mendapatkannya, tetapi karena kasih karunia Tuhan.
3. Perjumpaan Tomas dengan Yesus yang Bangkit
3.1. Yohanes 20:26–28 — Penampakan Kristus kepada Tomas
Delapan hari kemudian, Yesus kembali menampakkan diri kepada para murid. Kali ini, Tomas ada bersama mereka. Yesus langsung menyapa Tomas dan berkata:
“Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku; ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku. Dan jangan tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” (Yohanes 20:27, AYT)
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menekankan bahwa tindakan Yesus ini adalah contoh dari condescension—penyesuaian diri Allah kepada kelemahan manusia untuk membawa mereka kepada iman yang sejati.
Yesus tidak mengutuk Tomas karena keraguannya, tetapi dengan lembut memberikan apa yang dibutuhkannya untuk percaya. Ini menunjukkan sifat Allah yang sabar dan pengasih, sebagaimana ditegaskan dalam banyak bagian dari Perjanjian Lama dan digenapi dalam Kristus.
3.2. Pernyataan Iman Tomas yang Ajaib
Tanggapan Tomas adalah deklarasi yang luar biasa:
“Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yohanes 20:28, AYT)
Pernyataan ini adalah salah satu pengakuan iman tertinggi dalam seluruh Injil. John Calvin menulis bahwa di dalam pernyataan itu, Tomas mengakui tidak hanya kemanusiaan Yesus, tetapi juga keilahian-Nya secara langsung. Ini merupakan inti dari Kristologi Reformed: pengakuan bahwa Yesus adalah sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia.
R.C. Sproul menekankan bahwa respons Tomas menunjukkan transformasi radikal yang dapat terjadi ketika seseorang benar-benar bertemu dengan Yesus yang bangkit. Ini adalah bukti dari karya Roh Kudus dalam hati manusia.
4. Implikasi Teologis dalam Teologi Reformed
4.1. Iman yang Berdasar pada Pewahyuan
Teologi Reformed menekankan bahwa iman bukan berasal dari manusia, tetapi adalah hasil dari karya Roh Kudus melalui firman Allah. Tomas menjadi contoh bagaimana iman datang bukan melalui usaha intelektual manusia semata, tetapi melalui pewahyuan Kristus secara pribadi.
Dalam Institutes of the Christian Religion, Calvin menjelaskan bahwa semua bentuk pengetahuan sejati tentang Allah hanya mungkin jika Allah sendiri yang menyatakannya. Dalam hal ini, Tomas mengalami pewahyuan langsung dari Yesus, dan dari situlah lahir pengakuan imannya.
4.2. Bukti dan Iman: Apakah Berlawanan?
John Piper dan Sproul sama-sama menjelaskan bahwa iman Kristen tidak bertentangan dengan bukti, tetapi melampaui bukti. Bukti fisik yang diberikan kepada Tomas bukanlah norma untuk semua orang percaya, tetapi pengecualian penuh kasih dari Tuhan.
Yesus sendiri berkata:
“Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” (Yohanes 20:29, AYT)
Ini merupakan dasar dari fides quaerens intellectum — iman yang mencari pengertian. Dalam pandangan Reformed, iman yang sejati tidak buta, tetapi berdasar pada firman yang dinyatakan, serta dikuatkan oleh Roh Kudus.
5. Relevansi Bagi Orang Percaya Masa Kini
5.1. Menanggapi Keraguan
Dalam kehidupan iman, keraguan sering kali muncul. Tomas menunjukkan bahwa keraguan bukan akhir dari perjalanan rohani. Justru ketika dibawa kepada Kristus, keraguan dapat menjadi pintu menuju iman yang lebih dalam dan kuat.
John Piper menyatakan bahwa gereja harus menjadi tempat yang aman bagi mereka yang ragu. Keraguan harus ditanggapi dengan pengajaran yang benar dan kasih yang sabar, bukan dengan penghukuman.
5.2. Panggilan untuk Percaya tanpa Melihat
Kita tidak hidup pada zaman di mana Yesus secara fisik menampakkan diri kepada kita. Namun melalui firman-Nya yang hidup, sakramen, dan pekerjaan Roh Kudus, kita diundang untuk memiliki iman seperti Tomas—tanpa perlu menyentuh luka-Nya, namun mengakui, “Ya Tuhanku dan Allahku!”
R.C. Sproul menyebut bagian ini sebagai dasar penginjilan: iman datang dari pendengaran akan firman Kristus (Roma 10:17). Tomas adalah contoh bahwa Allah dapat dan akan menyatakan diri-Nya kepada siapa saja yang sungguh-sungguh mencari kebenaran.
Kesimpulan
Kisah Tomas dan Yesus bukanlah sekadar narasi tentang seorang murid yang ragu. Ini adalah gambaran nyata dari perjalanan iman manusia yang penuh dengan pergumulan, pencarian, dan akhirnya penemuan akan kebenaran dalam Kristus.
Teologi Reformed memberikan penekanan kuat bahwa keselamatan adalah anugerah Allah semata, bukan hasil usaha manusia. Tomas tidak dihukum karena keraguannya, tetapi dipanggil oleh kasih karunia menuju pengakuan iman yang mulia.
Bagi kita hari ini, Tomas menjadi teladan bahwa Allah tidak menjauhi mereka yang bergumul, tetapi justru mendekat untuk menyatakan kebenaran-Nya. Mari kita tanggapi panggilan Yesus dengan iman yang teguh, sembari menyatakan bersama Tomas:
“Ya Tuhanku dan Allahku!”