Sukacita dalam Persekutuan Sejati: 2 Yohanes 1:12-13

Pendahuluan
Surat 2 Yohanes, meskipun singkat, memuat prinsip-prinsip penting mengenai kebenaran, kasih, dan persekutuan Kristen. Pada bagian penutupnya, Yohanes menulis:
"Banyak hal yang ingin kutuliskan kepadamu, tetapi aku tidak mau melakukannya dengan kertas dan tinta. Namun, aku berharap dapat datang kepadamu dan berbicara secara tatap muka supaya sukacita kita dipenuhkan. Anak-anak dari saudaramu yang terpilih menyampaikan salam kepadamu." (2 Yohanes 1:12-13, AYT)
Dalam ayat ini, kita melihat hati seorang gembala sejati: keinginan untuk membangun persekutuan sejati yang tidak cukup hanya dengan tulisan, tetapi dengan kehadiran nyata. Dalam teologi Reformed, hal ini menyoroti pentingnya kehidupan persekutuan dalam tubuh Kristus, inkarnasi kebenaran dalam relasi, dan sukacita penuh dalam Kristus.
Mari kita gali lebih dalam makna ekspositori dari ayat ini.
I. Latar Belakang Surat 2 Yohanes
Surat ini ditulis oleh Rasul Yohanes kepada “Ibu yang terpilih dan anak-anaknya” — kemungkinan besar merupakan metafora untuk sebuah gereja lokal dan jemaatnya. Yohanes menulis:
-
Untuk memperingatkan tentang pengajar sesat
-
Untuk mendorong hidup dalam kebenaran dan kasih
-
Untuk menekankan pentingnya kesetiaan dalam ajaran Kristus
Di akhir surat, Yohanes menegaskan pentingnya pertemuan langsung, menunjukkan prioritas tinggi atas persekutuan yang nyata.
II. Eksposisi 2 Yohanes 1:12-13
A. “Banyak hal yang ingin kutuliskan kepadamu...”
Yohanes memiliki banyak hal yang hendak ia sampaikan, tetapi memilih tidak mengungkapkan semuanya melalui tulisan.
Dalam pandangan Reformed:
-
Firman tertulis adalah fondasi iman (Sola Scriptura).
-
Namun, kehidupan Kristen juga harus dijalani dalam relasi yang hidup, bukan hanya doktrinal di atas kertas.
John Calvin menekankan:
“Ajaran sejati harus diikuti dengan persekutuan sejati. Kebenaran yang hanya tinggal dalam buku tanpa masuk ke dalam hati dan komunitas, menjadi mati.”
Poin Penting:
Iman Kristen adalah iman yang berelasi, bukan sekadar informasi.
B. “Namun, aku berharap dapat datang kepadamu dan berbicara secara tatap muka...”
Yohanes menunjukkan nilai tinggi dari kehadiran fisik dalam membangun persekutuan.
Dalam teologi Reformed, gereja bukan sekadar “kumpulan individu percaya,” melainkan tubuh yang saling terhubung dan hidup dalam komunitas.
Westminster Confession of Faith (Bab 25):
“Gereja terdiri dari semua orang yang secara nyata memanggil nama Kristus dan tunduk pada pengajaran-Nya.”
Mengapa tatap muka penting?
-
Kehadiran memperkuat hubungan kasih.
-
Komunikasi langsung mencegah kesalahpahaman.
-
Kehadiran menghadirkan dimensi inkarnasional: sebagaimana Kristus datang ke dunia, kita pun dipanggil hadir satu sama lain.
Dietrich Bonhoeffer, dalam Life Together:
“Kehadiran saudara seiman dalam Kristus adalah sumber sukacita yang tiada tara bagi orang percaya.”
C. “Supaya sukacita kita dipenuhkan.”
Tujuan Yohanes bukan sekadar bertemu, melainkan memenuhi sukacita bersama.
Dalam kerangka Reformed:
-
Sukacita sejati bersumber dari persekutuan dalam kebenaran.
-
Persekutuan itu mencapai puncaknya ketika orang percaya saling berbagi kehidupan, kasih, dan iman.
Filipi 2:2 – “Lengkapilah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, dan satu tujuan.”
Poin Penting:
Sukacita Kristen sejati bukan ditemukan dalam isolasi, melainkan dalam komunitas yang berpusat pada Injil.
D. “Anak-anak dari saudaramu yang terpilih menyampaikan salam kepadamu.”
Ucapan salam ini:
-
Mengungkapkan solidaritas dalam tubuh Kristus.
-
Menunjukkan bahwa komunitas Kristen adalah satu keluarga besar, disatukan oleh pemilihan Allah (electing grace).
Dalam Reformed Theology, konsep “yang terpilih” menekankan bahwa:
-
Kesatuan gereja didasarkan pada pemilihan Allah, bukan pilihan manusia.
-
Kasih dan salam antara jemaat adalah ekspresi nyata dari kesatuan itu.
III. Tema Besar dalam Teologi Reformed dari 2 Yohanes 1:12-13
1. Persekutuan Sejati Berakar dalam Kebenaran
Kebenaran adalah dasar bagi kasih sejati. Yohanes sebelumnya menulis:
2 Yohanes 1:1 – “Kepada ibu yang terpilih dan anak-anaknya yang kukasihi dalam kebenaran...”
Dalam teologi Reformed:
-
Kebenaran Injil mengikat umat Allah menjadi satu.
-
Kasih sejati tidak bisa dipisahkan dari kebenaran doktrinal.
John Stott:
“Kasih yang sejati tidak mungkin ada tanpa kebenaran, dan kebenaran tidak mungkin bertahan tanpa kasih.”
2. Sukacita Sejati Adalah Buah dari Komunitas Injil
Sukacita Kristen bukan sekadar emosi, tetapi hasil dari:
-
Berada dalam persekutuan dengan Kristus
-
Berada dalam persekutuan dengan sesama orang percaya
-
Hidup dalam kebenaran dan kasih
Jonathan Edwards berkata:
“Sukacita terbesar di surga adalah sukacita dalam persatuan penuh dengan Allah dan umat-Nya.”
3. Kasih Persaudaraan Merupakan Ciri Gereja Terpilih
Kasih di antara umat Allah adalah tanda pemilihan dan bukti lahiriah dari karya Roh Kudus dalam kehidupan komunitas.
1 Yohanes 4:7 – “Saudara-saudaraku yang terkasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah.”
IV. Aplikasi Praktis dari 2 Yohanes 1:12-13
A. Prioritaskan Kehadiran dalam Persekutuan
-
Jangan menggantikan pertemuan jemaat dengan hubungan virtual semata.
-
Ada kekuatan rohani dalam persekutuan fisik.
B. Jalin Hubungan Berdasarkan Kebenaran dan Kasih
-
Carilah komunitas Kristen yang berpegang teguh pada Injil.
-
Jangan puas dengan hubungan sosial semata; bangun relasi dalam firman dan kasih Kristus.
C. Hargai dan Tunjukkan Kasih Persaudaraan
-
Saling menguatkan dalam doa, kata-kata, dan perbuatan.
-
Salam-salam kecil (seperti dalam ayat 13) mencerminkan perhatian dan kasih nyata.
D. Tumbuh Dalam Sukacita Injil
-
Jadikan Injil sebagai pusat sukacita kita, bukan kondisi dunia.
-
Sukacita kita bertumbuh ketika kita berjalan bersama dalam kebenaran.
Kesimpulan
2 Yohanes 1:12-13 memperlihatkan bahwa:
-
Persekutuan Kristen yang sejati berakar dalam kebenaran.
-
Kehadiran nyata dalam komunitas adalah penting untuk membangun iman.
-
Sukacita sejati adalah buah dari persekutuan yang hidup dalam kebenaran dan kasih.
-
Kasih persaudaraan menunjukkan pemilihan ilahi yang menyatukan umat Allah.
Dalam terang teologi Reformed, ayat ini menegaskan bahwa:
"Iman yang sejati berbuah dalam kasih yang nyata, yang menyatakan dirinya dalam komunitas yang sejati, dan yang menantikan sukacita penuh di dalam Kristus."