“Tetelestai” - Sudah Selesai

Pendahuluan
Di atas kayu salib, sebelum menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa, Yesus mengucapkan satu kata yang menggema sepanjang sejarah keselamatan:
"Tetelestai!" (Yohanes 19:30)
Dalam bahasa Yunani Koine, tetelestai adalah bentuk kata kerja yang secara harfiah berarti: "sudah selesai", "sudah digenapi", atau "sudah ditunaikan." Kata ini tidak hanya menandai akhir penderitaan Yesus secara fisik, tetapi merupakan deklarasi teologis yang padat makna: karya penebusan yang ditetapkan oleh Allah sejak kekekalan telah diselesaikan oleh Sang Anak.
Dalam teologi Reformed, satu kata ini membuka pemahaman mendalam tentang penebusan sempurna, karya Kristus yang final, serta jaminan keselamatan yang kokoh bagi umat pilihan. Artikel ini mengkaji arti tetelestai menurut para teolog Reformed seperti John Calvin, Louis Berkhof, Herman Bavinck, R.C. Sproul, Sinclair Ferguson, dan Michael Horton serta menunjukkan relevansinya bagi hidup iman Kristen masa kini.
1. Arti Kata "Tetelestai" dalam Konteks Alkitab
Dalam Yohanes 19:30, teks Yunani menulis:
“ὅτε οὖν ἔλαβεν τὸ ὄξος ὁ Ἰησοῦς εἶπεν· Τετέλεσται· καὶ κλίνας τὴν κεφαλὴν παρέδωκεν τὸ πνεῦμα.”
(Yohanes 19:30, NA28)
Kata tetelestai adalah bentuk perfect indicative passive dari kata kerja teleō, yang berarti "menyelesaikan, menggenapi, menunaikan sepenuhnya." Bentuk perfect menunjukkan tindakan yang telah selesai dengan hasil yang terus berlaku selamanya.
Ini bukan sekadar ucapan terakhir, tetapi deklarasi kemenangan. Dalam dunia Yunani-Romawi, kata tetelestai sering digunakan:
-
Di bidang perdagangan, untuk menyatakan bahwa hutang telah lunas (paid in full).
-
Di bidang agama, untuk menyatakan bahwa persembahan telah dipersembahkan dengan sempurna.
-
Di bidang militer, untuk menyatakan bahwa misi telah dituntaskan.
Dengan menggunakan kata ini, Yesus menggabungkan seluruh makna tersebut dalam satu pernyataan puncak penebusan.
2. John Calvin: Pemenuhan Keadilan dan Kasih Allah
John Calvin, dalam komentarnya atas Yohanes 19, menjelaskan bahwa tetelestai bukan hanya akhir dari penderitaan Yesus, melainkan puncak dari ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa.
“Yesus, setelah menanggung segala hukuman bagi dosa, menyatakan bahwa tugas-Nya telah selesai dan keselamatan telah digenapi.”
– John Calvin, Commentary on John
Bagi Calvin, tetelestai adalah deklarasi bahwa hukum Taurat telah dipenuhi, kutuk dosa telah dipikul, dan perjanjian anugerah telah digenapi. Tidak ada lagi korban tambahan yang dibutuhkan. Dalam hal ini, Calvin menekankan aspek kesempurnaan korban Kristus.
3. Louis Berkhof: Aspek Objektif Penebusan
Dalam Systematic Theology, Louis Berkhof menjelaskan bahwa kematian Kristus harus dipahami sebagai korban penebusan yang sempurna dan final. Tidak seperti korban dalam Perjanjian Lama yang bersifat berulang dan tidak pernah menuntaskan masalah dosa, korban Kristus sekali untuk selama-lamanya.
“The atonement is a finished work. Christ did not merely make salvation possible; He actually secured it.”
– Louis Berkhof
Menurut Berkhof, tetelestai adalah dasar dari doktrin penebusan yang efektif dan tertentu – yaitu bahwa Kristus tidak mati secara potensial, tetapi sebenarnya dan efektif menyelamatkan umat pilihan-Nya.
4. Herman Bavinck: Finalitas Kristus dalam Sejarah Keselamatan
Herman Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, menegaskan bahwa dengan kematian-Nya, Kristus telah menyelesaikan seluruh rangkaian janji keselamatan yang dimulai sejak Kejadian 3:15. Dalam Kristus, seluruh hukum, nubuat, dan bayangan Perjanjian Lama mencapai klimaksnya.
“Kristus adalah penggenapan dari semua hal dalam hukum dan para nabi. Dalam Dia, janji dan kenyataan bersatu.”
– Herman Bavinck
Dengan demikian, tetelestai bukan hanya akhir dari penderitaan Yesus, tapi juga akhir dari sistem hukum ceremonial dan permulaan era anugerah dan Roh.
5. R.C. Sproul: Hutang Telah Lunas
R.C. Sproul menekankan makna forensik dari tetelestai. Menurut Sproul, manusia adalah pihak yang berhutang kepada keadilan Allah. Dosa menuntut hukuman, dan hanya darah yang dapat membayar. Namun manusia tidak mampu membayarnya sendiri.
“When Jesus said ‘It is finished,’ He declared that the debt of sin had been paid in full. No more guilt remains.”
– R.C. Sproul
Sproul menekankan bahwa tetelestai memberikan kepastian pembenaran. Kita tidak harus – dan tidak dapat – menambahkan apa pun untuk keselamatan. Kristus telah menyelesaikan semuanya.
6. Sinclair Ferguson: Damai bagi Hati yang Gelisah
Dalam buku dan kotbah-kotbahnya, Sinclair Ferguson menekankan bahwa banyak orang Kristen hidup dalam rasa bersalah yang terus-menerus, merasa bahwa mereka harus “membayar kembali” Allah.
Namun Ferguson menunjukkan bahwa pengertian tetelestai seharusnya menghapus beban itu. Kristus telah melakukan segalanya; tidak ada lagi hukuman.
“Tetelestai means there is no more debt to pay, no more punishment to bear, no more guilt to carry.”
– Sinclair Ferguson
7. Michael Horton: Penggenapan Perjanjian Keselamatan
Michael Horton, teolog sistematika Reformed kontemporer, menempatkan kata tetelestai dalam konteks penggenapan perjanjian anugerah (covenant of grace). Kristus adalah Pribadi yang memenuhi syarat perjanjian itu secara sempurna – baik dalam ketaatan aktif (menuruti seluruh hukum) maupun ketaatan pasif (menderita hukuman dosa).
“Christ fulfilled the covenant not just by dying, but by living righteously in our place. ‘Tetelestai’ is the seal of the covenant fulfilled.”
– Michael Horton
8. Implikasi Teologis dari “Tetelestai”
a. Finalitas Penebusan
Kristus tidak membuka jalan untuk keselamatan yang “masih perlu diselesaikan oleh manusia.” Ia telah menyelesaikan seluruh pekerjaan penebusan.
b. Kepastian Pengampunan
Karena korban Kristus sempurna, maka pengampunan kita pun sempurna. Kita tidak hidup dalam ketakutan akan penolakan.
c. Penolakan terhadap Injil Perbuatan
Teologi Reformed menolak gagasan bahwa manusia perlu “menambah” kebaikan untuk diselamatkan. Tetelestai menegaskan: keselamatan adalah oleh kasih karunia, melalui iman, bukan oleh usaha.
d. Dorongan untuk Kekudusan
Karena karya Kristus sudah selesai, orang percaya bukan hidup dalam usaha menyelamatkan diri, melainkan hidup dalam ucapan syukur yang termanifestasi dalam pertumbuhan rohani.
9. Aplikasi Pribadi bagi Orang Percaya
a. Saat Diserang Rasa Bersalah
Ingatlah bahwa hukuman telah ditanggung. Allah tidak akan menuntut dua kali pembayaran atas dosa yang sama. Kristus telah membayarnya penuh.
b. Saat Merasa Lemah
Kemenangan bukan berasal dari kekuatan kita, tapi dari karya Kristus yang sudah selesai. Kita berpegang bukan pada usaha kita, tetapi pada salib-Nya.
c. Dalam Pelayanan
Kita melayani bukan untuk menyenangkan Allah agar diselamatkan, tetapi karena kita sudah diselamatkan. Kita melayani dari kasih, bukan dari rasa takut.
10. Konteks Eskatologis: Dari Salib ke Kemuliaan
Tetelestai juga membuka pintu menuju pengharapan masa depan. Karena penebusan telah selesai:
-
Kita menantikan kebangkitan tubuh
-
Kita yakin akan penghakiman yang dibebaskan
-
Kita rindu pada langit dan bumi baru, di mana dosa tidak lagi berkuasa
Karena salib telah menyelesaikan semua yang perlu diselesaikan, maka kedatangan Kristus kedua kali bukan untuk menebus lagi, melainkan untuk menyempurnakan hasil penebusan-Nya.
Kesimpulan
Satu kata: “Tetelestai” – telah menjadi ringkasan dari seluruh Injil. Dalam terang teologi Reformed, kata ini mengandung kedalaman makna:
-
Bahwa Kristus telah menyelesaikan karya penebusan
-
Bahwa keselamatan tidak lagi bergantung pada usaha manusia
-
Bahwa dosa telah dibayar lunas
-
Bahwa kita dibenarkan dan diperdamaikan dengan Allah
-
Bahwa pengharapan kita pasti karena dasar keselamatan tidak tergoyahkan
Marilah kita hidup dengan keyakinan, bahwa di tengah tantangan dunia ini, suara dari salib masih berkata:
“Sudah selesai.”
– Tidak perlu ditambah, tidak bisa dikurangi.