Yakobus 4:1: Sumber Konflik dan Solusinya

Pendahuluan
Yakobus 4:1 berbunyi:
“Dari manakah datangnya perkelahian dan pertengkaran yang terjadi di antara kamu? Bukankah itu berasal dari hawa nafsumu yang berperang di dalam anggota-anggota tubuhmu?” (Yakobus 4:1, AYT)
Ayat ini merupakan bagian dari surat Yakobus yang ditujukan kepada orang-orang percaya, di mana ia menegur jemaat yang dipenuhi oleh konflik dan perselisihan. Dalam perspektif teologi Reformed, ayat ini mengungkapkan realitas keberdosaan manusia dan kebutuhan akan anugerah Allah untuk mengalahkan natur dosa. Artikel ini akan menguraikan eksposisi Yakobus 4:1 berdasarkan pemahaman beberapa pakar teologi Reformed.
1. Konteks Historis dan Sasaran Surat Yakobus
Yakobus menulis surat ini kepada orang-orang Yahudi yang tersebar di perantauan (Yakobus 1:1). Jemaat yang ia tuju tampaknya menghadapi berbagai tantangan, termasuk ketidakstabilan iman, sikap duniawi, dan konflik internal. Dalam Yakobus 4:1, ia mengidentifikasi sumber utama dari perpecahan ini, yaitu hawa nafsu dan dosa yang berakar dalam diri manusia.
John Calvin dalam Commentary on James menyoroti bahwa Yakobus menegur sikap orang-orang percaya yang masih dikuasai oleh ambisi duniawi dan keinginan daging. Calvin menyatakan bahwa:
“Perkelahian yang terjadi di antara jemaat bukanlah akibat dari penyebab eksternal semata, tetapi dari hati manusia yang belum sepenuhnya ditundukkan di bawah kedaulatan Kristus.”
Calvin menekankan bahwa pertobatan sejati seharusnya menghasilkan kehidupan yang dipimpin oleh Roh Kudus, bukan oleh hawa nafsu duniawi.
2. Sumber Konflik: Dosa yang Menguasai Hati
Yakobus dengan jelas mengungkapkan bahwa akar dari konflik adalah hawa nafsu yang berperang dalam diri manusia. Kata "hawa nafsu" dalam teks Yunani menggunakan kata hēdonē (ἡδονή), yang berarti kesenangan atau kenikmatan duniawi yang bersifat egois. Kata ini sering dikaitkan dengan sifat manusia yang mencari pemenuhan diri di luar kehendak Allah.
a. Pandangan R.C. Sproul
R.C. Sproul dalam buku Essential Truths of the Christian Faith menjelaskan bahwa manusia, dalam natur berdosanya, cenderung mencari kepuasan di luar Tuhan. Ia mengutip Roma 7:23, yang berbicara tentang hukum dosa yang berperang dalam anggota tubuh manusia. Sproul menegaskan bahwa tanpa regenerasi oleh Roh Kudus, manusia akan terus dikuasai oleh hawa nafsu yang berujung pada konflik.
b. John MacArthur: Natur Dosa yang Mendominasi
John MacArthur dalam tafsirannya The MacArthur New Testament Commentary: James menguraikan bahwa konflik dalam jemaat sering kali disebabkan oleh keinginan berdosa yang belum ditaklukkan. Ia menyatakan:
"Ketika orang-orang percaya hidup dalam ketidaktaatan kepada Tuhan dan lebih mengutamakan keinginan pribadi daripada kehendak-Nya, maka akan timbul pertengkaran dan perpecahan."
Menurut MacArthur, Yakobus ingin menegur jemaat yang masih dipengaruhi oleh pola pikir duniawi. Ia menekankan perlunya hidup dalam pertobatan dan ketaatan kepada firman Allah.
3. Perang di dalam Diri: Perjuangan antara Daging dan Roh
Yakobus menggunakan frasa “yang berperang di dalam anggota-anggota tubuhmu” untuk menggambarkan konflik internal yang terjadi dalam hati manusia. Ini mencerminkan ketegangan antara keinginan dosa dan panggilan untuk hidup kudus.
a. Paulus dan Perjuangan Melawan Dosa
Rasul Paulus dalam Galatia 5:17 berkata:
“Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh, dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging, karena keduanya bertentangan, sehingga kamu tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.”
Sinclair Ferguson dalam The Christian Life: A Doctrinal Introduction menjelaskan bahwa perjuangan antara daging dan Roh adalah realitas bagi setiap orang percaya. Meskipun telah ditebus, manusia masih hidup dalam tubuh yang berdosa dan terus-menerus perlu diperbarui oleh firman dan Roh Kudus.
4. Solusi Reformed: Hidup dalam Anugerah dan Ketaatan
Dalam tradisi Reformed, solusi atas konflik yang disebabkan oleh hawa nafsu adalah:
a. Pembaruan Hati oleh Roh Kudus
John Owen dalam The Mortification of Sin menekankan bahwa satu-satunya cara untuk mengalahkan dosa adalah melalui pekerjaan Roh Kudus. Ia berkata:
“Dosa harus diperangi setiap hari, dan hanya dengan kuasa Roh Kudus kita dapat mematikannya.”
Owen menekankan bahwa pertumbuhan rohani tidak bisa terjadi tanpa ketergantungan penuh pada Tuhan.
b. Mempraktikkan Kehidupan yang Tunduk pada Firman Tuhan
Calvin mengajarkan pentingnya hidup dalam ketaatan kepada firman Tuhan. Ia berkata:
“Seseorang yang benar-benar bertobat akan menata hidupnya menurut firman Tuhan, bukan menurut keinginan dunia.”
Yakobus 4:7 menekankan hal ini dengan berkata: “Karena itu tunduklah kepada Allah, lawanlah Iblis, maka ia akan lari darimu.”
c. Hidup dalam Komunitas yang Kudus
Yakobus menyoroti pentingnya jemaat yang hidup dalam kasih dan kesatuan. Konflik dapat dihindari jika setiap orang percaya menempatkan kepentingan Kristus di atas kepentingan pribadi.
John Stott dalam The Message of the Sermon on the Mount menegaskan bahwa jemaat harus menjadi komunitas yang mencerminkan kasih Kristus, bukan egoisme duniawi. Ia berkata:
“Kasih Kristen sejati terlihat dalam cara kita mengutamakan orang lain, bukan dalam mencari kepuasan pribadi.”
Kesimpulan
Yakobus 4:1 menunjukkan bahwa sumber utama konflik dalam jemaat adalah hawa nafsu yang masih berperang dalam hati manusia. Teologi Reformed menekankan bahwa solusi atas masalah ini adalah:
-
Regenerasi oleh Roh Kudus – Manusia membutuhkan anugerah Allah untuk mengalahkan dosa.
-
Ketaatan kepada Firman Tuhan – Hidup yang selaras dengan firman akan membawa damai.
-
Kehidupan dalam komunitas yang kudus – Gereja harus mencerminkan kasih Kristus, bukan persaingan duniawi.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam anugerah dan pertobatan setiap hari. Hanya dengan bersandar pada Tuhan, kita dapat mengalami kemenangan atas hawa nafsu dan hidup dalam damai sejahtera yang sejati.