Yesus Tidak Malu Menyebut Mereka Saudara: Ibrani 2:11

Yesus Tidak Malu Menyebut Mereka Saudara: Ibrani 2:11

Pendahuluan: Kasih Kristus terhadap Mereka yang Pernah Menolak-Nya

Salah satu kebenaran paling menyentuh dalam seluruh Alkitab adalah bahwa Yesus tidak malu menyebut orang berdosa sebagai saudara, bahkan mereka yang sebelumnya menolak dan melawan Dia. Di dunia yang dipenuhi penolakan, pengkhianatan, dan kegagalan moral, kabar ini adalah penghiburan ilahi yang luar biasa.

Dalam Ibrani 2:11, penulis surat Ibrani menuliskan:

"Sebab, Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan berasal dari satu. Karena itu, Ia tidak malu menyebut mereka sebagai saudara." (versi AYT)

Artikel ini akan mengeksplorasi makna ayat ini berdasarkan eksposisi teologi Reformed, dengan merujuk pada pemikiran para teolog seperti John Calvin, R.C. Sproul, John Owen, dan Sinclair Ferguson.

1. Konteks Surat Ibrani dan Pasal 2

Surat Ibrani ditulis kepada orang-orang percaya Yahudi yang tengah menghadapi tekanan besar untuk meninggalkan iman mereka dan kembali kepada Yudaisme. Penulis ingin menunjukkan bahwa Kristus adalah Imam Besar yang sempurna, Saudara yang penuh kasih, dan Juruselamat yang layak dipercaya.

Dalam pasal 2, penekanan utama adalah bahwa Yesus, Sang Anak Allah, merendahkan diri-Nya, menjadi manusia, menderita, dan mati, agar dapat menyelamatkan saudara-saudara-Nya.

2. Eksposisi Ibrani 2:11

"Sebab, Ia yang menguduskan..."

Yesus digambarkan sebagai Yang menguduskan – Dia yang secara aktif menjadikan umat-Nya kudus melalui karya penebusan-Nya. Dalam bahasa Yunani, kata "menguduskan" (ἁγιάζω, hagiazō) berarti memisahkan untuk tujuan ilahi, baik secara posisi maupun progresif.

John Owen dalam komentarnya atas Ibrani menulis:

“Kristus menguduskan bukan hanya dengan ajaran, tetapi dengan darah-Nya. Ia menjadikan umat-Nya kudus karena Ia sendiri adalah sumber kekudusan mereka.”

"...dan mereka yang dikuduskan berasal dari satu..."

Frasa ini menyatakan kesatuan asal antara Yesus dan umat-Nya—bukan dalam keilahian, melainkan dalam kemanusiaan-Nya. Ia sungguh-sungguh menjadi manusia, dari rahim, daging, dan darah, agar dapat mengidentifikasi diri-Nya sepenuhnya dengan umat-Nya.

R.C. Sproul menekankan bahwa inkarnasi adalah jembatan belas kasihan, di mana Yesus benar-benar menjadikan umat berdosa sebagai "saudara."

"...karena itu, Ia tidak malu menyebut mereka sebagai saudara."

Ini adalah bagian paling mengharukan: meskipun umat-Nya penuh dosa, kelemahan, bahkan penolakan terhadap Dia, Yesus tidak malu menyebut mereka saudara. Ini bukan karena mereka layak, melainkan karena kasih karunia dan kasih penebusan.

3. Pandangan Teolog Reformed

John Calvin

Calvin menekankan bahwa pengakuan Kristus atas kita sebagai saudara bukan karena nilai dalam diri kita, tetapi karena kesatuan dengan-Nya dalam anugerah.

“Kristus tidak malu, bukan karena kita layak, tetapi karena Ia telah menyucikan kita dengan darah-Nya dan menjadikan kita satu keluarga dengan-Nya.”

John Owen

Owen melihat ayat ini sebagai dasar penghiburan dalam penderitaan dan kelemahan. Jika Kristus tidak malu terhadap kita, maka kita tidak boleh malu mendekat kepada-Nya.

Sinclair Ferguson

Ferguson menyoroti bahwa kesediaan Yesus untuk menyebut kita saudara adalah tanda bahwa Injil adalah tentang pemulihan relasi, bukan sekadar pengampunan hukum. Kita diangkat menjadi keluarga Allah, bukan hanya diampuni.

4. Bukti Kasih Kristus terhadap Mereka yang Pernah Menolak-Nya

Yesus tidak hanya tidak malu terhadap kita yang lemah, tetapi juga terhadap:

a. Petrus yang menyangkal-Nya

Petrus menyangkali Yesus tiga kali. Namun, dalam Yohanes 21, Yesus memulihkan dia dengan penuh kasih.

b. Tomas yang meragukan-Nya

Tomas tidak percaya akan kebangkitan-Nya. Tapi Yesus berkata, “Taruhlah jarimu di sini... Jangan tidak percaya lagi, tetapi percayalah.”

c. Paulus yang menganiaya Gereja-Nya

Bahkan kepada Paulus yang membunuh umat Kristen, Yesus berkata: “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?” – sebuah pendekatan pribadi yang akhirnya mengubahkan Saulus menjadi rasul terbesar.

5. Aplikasi bagi Kehidupan Kristen

A. Penghiburan dalam Kegagalan

Apakah kamu pernah menyakiti hati Tuhan? Pernah menyangkal imanmu? Pernah lari dari-Nya?

Ibrani 2:11 mengatakan bahwa Yesus tidak malu terhadapmu. Ia tahu dosa dan masa lalumu, namun Ia tetap memanggilmu "saudara."

B. Dorongan untuk Mendekat kepada Kristus

Karena Ia tidak malu terhadap kita, kita tidak perlu takut untuk datang kepada-Nya. Kita tidak perlu menyembunyikan kegagalan atau berpura-pura sempurna.

Ibrani 4:16“Karena itu, marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima belas kasihan.”

C. Komunitas yang Berdasarkan Kasih

Jika Yesus tidak malu menyebut kita saudara, maka kita juga tidak boleh malu terhadap sesama orang percaya, tak peduli latar belakang atau masa lalunya.

6. Implikasi Teologis

a. Doktrin Adopsi

Dalam teologi Reformed, kita diajarkan bahwa keselamatan mencakup adopsi menjadi anak-anak Allah (Roma 8:15-17). Ibrani 2:11 menunjukkan bahwa Yesus adalah Kakak Sulung, yang menyambut kita ke dalam keluarga Allah.

b. Kristus sebagai Representatif

Yesus tidak hanya mati untuk kita, tapi juga hidup dan bersatu dengan kita. Ibrani 2:11 menyatakan kesatuan perwakilan, di mana Kristus sebagai wakil umat manusia menjadikan kita satu dengan-Nya.

Kesimpulan: Yesus Tidak Malu terhadap Mereka yang Berbalik kepada-Nya

Yesus tahu siapa kita—lemah, gagal, dan penuh cacat. Namun karena pengorbanan-Nya, karena kesatuan kita dengan Dia dalam iman, Ia tidak malu menyebut kita sebagai saudara.

Ini adalah Injil dalam bentuk paling personal dan penuh kasih. Kita bukan hanya diampuni, kita diterima dan diangkat menjadi keluarga.

Poin-Poin Penting:

  • Ibrani 2:11 menyatakan bahwa Yesus tidak malu menyebut umat-Nya sebagai saudara.

  • Doktrin ini mencerminkan kasih penebusan dan adopsi dalam teologi Reformed.

  • Kesatuan antara Kristus dan umat-Nya adalah dasar penghiburan, iman, dan relasi dalam gereja.

  • Yesus memulihkan bahkan mereka yang pernah menolak atau menyangkal-Nya.

  • Injil bukan hanya pengampunan, tetapi penerimaan penuh ke dalam keluarga Allah.

Next Post Previous Post