Kristus sebagai Perantara Perjanjian Baru: Ibrani 9:15
Pendahuluan
Surat Ibrani menempati tempat yang penting dalam Perjanjian Baru karena menawarkan pemahaman yang dalam dan sistematis mengenai peranan Kristus sebagai Imam Besar, Perantara, dan Penggenapan dari seluruh sistem ibadah Perjanjian Lama. Salah satu puncaknya dapat ditemukan dalam Ibrani 9:15, yang menyatakan:
Ibrani 9:15 (AYT)
"Untuk alasan inilah Kristus menjadi Perantara dari perjanjian yang baru supaya mereka yang telah dipanggil Allah boleh menerima warisan kekal yang telah dijanjikan-Nya; sebab sebuah kematian telah terjadi untuk menebus mereka dari pelanggaran-pelanggaran yang mereka lakukan di bawah perjanjian yang pertama."
Ayat ini mengikat seluruh tema besar dari kitab Ibrani: perjanjian, pengorbanan, tebusan, dan warisan kekal, semua terwujud sempurna dalam pribadi Yesus Kristus.
1. Konteks Teologis Kitab Ibrani
Kitab Ibrani ditulis kepada orang Yahudi Kristen yang sedang mengalami tekanan dan tergoda untuk kembali kepada sistem keimaman dan persembahan korban Perjanjian Lama. Penulis menekankan bahwa Yesus adalah penggenapan dan pemenuhan seluruh sistem itu. Ia bukan hanya imam, tetapi juga korban dan tempat kudus itu sendiri.
John Owen, salah satu komentator Reformed paling penting atas kitab Ibrani, menyebut Ibrani sebagai “perbendaharaan pengertian tentang Kristus sebagai pusat dari perjanjian keselamatan.”
2. Eksposisi Ayat demi Ayat: Ibrani 9:15
“Untuk alasan inilah Kristus menjadi Perantara dari perjanjian yang baru…”
a. Kristus sebagai Perantara
Dalam teologi Reformed, peran Kristus sebagai Mediator (Perantara) adalah bagian dari munus triplex atau tiga jabatan Kristus: nabi, imam, dan raja. Sebagai perantara, Ia menghubungkan Allah yang kudus dengan manusia berdosa, menggenapi hukum dan membawa rekonsiliasi.
Louis Berkhof menyatakan: “Kristus sebagai perantara tidak hanya menengahi secara pasif, tetapi aktif melaksanakan semua syarat yang diperlukan untuk pendamaian.”
b. Perjanjian yang Baru (Diathekē Kainē)
Perjanjian Baru bukan hanya kelanjutan, tetapi penggenapan dari Perjanjian Lama. Dalam konteks Ibrani, “yang baru” bukan sekadar mengganti yang lama, tetapi memberikan apa yang tidak mampu diberikan oleh perjanjian yang pertama: penebusan sempurna dan warisan kekal.
Herman Ridderbos menegaskan bahwa “perjanjian baru bukan hanya perubahan struktur hukum, tapi perubahan esensial dalam akses kepada Allah.”
“…supaya mereka yang telah dipanggil Allah boleh menerima warisan kekal yang telah dijanjikan-Nya”
a. Panggilan Ilahi (Efektif)
Dalam teologi Reformed, panggilan Allah dibedakan menjadi dua:
-
Panggilan umum: pemberitaan Injil kepada semua orang
-
Panggilan efektif: pekerjaan Roh Kudus yang melahirbarukan dan membangkitkan iman dalam hati orang pilihan.
Ibrani 9:15 jelas merujuk kepada panggilan efektif: “mereka yang telah dipanggil” adalah mereka yang dipilih dari semula untuk menerima anugerah keselamatan.
R.C. Sproul menulis bahwa “tidak semua yang mendengar Injil adalah yang dipanggil dengan kuasa. Kristus mati secara efektif bagi yang dipanggil.”
b. Warisan Kekal
Warisan (klēronomia) menunjuk kepada janji keselamatan kekal yang bukan sekadar “surga” sebagai tempat, tetapi persekutuan kekal dengan Allah, dimulai dari sekarang dan sempurna kelak.
Michael Horton mengatakan bahwa warisan ini adalah “hasil hukum dari pengangkatan kita sebagai anak melalui Kristus.”
“…sebab sebuah kematian telah terjadi untuk menebus mereka dari pelanggaran-pelanggaran yang mereka lakukan di bawah perjanjian yang pertama.”
a. Daya Penebusan dari Kematian Kristus
Penulis Ibrani menegaskan bahwa kematian Kristus adalah syarat mutlak agar janji Allah bisa berlaku. Tanpa darah, tidak ada pengampunan (Ibr 9:22). Dalam konteks perjanjian, darah menjadi meterai yang menyatakan bahwa perjanjian itu aktif dan sah.
John Calvin menulis: “Tanpa kematian, tidak ada warisan. Kristus menanggung kematian agar kita bisa memperoleh hidup.”
b. Penebusan dari Pelanggaran
Kristus menebus bukan hanya untuk masa depan, tetapi juga pelanggaran masa lalu, termasuk mereka yang hidup dalam Perjanjian Lama. Pengorbanan-Nya memiliki jangkauan lintas waktu, berlaku bagi umat Allah dari segala zaman.
3. Doktrin Reformed Terkait Ibrani 9:15
a. Penebusan Efektif dan Terbatas
Teologi Reformed mengajarkan bahwa kematian Kristus secara efektif menebus orang-orang yang dipilih Allah sejak kekekalan (doktrin limited atonement). Ibrani 9:15 mendukung ini dengan frasa “mereka yang telah dipanggil” sebagai penerima pasti dari penebusan dan warisan.
b. Kesempurnaan Pengorbanan Kristus
Kristus tidak perlu dikorbankan berulang-ulang, berbeda dengan imam dalam Perjanjian Lama. Satu kali kematian-Nya cukup untuk menebus dosa selama-lamanya (Ibrani 10:14). Ibrani 9:15 menjadi fondasi bahwa pengorbanan Kristus adalah definitif dan tidak dapat dibatalkan.
c. Perjanjian Berbasis Anugerah
Semua janji dalam Perjanjian Baru diberikan bukan karena usaha manusia, melainkan karena anugerah berdasarkan pengorbanan Kristus. Ini mengontraskan Perjanjian Lama yang bersifat simbolik dan bayangan dari yang akan datang.
4. Pandangan Teolog Reformed Terhadap Ibrani 9:15
John Owen
Dalam eksposisi mendalamnya, Owen menulis bahwa Ibrani 9:15 memperlihatkan aspek hukum dari keselamatan—bahwa penebusan harus menghapus dosa secara sah dan adil, agar warisan rohani bisa diberikan secara sah.
Geerhardus Vos
Vos melihat bahwa perjanjian baru bukan hanya menggantikan sistem lama, tetapi mewujudkan hubungan langsung umat dengan Allah, bukan melalui simbol, melainkan melalui pribadi Kristus.
Sinclair Ferguson
Ferguson menekankan bahwa Kristus sebagai perantara tidak hanya memulai perjanjian, tetapi terus bekerja dalam perjanjian itu, sebagai pengantara doa dan pemelihara iman kita hingga warisan itu diterima secara penuh.
5. Aplikasi Praktis untuk Iman Kristen
a. Keyakinan dalam Keselamatan
Karena Kristus adalah perantara yang sah dan sempurna, orang percaya dapat memiliki kepastian akan warisan kekal. Keselamatan tidak tergantung pada performa kita, tetapi pada pekerjaan sempurna Kristus.
b. Hidup Berdasarkan Janji, Bukan Rasa Takut
Perjanjian Baru mengundang umat Allah untuk hidup berdasarkan janji, bukan ancaman. Jika Perjanjian Lama memiliki simbol dan ketakutan akan kemah kudus, maka Perjanjian Baru membawa kita kepada hadirat Allah melalui Kristus.
c. Komunitas yang Berdasarkan Kasih Karunia
Karena semua anggota tubuh Kristus menerima warisan oleh anugerah, maka tidak ada tempat untuk kesombongan rohani. Gereja harus mencerminkan komunitas dari orang-orang yang hidup oleh kasih karunia yang sama.
6. Perbandingan Perjanjian Lama dan Baru
Perjanjian Lama | Perjanjian Baru |
---|---|
Berdasarkan hukum dan simbol | Berdasarkan anugerah dan realitas rohani |
Imam manusia yang berdosa | Kristus sebagai Imam Besar yang sempurna |
Pengorbanan berulang-ulang | Satu kali pengorbanan yang sempurna |
Warisan tanah dan keturunan | Warisan kekal di dalam Kristus |
7. Esensi Warisan Kekal
Warisan kekal bukan sekadar “surga” atau kebebasan dari neraka. Ini adalah:
-
Persekutuan kekal dengan Allah
-
Menjadi ahli waris bersama Kristus (Roma 8:17)
-
Penerimaan hak penuh sebagai anak-anak Allah
Jonathan Edwards menyatakan bahwa "warisan terbesar bukanlah surga, tetapi Allah sendiri."
8. Relevansi Ibrani 9:15 di Zaman Kini
a. Di tengah kegelisahan dan ketidakpastian, kita memiliki warisan yang tidak berubah.
Kita hidup di dunia yang penuh kehilangan. Ibrani 9:15 mengingatkan bahwa warisan kita bersifat kekal, tidak tergoyahkan, dan tidak dapat dirampas.
b. Kristus satu-satunya jalan, bukan pluralisme spiritual.
Ayat ini sangat eksklusif: hanya melalui kematian Kristus penebusan terjadi. Ini menjadi fondasi untuk penginjilan dan apologetika yang setia pada Injil.
Kesimpulan
Ibrani 9:15 adalah ringkasan teologi penebusan dalam satu ayat. Melalui eksposisi ayat ini kita memahami:
-
Kristus adalah perantara sah dan satu-satunya dari Perjanjian Baru.
-
Pengorbanan-Nya menebus secara efektif dosa umat pilihan.
-
Mereka yang dipanggil menerima warisan kekal, bukan karena perbuatan, tetapi oleh kasih karunia.
-
Kita dipanggil untuk hidup dalam kepastian dan iman, bukan dalam bayang-bayang masa lalu.