Roma 10:14–17: Iman, Pemberitaan, dan Kedaulatan Allah dalam Keselamatan

Roma 10:14–17: Iman, Pemberitaan, dan Kedaulatan Allah dalam Keselamatan

Pendahuluan: Keselamatan, Kabar Baik, dan Tanggung Jawab Pemberitaan

Pasal 10 dalam kitab Roma merupakan salah satu bagian yang paling penting dalam seluruh surat. Paulus sedang membicarakan kerinduan hatinya terhadap keselamatan orang Israel dan bagaimana keselamatan hanya mungkin terjadi melalui iman kepada Kristus. Dalam Roma 10:14–17, Paulus membangun argumentasi logis mengenai pentingnya pemberitaan Injil sebagai sarana yang dipakai Allah untuk menyelamatkan orang-orang pilihan-Nya.

Bagi teologi Reformed, bagian ini menjadi dasar penting bagi doktrin pewartaan Injil (proklamasi) dan peran firman dalam melahirkan iman. Ini juga menunjukkan keseimbangan antara kedaulatan Allah dalam keselamatan dan tanggung jawab manusia untuk memberitakan Injil.

1. Rangkaian Pertanyaan Paulus: Dari Keselamatan Menuju Pemberitaan (Roma 10:14–15)

a. Urutan Teologis yang Logis

Paulus membangun sebuah rantai logika terbalik yang dapat dirangkum sebagai berikut:

  • Tidak ada panggilan (berseru) tanpa iman.

  • Tidak ada iman tanpa pendengaran.

  • Tidak ada pendengaran tanpa pemberitaan.

  • Tidak ada pemberitaan tanpa pengutusan.

Ini menunjukkan bahwa keselamatan tidak terjadi secara otomatis, tetapi terjadi melalui proses pewartaan Injil yang aktif dan disengaja.

John Calvin dalam komentarnya menyatakan bahwa:

"Allah bisa saja menyelamatkan manusia secara langsung tanpa perantaraan manusia lain, tetapi Ia telah menetapkan untuk memakai mulut manusia sebagai alat untuk menanamkan iman di dalam hati mereka."

b. Siapa yang Diutus?

Kata "diutus" menunjukkan bahwa pemberitaan tidak boleh asal-asalan. Dalam teologi Reformed, pengutusan ini harus berasal dari gereja dan di bawah otoritas Kristus. Ini menegaskan pentingnya:

  • Penginjil yang diakui secara gerejawi.

  • Kesetiaan kepada doktrin yang benar.

Louis Berkhof menulis bahwa:

Efektivitas pemberitaan bukan terletak pada kualitas retorika pengkhotbah, tetapi dalam kesetiaan kepada Firman dan pengutusan yang sah.”

c. “Betapa Indahnya Kaki-Kaki...” – Keindahan Misi

Kutipan dari Yesaya 52:7 ini berbicara tentang keindahan penginjilan, bukan secara fisik, tetapi secara spiritual. Dalam budaya Yahudi, kaki biasanya dianggap kotor—tetapi dalam konteks ini, mereka disebut indah karena membawa pesan damai dan keselamatan.

R.C. Sproul menekankan bahwa:

Keindahan pelayanan penginjilan terletak pada nilai kekal dari berita yang dibawanya, bukan pada kemuliaan sang pembawa berita.”

2. Penolakan terhadap Kabar Baik (Roma 10:16)

Namun, tidak semua mereka menaati Kabar Baik...”

Ayat ini mengingatkan kita bahwa pemberitaan Injil tidak selalu berujung pada iman. Paulus mengutip Yesaya 53:1 untuk menegaskan bahwa penolakan terhadap Injil adalah realitas dalam pelayanan misi.

a. Ketegangan antara Kedaulatan dan Tanggung Jawab

Di sinilah teologi Reformed menekankan:

  • Allah tetap berdaulat penuh dalam keselamatan.

  • Penolakan Injil adalah tanggung jawab moral manusia.

B.B. Warfield mengatakan:

Bahwa sebagian besar menolak Injil tidak berarti Injil gagal; itu adalah penghakiman atas kekerasan hati mereka sendiri, bukan kekurangan dari Firman Allah.”

b. Injil yang Harus Ditaati

Menarik bahwa Paulus tidak mengatakan “percaya” saja, tetapi “menaati Kabar Baik.” Ini menunjukkan bahwa Injil bukan sekadar undangan, tetapi juga perintah ilahi (lih. Kisah Para Rasul 17:30).

John Piper menyatakan bahwa:

Injil adalah kabar baik, tetapi juga kabar yang menuntut respons radikal—pertobatan dan iman kepada Kristus.”

3. Sumber Iman: Firman Kristus (Roma 10:17)

Jadi, iman datang dari pendengaran, dan pendengaran melalui Firman Kristus.”

Ayat ini menjadi dasar teologis bagi penginjilan, khotbah ekspositori, dan penyebaran Alkitab. Paulus menekankan bahwa iman tidak berasal dari pengalaman pribadi, perasaan, atau mujizat—tetapi dari mendengar Firman Kristus.

a. Firman Sebagai Sarana Anugerah

Dalam teologi Reformed, Firman adalah sarana utama anugerah (means of grace). Tanpa pewartaan Firman, tidak akan ada regenerasi dan pertumbuhan iman.

Westminster Confession of Faith (WCF 14.1) mengatakan bahwa:

"Iman penyelamat dihasilkan oleh Roh Kudus melalui pelayanan Firman..."

b. Kristus adalah Isi Pewartaan

Firman Kristus” tidak hanya berarti firman tentang Kristus, tetapi pewahyuan diri Kristus melalui Firman. Ini membedakan pemberitaan Kristen dari motivasi atau filosofi moral.

Martyn Lloyd-Jones berkata:

Pemberitaan Injil bukanlah menceritakan pengalaman pribadi, melainkan mewartakan Kristus yang disalibkan dan bangkit.”

4. Aplikasi Teologi Reformed dalam Roma 10:14–17

a. Urgensi Misi dan Penginjilan

Teologi Reformed tidak meniadakan misi. Justru, karena kita percaya bahwa Allah telah memilih umat-Nya sejak kekekalan, maka pewartaan Injil adalah sarana yang telah Allah tetapkan untuk memanggil umat-Nya.

Charles Spurgeon berkata:

Doktrin pemilihan tidak menghentikan saya dari berkhotbah kepada semua orang. Justru karena saya tidak tahu siapa yang dipilih, saya memberitakan Injil kepada semua orang.”

b. Pentingnya Pelayanan Khotbah

Karena iman lahir dari mendengar Firman, maka khotbah Alkitab yang setia dan ekspositori adalah tulang punggung gereja. Bukan kisah lucu, bukan motivasi pribadi, tetapi kebenaran Injil yang menyelamatkan.

John Stott berkata:

Gereja yang tidak berkhotbah adalah gereja yang tidak menghasilkan iman sejati.”

c. Penghiburan bagi Para Penginjil

Jika penolakan adalah bagian dari pelayanan, maka kita tidak boleh putus asa. Keberhasilan penginjilan tidak terletak pada hasil, tetapi pada kesetiaan dalam menyampaikan Injil.

J.C. Ryle mendorong:

Kita harus tabur dengan air mata, dan menuai dengan sukacita. Namun hasilnya, kita serahkan kepada Tuhan.”

5. Konteks Modern: Mengabarkan Injil di Era Digital dan Pluralisme

a. Media Digital sebagai Saluran Pewartaan

Pendengaran bisa terjadi melalui berbagai saluran: mimbar, radio, podcast, video YouTube, Instagram, dan lainnya. Namun, konten tetap harus berisi Injil murni, bukan hanya konten rohani yang dangkal.

Tim Keller menekankan pentingnya:

Kontekstualisasi tanpa kompromi: menyampaikan Injil dalam bahasa zaman ini, tapi tidak kehilangan isi Injil yang sejati.”

b. Tantangan dalam Dunia Relativistik

Di tengah dunia yang mengagungkan pluralisme dan relativisme, mengatakan bahwa “iman hanya datang dari Firman Kristus” terdengar eksklusif. Tapi itulah kebenaran yang membebaskan.

Francis Schaeffer menyatakan:

Dalam dunia yang bingung mencari makna, gereja harus berdiri dan berkata: ‘Inilah Kebenaran’.”

6. Penutup: Berseru Karena Mendengar Kristus

Roma 10:14–17 adalah seruan keras untuk:

  • Gereja yang mulai melupakan pentingnya pemberitaan Injil.

  • Pengkhotbah yang tergoda menggantikan Firman dengan cerita manusia.

  • Orang percaya yang ragu akan perannya dalam penyebaran Injil.

Iman lahir dari pendengaran. Dan pendengaran itu berasal dari Firman Kristus. Mari kita buka mulut untuk memberitakan Kristus, dan percayalah bahwa Allah bekerja melalui Firman-Nya.

Next Post Previous Post