Ujian dan Kemenangan Iman
"Sebab kamu tahu bahwa ujian terhadap imanmu menghasilkan ketekunan."
— Yakobus 1:3, AYT
Pendahuluan
Iman Kristen bukanlah sesuatu yang statis dan steril dari tantangan. Sejak awal, iman adalah perjalanan spiritual yang penuh ujian, pergumulan, dan penyaringan. Namun, justru melalui ujian-ujian itulah, iman bertumbuh, dimurnikan, dan dipersiapkan untuk kemenangan.
Teologi Reformed tidak menempatkan iman sebagai alat manipulatif atau sekadar kekuatan positif, tetapi sebagai karunia Allah yang bekerja dalam dan melalui penderitaan dan ujian hidup untuk mencapai tujuan kekal yang mulia. Dalam pandangan ini, ujian bukanlah akhir dari iman, melainkan jalan menuju kemenangan.
Artikel ini akan menggali secara mendalam:
-
Hakikat ujian iman menurut Alkitab
-
Proses penyaringan dan pemurnian iman
-
Bagaimana iman dapat bertahan dan menang
-
Perspektif para teolog Reformed mengenai topik ini
1. Hakikat Iman dalam Teologi Reformed
a. Iman adalah Karunia Allah
Dalam Efesus 2:8-9, Rasul Paulus menjelaskan bahwa iman adalah pemberian dari Allah, bukan hasil usaha manusia. Teologi Reformed menekankan bahwa iman bukanlah keputusan rasional semata, tetapi hasil regenerasi oleh Roh Kudus.
“Iman sejati tidak lahir dari daging, melainkan dari karya ilahi yang mengubah hati.”
— John Calvin
b. Iman yang Menyelamatkan Bekerja dalam Kasih
Menurut Galatia 5:6, iman bekerja melalui kasih. Artinya, iman sejati selalu menghasilkan buah yang nyata, yaitu kasih kepada Allah dan sesama. Maka iman yang tidak teruji, tidak dapat dianggap iman yang hidup.
2. Mengapa Iman Harus Diuji?
a. Ujian Membuktikan Keaslian Iman
Dalam 1 Petrus 1:6-7, ujian iman digambarkan seperti emas yang dimurnikan melalui api. Ujian bukan bertujuan untuk menghancurkan iman, tetapi untuk membuktikan dan memurnikan iman itu sendiri.
“Allah tidak menguji untuk mengetahui, tetapi untuk menunjukkan dan memperkuat iman umat-Nya.”
— Jonathan Edwards
b. Ujian Mendidik dan Membentuk Karakter
Yakobus 1:2-4 menjelaskan bahwa ujian menghasilkan ketekunan, dan ketekunan akan menghasilkan kedewasaan rohani. Ujian adalah sekolah kekudusan yang dirancang untuk membentuk orang percaya menjadi semakin serupa dengan Kristus.
3. Bentuk-Bentuk Ujian Iman
a. Penderitaan dan Kesakitan
Banyak orang percaya diuji melalui penderitaan fisik, penyakit, atau kematian orang yang dikasihi. Seperti Ayub, yang tetap berkata, “TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN.” (Ayub 1:21)
b. Tekanan dan Penganiayaan
Sejak gereja mula-mula, banyak orang Kristen mengalami ujian berupa penganiayaan. Teologi Reformed melihat penganiayaan bukan sebagai tanda kegagalan, tetapi bukti kesetiaan Allah yang menopang umat-Nya.
“Salib adalah jalan menuju mahkota.”
— Thomas Watson
c. Penundaan Jawaban Doa
Kadang Allah seolah-olah diam. Ini adalah ujian terbesar bagi banyak orang percaya: menanti dengan iman, tanpa melihat jawaban secara langsung. Tetapi justru dalam penantian, iman bertumbuh.
4. Contoh Ujian dan Kemenangan Iman dalam Alkitab
a. Ayub – Iman di Tengah Kehancuran
Ayub kehilangan semua yang ia miliki, namun tetap menyembah Allah. Pengakuannya yang terkenal, “Sekalipun Ia membunuh aku, aku tetap berharap kepada-Nya,” menjadi bukti iman yang tidak tergoyahkan (Ayub 13:15).
b. Abraham – Iman dalam Ketidakmungkinan
Ketika diperintahkan untuk mempersembahkan Ishak, Abraham menunjukkan iman bahwa Allah sanggup membangkitkan anaknya sekalipun ia mati (Ibrani 11:17-19).
c. Wanita Kanaan (Matius 15:21-28)
Yesus menguji wanita ini dengan tampaknya mengabaikan permintaannya, tetapi imannya yang besar akhirnya menerima pujian langsung dari Tuhan: “Hai ibu, besar imanmu!”
“Kadang iman terbesar diuji melalui penundaan ilahi.”
— Matthew Henry
5. Kemenangan Iman: Buah dari Ujian
a. Kemenangan Bukan Berarti Bebas dari Masalah
Kemenangan iman bukan berarti hidup bebas dari penderitaan, tetapi tetap setia dan bersukacita di tengah penderitaan. Seperti Paulus yang bisa berkata: “Aku telah mengakhiri pertandingan, aku telah memelihara iman.” (2 Timotius 4:7)
“Kemenangan iman tidak diukur dari kenyamanan, tetapi dari kesetiaan.”
— John Owen
b. Damai dan Sukacita di Tengah Badai
Dalam Roma 5:1-5, iman membawa kita pada damai dengan Allah dan sukacita dalam pengharapan. Bukan karena masalah hilang, tetapi karena kita tahu kepada siapa kita percaya.
c. Kedewasaan dan Keserupaan dengan Kristus
Tujuan akhir dari setiap ujian adalah transformasi, bukan sekadar ujian itu sendiri. Allah bekerja dalam setiap detail hidup orang percaya untuk membentuk mereka menjadi serupa dengan Anak-Nya.
6. Iman Menang karena Kristus
a. Kristus sebagai Penulis dan Penyempurna Iman
Ibrani 12:2 menyatakan bahwa Yesus adalah “pemula dan penyempurna iman kita.” Artinya, iman bukan dimulai oleh kita, dan tidak disempurnakan oleh usaha kita, tetapi oleh Kristus yang setia.
b. Kristus Sendiri Telah Menghadapi Ujian Terbesar
Di taman Getsemani dan di kayu salib, Kristus mengalami penderitaan yang paling dalam. Namun, melalui ketaatan-Nya, Ia menang. Dan kemenangan-Nya menjadi dasar kemenangan kita.
“Kita bisa menang bukan karena kuat, tetapi karena bersatu dengan Dia yang telah menang.”
— Sinclair Ferguson
7. Peran Roh Kudus dalam Menopang Iman yang Diuji
a. Roh Kudus Menguatkan Hati yang Lemah
Roh Kudus adalah Penolong (Yohanes 14:26). Dia tidak hanya mengajar kebenaran, tetapi juga memberi kekuatan untuk bertahan di saat kita lemah.
b. Roh Berdoa dalam Kelemahan Kita
Roma 8:26 mengajarkan bahwa ketika kita tidak tahu harus berdoa, Roh sendiri berdoa dengan keluhan yang tidak terucapkan. Ia menopang iman kita di saat paling gelap.
8. Bagaimana Menghadapi Ujian Iman Secara Praktis
a. Pegang Firman Tuhan
Dalam setiap ujian, firman adalah jangkar iman. Hafalkan janji-janji Allah. Ingat bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya.
b. Berdoa dan Menanti dengan Sabar
Doa adalah tempat perlindungan kita. Bahkan ketika kita hanya bisa berkata, “Tuhan, tolong aku,” itu sudah cukup karena doa iman menyentuh hati Allah.
c. Tetap Bersekutu dalam Gereja
Gereja adalah tubuh Kristus yang menopang satu sama lain. Jangan hadapi ujian sendirian. Biarkan saudara seiman mendoakan, mendampingi, dan menguatkanmu.
d. Renungkan Tujuan Kekal
Setiap ujian harus dilihat dalam terang kekekalan. 2 Korintus 4:17 berkata, “Penderitaan ringan yang sekarang ini sedang kita alami akan menghasilkan bagi kita kemuliaan kekal.”
9. Kesaksian Para Teolog Reformed tentang Iman yang Diuji
a. John Calvin
“Hanya melalui banyak kesulitan, iman kita dibuktikan sejati dan hidup.”
b. Thomas Watson
“Iman yang tidak diuji mudah tumbang; iman yang diuji menjadi kokoh seperti gunung.”
c. Jonathan Edwards
“Allah tidak menyukai emas mentah, tetapi emas yang dimurnikan dalam api penderitaan.”
d. R.C. Sproul
“Kita tidak selalu mengerti cara Allah menguji kita, tetapi kita tahu Ia menguji untuk kebaikan kita.”
e. Joel Beeke
“Iman sejati mengenal Tuhan tidak hanya di puncak, tetapi juga di lembah.”
10. Iman yang Menang di Akhir Zaman
a. Menantikan Kedatangan Kristus
Iman yang bertahan akan menyambut Kristus dengan sukacita saat Ia datang kembali. Wahyu 2:10 berkata, “Hendaklah engkau setia sampai mati dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.”
b. Mahkota Kehidupan bagi yang Bertahan
Setiap penderitaan akan digantikan dengan kemuliaan. Orang percaya tidak hanya menang di dunia ini, tetapi akan dipermuliakan bersama Kristus.
“Orang yang menang bukanlah yang paling kuat, tetapi yang tetap percaya.”
Kesimpulan: Iman yang Diuji, Iman yang Menang
Iman yang tidak diuji tidak dapat disebut iman yang sejati. Tetapi iman yang diuji oleh api, oleh penderitaan, oleh penundaan, dan oleh penganiayaan — akan keluar lebih murni, lebih kuat, dan lebih teguh.
Dalam teologi Reformed, ujian dan kemenangan iman bukan dua hal terpisah, tetapi satu rangkaian perjalanan yang dipimpin oleh anugerah Allah.
Iman kita bertahan, bukan karena kita kuat, tetapi karena Dia yang memanggil kita adalah setia. Maka, marilah kita:
-
Menyambut ujian dengan pengharapan
-
Bertahan dalam anugerah
-
Menanti kemenangan kekal bersama Kristus