Yudas 1:19: Roh Kudus, Perpecahan, dan Nafsu Duniawi

Yudas 1:19: Roh Kudus, Perpecahan, dan Nafsu Duniawi

Ayat Kunci

Mereka adalah orang-orang yang menyebabkan perpecahan, mengikuti nafsu duniawi, dan tidak memiliki Roh.”Yudas 1:19 AYT

Pendahuluan

Surat Yudas merupakan salah satu kitab yang pendek namun sangat tajam dalam peringatan terhadap pengajar sesat dan penyusup gereja. Penulisnya, Yudas, yang diyakini sebagai saudara tiri Yesus, menyuarakan keprihatinan atas orang-orang yang menyusup masuk ke dalam persekutuan umat percaya dengan maksud yang tidak kudus. Dalam ayat 19, kita mendapati salah satu pernyataan paling tajam dan tegas mengenai karakter orang-orang tersebut.

Ayat ini mengandung tiga ciri utama dari para pengacau:

  1. Mereka menyebabkan perpecahan.

  2. Mereka mengikuti nafsu duniawi (natural instincts).

  3. Mereka tidak memiliki Roh (Holy Spirit).

Artikel ini akan mengeksplorasi eksposisi teologi Reformed terhadap ayat ini, membandingkan pandangan dari para tokoh seperti John Calvin, R.C. Sproul, John MacArthur, dan J.C. Ryle, serta menerapkannya dalam konteks kehidupan gereja masa kini.

1. Konteks Surat Yudas

Sebelum memahami ayat 19 secara penuh, kita harus memahami latar belakang surat ini:

  • Ditulis untuk memperingatkan jemaat akan kehadiran orang-orang fasik di dalam komunitas gereja.

  • Menekankan pentingnya mempertahankan iman yang sejati (ay. 3).

  • Menyingkapkan karakter dan doktrin palsu dari orang-orang yang "menyusup diam-diam".

Yudas 1:19 merupakan bagian dari penggambaran akhir terhadap orang-orang ini, yang menggambarkan sifat rohani mereka yang sesungguhnya.

2. Eksposisi Kata per Kata

a. “Mereka adalah orang-orang yang menyebabkan perpecahan”

Bahasa Yunani: hoi apodiorizontessecara harfiah berarti "mereka yang memisahkan diri" atau "menciptakan pemisahan".

Menurut John Calvin, perpecahan di dalam tubuh Kristus bukan hanya masalah etika atau sosial, tetapi masalah spiritual. Calvin menulis bahwa orang-orang seperti ini bukan hanya berbeda dalam opini, tetapi berakar pada keangkuhan dan ketidaksediaan untuk tunduk pada otoritas Firman Allah.

R.C. Sproul mengaminkan hal ini dan menambahkan bahwa pemisahan dalam tubuh Kristus biasanya dimulai dari pembelokan doktrin, yang kemudian menghasilkan perilaku yang menyimpang. Maka, kita harus berhati-hati terhadap orang yang membawa “ajaran baru” yang tidak sesuai dengan Alkitab.

b. “mengikuti nafsu duniawi”

Terjemahan lain: mengikuti naluri alami, atau dalam bahasa Inggris ESV: worldly people, devoid of the Spirit.”

Kata Yunani: psuchikoiberkaitan dengan jiwa atau kehidupan alami, berbeda dengan kehidupan rohani (pneumatikos). Ini merujuk kepada manusia tanpa pembaruan oleh Roh Kudus.

Menurut Jonathan Edwards, ini adalah ciri dari orang yang belum lahir baru. Mereka bisa saja terlihat “religius”, bahkan aktif dalam gereja, namun semua motivasi mereka adalah dagingiah, bukan karena kasih kepada Allah.

John MacArthur dalam komentarnya menyebutkan bahwa orang-orang ini hidup berdasarkan keinginan dan perasaan mereka, bukan berdasarkan kebenaran Alkitab. Mereka menolak disiplin rohani dan mengejar kenikmatan pribadi dan pengaruh, bukan kesalehan.

c. “dan tidak memiliki Roh”

Ini adalah penilaian paling serius. Mereka tidak memiliki Roh Kudus, artinya mereka bukan orang percaya sejati. Ini memperjelas bahwa mereka bukan hanya “Kristen lemah”, tetapi Kristen palsu.

Menurut B. B. Warfield, Roh Kudus adalah tanda utama seseorang telah diselamatkan. Tanpa Roh, tidak ada kelahiran baru, tidak ada iman yang menyelamatkan, tidak ada buah roh. Maka, Yudas menunjukkan bahwa para pengacau ini sebenarnya adalah orang-orang duniawi yang menyusup ke dalam gereja, bukan saudara seiman.

3. Aplikasi Teologi Reformed

a. Gereja Bukan Bebas dari Ancaman Penyusup

Yudas tidak berbicara tentang orang luar, tetapi orang dalam gereja. Ini sangat relevan bagi gereja masa kini. Teologi Reformed mengajarkan bahwa gereja yang kelihatan terdiri dari gandum dan lalang. (Matius 13:24-30)

John Calvin menyatakan bahwa salah satu tanggung jawab gereja adalah menjaga kemurnian doktrin dan kehidupan. Gereja harus aktif dalam mendisiplinkan anggota yang membawa perpecahan, doktrin palsu, atau kehidupan duniawi.

b. Pentingnya Discernment (Kepekaan Rohani)

Charles Hodge menulis bahwa tidak semua orang yang membawa Alkitab adalah pengkhotbah sejati. Orang percaya harus memiliki kemampuan untuk membedakan roh (1 Yoh. 4:1).

Dalam konteks gereja modern dengan banyaknya ajaran “kasih tanpa kebenaran” atau “karunia tanpa pertobatan”, ayat ini menjadi pengingat keras agar kita tidak tertipu oleh penampilan, karisma, atau popularitas.

c. Roh Kudus adalah Tanda Orang Percaya Sejati

Ini adalah doktrin sentral dalam soteriologi Reformed. Regenerasi (kelahiran baru) oleh Roh Kudus adalah langkah awal dalam keselamatan. Tanpa Roh Kudus, seseorang bisa saja terlihat aktif secara religius, tetapi mati secara rohani.

J.I. Packer menyatakan bahwa tanda utama seseorang dipimpin oleh Roh adalah kerinduan akan kekudusan dan kebenaran, bukan sekadar emosi atau pengalaman.

4. Relevansi Praktis

a. Menjaga Kemurnian Gereja

Gereja dipanggil untuk bersikap seperti penjaga kawanan (Kis. 20:28-30). Kita harus waspada terhadap orang-orang yang:

  • Membawa pengaruh negatif dalam kelompok sel.

  • Menyebarkan ajaran baru tanpa dasar alkitabiah.

  • Menciptakan "klik" atau kelompok eksklusif dalam gereja.

  • Menjadikan pelayanan sebagai panggung bagi ego, bukan untuk kemuliaan Allah.

b. Introspeksi: Apakah Aku Punya Roh?

Yudas 1:19 bukan hanya memperingatkan tentang “mereka”, tetapi juga menjadi cermin bagi “kita”. Paulus berkata: Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak dalam iman. Selidikilah dirimu!” (2 Kor. 13:5).

Tanda memiliki Roh:

  • Ada kerinduan akan Firman Allah.

  • Ada kepekaan terhadap dosa.

  • Ada buah Roh (Galatia 5:22-23).

  • Ada kerendahan hati dan kasih kepada sesama.

c. Hidup Rohani Bukan Emosi atau Ritual

Banyak orang mengira bahwa memiliki Roh Kudus berarti selalu merasakan hadirat, padahal Roh Kudus bekerja dalam, bukan hanya pada manusia. Teologi Reformed menekankan bahwa Roh Kudus bekerja melalui Firman, bukan hanya pengalaman emosional.

5. Kesimpulan: Antara Roh dan Nafsu Duniawi

Yudas 1:19 menjadi peringatan keras bahwa tidak semua orang dalam gereja adalah milik Kristus. Ada yang membawa Alkitab, menyanyi lagu pujian, bahkan mengajar—tetapi mengandalkan nafsu duniawi, bukan Roh Kudus.

Teologi Reformed secara konsisten mengajarkan bahwa keselamatan adalah karya Allah yang dimulai oleh Roh Kudus. Karena itu, kita harus terus-menerus memohon agar Roh Kudus:

  • Menjaga kita dari kesesatan.

  • Memberi kita keberanian untuk menegur dalam kasih.

  • Membuat kita terus hidup dalam pertobatan dan pertumbuhan.

Penutup

Yudas 1:19 adalah seruan keras bagi gereja segala zaman untuk waspada, bertobat, dan hidup dalam pimpinan Roh Kudus. Dalam dunia yang penuh tipu daya, Roh Kudus adalah satu-satunya jaminan bahwa kita tetap berjalan dalam terang kebenaran.

Next Post Previous Post