Filemon 1:23–25: Jejak Kesetiaan dan Anugerah dalam Komunitas Injil

Ayat Kunci (Filemon 1:23-25, AYT)
23 Epafras, temanku sepenjara dalam Yesus Kristus, mengirim salam untukmu,
24 demikian juga Markus, Aristarkhus, Demas, dan Lukas, rekan-rekan sepelayananku.
25 Anugerah dari Tuhan kita, Yesus Kristus, kiranya menyertai rohmu.
Pendahuluan: Di Balik Salam Penutup
Banyak pembaca Alkitab sering melewati bagian salam atau penutup dalam surat-surat Paulus tanpa memperhatikannya secara mendalam. Namun, dalam kerangka teologi Reformed, setiap bagian Alkitab memiliki bobot rohani, karena diinspirasikan oleh Roh Kudus (2 Timotius 3:16). Ayat-ayat terakhir dalam surat kepada Filemon ini bukan sekadar sapaan personal, tetapi refleksi dari komunitas Injil yang hidup, penuh kasih, dan dipersatukan oleh anugerah Kristus.
Surat Filemon, yang berfokus pada pemulihan hubungan antara Filemon dan budaknya Onesimus, menunjukkan bahwa kasih Kristus mampu menembus batas sosial, budaya, dan relasi yang rusak. Dalam ayat penutup ini, Paulus memperkenalkan tim pelayannya dan memberikan berkat penuh kasih dari Tuhan Yesus Kristus.
1. Konteks Surat Filemon dan Nilai Teologisnya
a. Penulis dan Penerima
Surat Filemon ditulis oleh Rasul Paulus saat dipenjara, kemungkinan besar di Roma (sekitar 60–62 M). Penerima surat adalah Filemon, seorang Kristen yang cukup terpandang di Kolose, yang rumahnya menjadi tempat pertemuan jemaat (Filemon 1:2).
b. Tema Sentral: Rekonsiliasi Injili
Surat ini memuat permintaan Paulus agar Filemon menerima kembali Onesimus—budaknya yang melarikan diri dan kini telah menjadi orang percaya—“bukan lagi sebagai hamba, tetapi sebagai saudara yang terkasih” (ay. 16). Paulus tidak menggunakan otoritas keras, tetapi menyentuh hati Filemon melalui kasih dan Injil.
Teolog Reformed seperti John Calvin menyoroti surat ini sebagai “gambaran Injil yang hidup dalam kehidupan sehari-hari”, memperlihatkan bagaimana kasih karunia bukan hanya doktrin, tetapi kekuatan untuk mentransformasi relasi manusia.
2. Eksposisi Ayat demi Ayat
Filemon 1:23 – Epafras, Teman Sepenjara dalam Kristus
“Epafras, temanku sepenjara dalam Yesus Kristus, mengirim salam untukmu.”
Siapakah Epafras?
Epafras disebut dalam Kolose 1:7 sebagai “hamba Kristus” dan “pelayan Injil” yang berasal dari Kolose. Ia dikenal sebagai pribadi yang gigih berdoa dan penuh kasih kepada jemaatnya. Dalam Filemon, dia digambarkan sebagai teman sepenjara Paulus dalam Kristus.
John MacArthur dalam komentarnya menyatakan bahwa penyebutan Epafras menunjukkan betapa pelayanan Kristiani bukanlah jalan mudah—bahkan bisa berujung pada penjara dan penderitaan.
Makna Teologis
Dalam teologi Reformed, penderitaan karena Kristus adalah bagian dari identitas orang percaya. Epafras menjadi teladan bagaimana Injil mengikat hati seseorang hingga ia rela menderita demi kebenaran.
Louis Berkhof menulis, “Orang percaya sejati mengenal salib dalam kehidupannya, karena Kristus sendiri berkata bahwa siapa yang mengikut Dia, harus memikul salib.”
Filemon 1:24 – Markus, Aristarkhus, Demas, dan Lukas
“Demikian juga Markus, Aristarkhus, Demas, dan Lukas, rekan-rekan sepelayananku.”
Ayat ini memperkenalkan empat tokoh penting yang menyertai Paulus dalam pelayanan. Masing-masing memiliki latar belakang dan akhir kisah yang berbeda, mencerminkan keragaman dalam komunitas Injil.
a. Markus: Bukti Pemulihan oleh Anugerah
Markus (atau Yohanes Markus) sebelumnya menjadi penyebab perpecahan antara Paulus dan Barnabas karena dianggap tidak setia (Kis. 15:37-39). Namun kemudian, ia dipulihkan dan bahkan disebut sebagai “berguna” bagi pelayanan (2 Tim. 4:11).
R.C. Sproul menekankan bahwa kisah Markus menunjukkan anugerah Allah yang memulihkan orang gagal dan menggunakan mereka untuk pekerjaan besar.
b. Aristarkhus: Teladan Kesetiaan dalam Bahaya
Aristarkhus berasal dari Tesalonika dan pernah menemani Paulus ke Asia serta mengalami badai kapal (Kis. 27:2). Ia disebut dalam Kolose 4:10 sebagai teman sepenjara Paulus.
Dalam pandangan J.C. Ryle, Aristarkhus melambangkan komitmen dan kesetiaan dalam pelayanan, bahkan saat pelayanan itu berarti menghadapi bahaya dan ketidaknyamanan.
c. Demas: Gambaran Peringatan Akan Cinta Dunia
Demas, meski disebut sebagai rekan pelayanan di sini, kemudian meninggalkan Paulus karena “mencintai dunia ini” (2 Tim. 4:10). Ini menjadi peringatan tragis bahwa tidak semua yang memulai pelayanan akan mengakhirinya dengan setia.
Jonathan Edwards menyoroti bahwa tanda keselamatan sejati bukan hanya awal yang baik, tetapi kesetiaan hingga akhir.
d. Lukas: Pelayan yang Setia dan Penulis Injil
Lukas, seorang tabib dan penulis Injil Lukas serta Kisah Para Rasul, adalah satu-satunya yang tetap bersama Paulus menjelang akhir hidupnya (2 Timotius 4:11). Ia menggambarkan ketekunan dan intelektualitas yang tunduk kepada Kristus.
John Owen menyatakan bahwa Lukas adalah teladan bagaimana Tuhan memakai profesi sekuler untuk pekerjaan surgawi—seorang dokter yang jadi sejarawan ilahi.
Filemon 1:25 – Doa Berkat Anugerah
“Anugerah dari Tuhan kita, Yesus Kristus, kiranya menyertai rohmu.”
Ayat terakhir ini menyimpulkan surat dengan doa berkat yang khas dari Paulus, menekankan bahwa anugerah adalah dasar dan kekuatan hidup Kristen.
a. Arti Kata “Anugerah”
Kata Yunani charis tidak hanya berarti “pemberian cuma-cuma”, tetapi mengandung makna kuasa Allah yang aktif bekerja dalam kehidupan manusia berdosa.
J.I. Packer menyebut anugerah sebagai “inti dari Injil”. Tanpa anugerah, tidak ada pengampunan, tidak ada kekuatan untuk hidup benar, dan tidak ada harapan kekal.
b. “Menyertai Rohmu” – Fokus pada Kehidupan Batin
Paulus tidak hanya berdoa agar anugerah hadir dalam aspek eksternal (kesehatan, keberhasilan), tetapi dalam “roh” Filemon—yaitu pusat kesadaran, kasih, dan kehendaknya.
Calvin menekankan bahwa doa ini menunjukkan bahwa pekerjaan anugerah adalah transformasi batiniah, bukan sekadar perbaikan perilaku.
3. Aplikasi Praktis dalam Gereja Masa Kini
a. Nilai Komunitas Injil
Keberadaan tokoh-tokoh seperti Epafras, Markus, Lukas, dan lainnya menunjukkan bahwa pelayanan Kristen adalah pelayanan bersama. Tidak ada tempat untuk individualisme dalam tubuh Kristus.
Gereja harus membina komunitas yang saling menopang, mengampuni, dan melayani. Seperti Markus yang dipulihkan, gereja juga harus menjadi tempat pemulihan, bukan penghakiman.
b. Peringatan bagi Pelayan Tuhan
Kisah Demas mengajarkan bahwa panggilan pelayanan tidak otomatis menjamin kesetiaan. Ada bahaya besar dari cinta dunia, kesombongan rohani, dan kelalaian rohani.
Gereja dan hamba Tuhan perlu menjaga hati dengan disiplin rohani dan relasi akuntabel.
c. Doa Berkat sebagai Realita, Bukan Formalitas
Berdoa agar “anugerah Tuhan Yesus menyertai rohmu” bukan hanya penutup klise, tetapi seruan agar anugerah terus memperbaharui batin setiap hari. Dalam dunia yang penuh tekanan, hanya anugerah Kristus yang memampukan kita bertahan.
4. Penutup: Komunitas Anugerah dalam Kristus
Filemon 1:23–25 bukan sekadar catatan kaki dalam surat pendek, melainkan refleksi indah dari komunitas Injil yang nyata dan penuh kasih.
Melalui tokoh-tokoh yang disebut Paulus, kita belajar bahwa:
-
Anugerah memulihkan (Markus).
-
Anugerah mempertahankan (Lukas).
-
Anugerah menuntut kesetiaan (Demas).
-
Anugerah menguatkan dalam penderitaan (Epafras, Aristarkhus).
Dan akhirnya, anugerah itu datang dari satu sumber: Tuhan Yesus Kristus.