Dua Menjadi Satu: Kejadian 2:23–24

Pendahuluan: Fondasi Ilahi dari Pernikahan dan Kemanusiaan
Kejadian 2:23–24 bukan hanya catatan awal tentang relasi laki-laki dan perempuan; ini adalah deklarasi teologis pertama tentang institusi pernikahan, identitas gender, dan persekutuan manusia yang diciptakan oleh Allah. Dalam dunia modern yang menolak otoritas ilahi dan mendekonstruksi tatanan gender, dua ayat ini menjadi fondasi penting yang perlu dipahami secara mendalam dalam terang teologi Reformed.
Artikel ini akan mengeksplorasi:
-
Makna historis dan teologis Kejadian 2:23–24
-
Perspektif para teolog Reformed (John Calvin, Herman Bavinck, R.C. Sproul, John Piper)
-
Relevansi prinsip ini terhadap zaman sekarang
-
Implikasi bagi pernikahan Kristen dan penginjilan budaya
1. “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” – Kesatuan Esensial Laki-Laki dan Perempuan
A. Ungkapan Sukacita dan Pengenalan
Adam, setelah melihat Hawa, berseru dalam bahasa puitis yang menunjukkan pengakuan akan kesepadanan dan kesatuan asal.
Teologi Reformed:
John Calvin menyebut momen ini sebagai “pengakuan manusia pertama terhadap struktur persekutuan yang diberikan Allah.” Dalam Institutes, Calvin menekankan bahwa:
“Perempuan bukan ciptaan sekunder yang lebih rendah, tetapi bagian yang esensial dari umat manusia.”
B. Konsep Kesepadanan
Dalam konteks Ibrani, ungkapan ini menandakan bahwa:
-
Hawa bukan asing bagi Adam
-
Mereka diciptakan untuk relasi timbal balik dan saling melengkapi (complementarianism)
Herman Bavinck:
“Kemanusiaan hanya lengkap ketika laki-laki dan perempuan bersama. Kesatuan mereka bukan sekadar biologi, tapi teologis.”
2. “Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki” – Identitas dan Keunikan Gender
A. Bahasa dan Teologi
Dalam bahasa Ibrani:
-
Laki-laki: ish
-
Perempuan: ishah
Penggunaan nama ini menunjukkan bahwa identitas perempuan berasal dari relasi dan keunikan dalam ciptaan, bukan hasil rekayasa sosial.
Pandangan Reformed:
-
Gender adalah pemberian Allah, bukan hasil pilihan subjektif manusia.
-
Gender mencerminkan struktur ciptaan, bukan kesepakatan budaya.
R.C. Sproul:
“Untuk menolak pembedaan gender adalah menolak rancangan Allah dalam penciptaan. Kejadian 2:23 menegaskan bahwa perbedaan gender adalah baik, suci, dan penuh makna.”
3. “Sebab itu...” – Dasar Ilahi bagi Institusi Pernikahan
A. Logika Naratif Teologis
Kata “sebab itu” menunjukkan bahwa institusi pernikahan berakar langsung dari tindakan penciptaan Allah.
Artinya, pernikahan bukan produk budaya, tetapi ordinansi ilahi yang pertama.
B. Laki-laki Meninggalkan dan Bersatu
Ada tiga tindakan utama:
-
Meninggalkan ayah dan ibu → pergeseran prioritas
-
Bersatu dengan istri → kesatuan permanen
-
Menjadi satu daging → relasi fisik dan spiritual yang tidak terpisahkan
4. “Menjadi satu daging” – Kesatuan Relasional dan Simbol Kristologis
A. Makna “Satu Daging”
-
Secara biologis: hubungan seksual
-
Secara emosional: persekutuan dan kasih
-
Secara spiritual: ikatan perjanjian (covenant union)
John Piper:
“Pernikahan adalah cerminan dari hubungan Kristus dan gereja. Kesatuan satu daging adalah simbol dari penggabungan dua pribadi menjadi satu tujuan dan satu kasih.”
B. Pandangan Efesus 5:31–32
“Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.”
Konteks Reformed:
-
Setiap pernikahan Kristen adalah tipologi Injil – menunjuk kepada Kristus sebagai pengantin laki-laki, dan gereja sebagai mempelai-Nya.
5. Doktrin Perjanjian dan Pernikahan dalam Teologi Reformed
A. Pernikahan sebagai Perjanjian (Covenant)
-
Bukan kontrak sosial, melainkan komitmen kudus di hadapan Allah
-
Pernikahan adalah bentuk nyata dari hubungan perjanjian Allah dengan umat-Nya
B. Herman Bavinck:
“Seluruh kehidupan manusia berjalan di bawah terang perjanjian. Maka, pernikahan adalah model dari ikatan suci itu.”
C. Aplikasi Etika:
-
Menentang perceraian yang sembrono
-
Menolak hubungan seksual di luar pernikahan
-
Menentang redefinisi pernikahan (misalnya pernikahan sesama jenis)
6. Relevansi Kejadian 2:23–24 di Era Modern
Tantangan Saat Ini:
-
Redefinisi gender dan seksualitas
-
Krisis identitas dan keluarga
-
Normalisasi perceraian dan hubungan tanpa komitmen
Tanggapan Reformed:
-
Menegaskan kembali ciptaan sebagai dasar kebenaran moral
-
Menghidupi pernikahan sebagai kesaksian Injil di tengah budaya yang rusak
-
Mengajarkan pentingnya komitmen, kesetiaan, dan keharmonisan relasional
7. Implikasi Praktis Bagi Gereja dan Keluarga Kristen
A. Bagi Suami dan Istri:
-
Suami dipanggil untuk mengasihi seperti Kristus
-
Istri dipanggil untuk menjadi penolong sepadan
B. Bagi Gereja:
-
Mengajarkan nilai pernikahan dengan firman, bukan budaya
-
Mendorong konseling pranikah dan bimbingan keluarga
-
Menjadi teladan komunitas yang menegakkan struktur Allah
8. Kesimpulan: Dua Menjadi Satu dalam Rancangan Allah
Kejadian 2:23–24 adalah deklarasi ilahi tentang:
-
Siapa kita sebagai laki-laki dan perempuan
-
Apa itu pernikahan yang sejati
-
Bagaimana Allah merancang kesatuan sebagai cerminan kasih-Nya
Dalam terang Injil, pernikahan bukan hanya tentang dua orang jatuh cinta, tetapi tentang dua pribadi yang berkomitmen dalam kasih perjanjian untuk mencerminkan Kristus dan gereja-Nya.