Kejadian 3:9–13 Panggilan Allah, Respons Manusia, dan Realitas Dosa

Kejadian 3:9–13 Panggilan Allah, Respons Manusia, dan Realitas Dosa

Pendahuluan

Kejadian 3 mencatat tragedi terbesar dalam sejarah umat manusia—kejatuhan dalam dosa. Setelah Adam dan Hawa melanggar perintah Allah dengan memakan buah dari pohon yang dilarang, hubungan mereka dengan Allah dan satu sama lain rusak. Dalam ayat 9–13, kita menemukan percakapan langsung pertama Allah dengan manusia setelah dosa masuk ke dunia.

Ayat-ayat ini bukan hanya bagian dari narasi historis, tetapi juga cermin jiwa manusia yang berdosa, dan gambaran belas kasihan Allah yang mencari. Eksposisi ini akan mengurai makna ayat-ayat ini dari sudut pandang teologi Reformed yang kuat akan doktrin dosa, anugerah, dan natur manusia.

Teks: Kejadian 3:9–13 (TB)

9 Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: "Di manakah engkau?"10 Ia menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi."11 Firman-Nya: "Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?"12 Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan."13 Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah yang telah kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu: "Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan."

I. “Dimanakah Engkau?” – Panggilan Allah (Kejadian 3:9)

A. Panggilan Ilahi yang Menyelidik

Pertanyaan “Dimanakah engkau?” bukanlah karena Allah tidak tahu. Dalam teologi Reformed, Allah adalah Mahatahu (omniscient). Pertanyaan ini bersifat relasional dan konfrontatif—bukan mencari lokasi, tapi mengajak pertobatan.

John Calvin menulis:

“Allah menyesuaikan diri-Nya demi mendidik manusia. Ia memanggil bukan karena ketidaktahuan, tetapi karena kasih dan kemurahan.”

Allah tidak membiarkan manusia binasa dalam pelariannya. Ia mencari manusia yang bersembunyi—inisiatif ilahi dalam penyelamatan.

B. Dimanakah Kita?

Pertanyaan ini juga berlaku untuk setiap orang berdosa: Di manakah kita dalam relasi dengan Allah? Kita seringkali bersembunyi di balik:

  • Agama

  • Kepintaran

  • Aktivitas

  • Justifikasi moral

R.C. Sproul menyebut dosa sebagai “pemberontakan rohani” yang membuat manusia tidak tahan dengan hadirat Allah yang kudus.

II. “Aku Takut karena Aku Telanjang” – Respons Manusia (Kejadian 3:10)

A. Ketakutan dan Rasa Malu: Hasil Dosa

Adam menjawab dengan jujur, tetapi tidak utuh. Ia menyadari:

  • Ketelanjangannya → simbol kerapuhan dan kerusakan moral

  • Ketakutannya → karena ia tahu ia telah melawan Allah

Cornelius Van Til melihat ini sebagai contoh antitesis antara manusia berdosa dan Allah yang kudus. Adam tidak lagi bisa “tinggal dalam terang” karena kebenaran telah hilang.

B. Dosa Menghasilkan Rasa Bersalah, Bukan Pertobatan Otomatis

Menariknya, Adam tidak segera bertobat. Ia hanya menjelaskan gejala, bukan akar. Ini mencerminkan natur dosa menurut Reformed Theology:

  • Dosa membuat manusia menghindari hadirat Allah

  • Dosa mengaburkan realitas batin dan mengarah pada justifikasi diri

Louis Berkhof menyebut rasa malu sebagai konsekuensi internal yang alami dari dosa, namun bukan jaminan pertobatan sejati.

III. “Apakah Engkau Makan dari Buah Itu?” – Interogasi Ilahi (Kejadian 3:11)

A. Allah Memberi Kesempatan Mengakui Dosa

Pertanyaan ini merupakan bentuk penggembalaan awal. Allah ingin manusia mengakui pelanggaran secara sadar. Dalam teologi Reformed, ini disebut sebagai konfrontasi kasih.

Allah bukan hanya Hakim, tetapi juga Bapa yang mencari.

Calvin berkomentar:

“Pertanyaan Allah ini adalah anugerah pertama setelah kejatuhan. Ia tidak menghukum langsung, tetapi membuka jalan untuk pengakuan.”

B. Natur Dosa: Penolakan dan Penyangkalan

Kita melihat kecenderungan manusia:

  • Tidak langsung mengaku

  • Menghindari tanggung jawab

  • Menyalahkan faktor luar

Ini memperkuat doktrin Total Depravity: bahwa manusia secara aktif menolak Allah dan membenarkan diri.

IV. “Perempuan Itu... Ular Itu...” – Menyalahkan yang Lain (Kejadian 3:12–13)

A. Strategi Lama: Menyalahkan yang Lain

Adam menyalahkan Hawa, dan bahkan secara halus menyalahkan Allah (“perempuan yang Kautempatkan di sisiku”).

Hawa menyalahkan ular—si penyesat.

Ini memperlihatkan tiga reaksi klasik manusia berdosa:

  1. Menyalahkan orang lain

  2. Menyalahkan Allah

  3. Menyalahkan Iblis

Herman Bavinck menyatakan:

“Dosa selalu ingin berpindah dari diri sendiri ke pihak lain. Tidak ada pengakuan sejati tanpa anugerah yang memampukan untuk merendahkan diri.”

B. Kejatuhan Kolektif

Menarik bahwa baik Adam maupun Hawa mengakui: “maka kumakan.” Namun mereka tidak mengakui tanggung jawab pribadi secara utuh.

Dalam teologi Reformed, pertobatan bukan hanya mengakui akibat dosa, tapi juga:

  • Mengakui tanggung jawab personal

  • Melihat kejahatan dosa sebagai pemberontakan

  • Mencari pengampunan, bukan sekadar keluar dari masalah

V. Refleksi Teologis: Apa yang Kita Pelajari dari Kejadian 3:9–13?

1. Allah yang Berinisiatif Mencari

Ini adalah Injil pertama secara implisit. Allah tidak menghancurkan Adam langsung. Ia memanggil, bertanya, dan membuka dialog.

Inilah dasar dari anugerah: Allah yang mencari manusia, bukan sebaliknya (bdk. Lukas 19:10).

2. Dosa Merusak Relasi dan Kebenaran

Akibat dosa:

  • Manusia bersembunyi → Relasi dengan Allah rusak

  • Manusia menyalahkan → Relasi sosial rusak

  • Manusia menyimpang dari kebenaran → Relasi dengan diri sendiri rusak

Reformed Anthropology menekankan bahwa dosa mencemari seluruh aspek manusia (total depravity), termasuk:

  • Pikiran

  • Keinginan

  • Relasi

  • Kehendak

3. Keselamatan Dimulai dari Konfrontasi Ilahi

Allah memanggil kita bukan untuk menghakimi, tetapi untuk membawa pertobatan. Setiap pertobatan sejati dimulai dari:

  • Kesadaran akan keberdosaan

  • Konfrontasi dengan kebenaran

  • Respons terhadap panggilan Allah

4. Adam dan Hawa sebagai Representasi Kita Semua

Kita semua adalah anak-anak Adam. Dalam Roma 5:12 dikatakan:

“Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang…”

Namun, puji Tuhan, ada Adam yang kedua: Yesus Kristus, yang datang bukan untuk menyalahkan, tetapi untuk menyelamatkan (Roma 5:15–19).

VI. Aplikasi Rohani: Bertumbuh dari Panggilan “Dimanakah Engkau?”

1. Jangan Menyembunyikan Dosa

Dosa yang disembunyikan akan:

  • Memperkeras hati

  • Membunuh pengenalan akan kebenaran

  • Menghancurkan relasi dengan Tuhan dan sesama

Sebaliknya, pertobatan membawa pemulihan. (Amsal 28:13)

2. Akui Dosa dengan Jujur, Jangan Menyalahkan

Respons sejati bukanlah menyalahkan orang lain, melainkan berkata seperti Daud:

“Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa...” (Mazmur 51:6)

3. Percaya pada Anugerah yang Mencari

Allah masih memanggil hari ini: “Dimanakah engkau?”

Jika kita menjawab dengan iman dan pertobatan, kasih karunia akan memulihkan kita. (1 Yohanes 1:9)

Kesimpulan

Kejadian 3:9–13 bukan hanya kisah tentang dosa pertama, tetapi kisah tentang kasih karunia pertama. Kita melihat:

  • Allah yang mencari

  • Manusia yang bersembunyi

  • Hati yang terpecah

  • Panggilan untuk kembali

Dalam terang Injil, kita tahu bahwa Kristus datang bukan hanya untuk membatalkan hukuman dosa, tetapi juga untuk membuka jalan persekutuan kembali antara Allah dan manusia.

Mari kita berhenti bersembunyi. Mari kita menjawab panggilan Allah hari ini—“Dimanakah engkau?”—dengan hati yang percaya dan jiwa yang bertobat.

Next Post Previous Post