Kisah Para Rasul 4:1-3: Keberanian Injil dan Respons Dunia

Kisah Para Rasul 4:1-3: Keberanian Injil dan Respons Dunia

Pendahuluan

Kisah Para Rasul 4:1-3 adalah bagian penting dalam narasi gereja mula-mula, khususnya dalam konteks pertumbuhan dan perlawanan terhadap pemberitaan Injil. Tiga ayat ini menggambarkan awal dari penganiayaan formal terhadap para rasul setelah pelayanan mereka yang penuh kuasa dan keberanian di hadapan publik. Eksposisi terhadap bagian ini akan menunjukkan bahwa sejak awal, penyebaran Injil tidak lepas dari penolakan dan intimidasi, dan bahwa pelayanan yang setia kepada Kristus seringkali menuntut keberanian dan pengorbanan. Perspektif Reformed menyoroti peran kedaulatan Allah, kuasa Roh Kudus, dan keteguhan dalam kebenaran sebagai inti dari keberanian para rasul.

Teks Alkitab: Kisah Para Rasul 4:1-3 (TB)

"Ketika Petrus dan Yohanes sedang berbicara kepada orang banyak, datanglah imam-imam, kepala pengawal Bait Allah dan orang-orang Saduki kepada mereka,
karena mereka sangat kesal sebab rasul-rasul itu mengajar orang banyak dan memberitakan bahwa di dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati.
Mereka menangkap keduanya dan menahan mereka sampai keesokan harinya, karena hari telah malam."

1. Latar Belakang Konteks Kisah Para Rasul 4:1-3

Sebelum ayat ini, Kisah Para Rasul 3 mencatat mujizat penyembuhan seorang pengemis lumpuh oleh Petrus dan Yohanes di Gerbang Indah Bait Allah. Setelah penyembuhan itu, Petrus berkhotbah kepada orang banyak dan menjelaskan bahwa kuasa penyembuhan itu berasal dari Yesus yang telah bangkit dari kematian. Ini menjadi pemicu utama penolakan otoritas Yahudi terhadap pelayanan para rasul.

Menurut teolog Reformed seperti R.C. Sproul, konteks ini memperlihatkan kontras antara kekuasaan rohani sejati dan kekuasaan agama yang mapan. Ketika Injil yang murni diberitakan, struktur kekuasaan manusiawi yang rusak merasa terancam.

2. Kisah Para Rasul 4:1: Reaksi Para Pemimpin Agama

“Ketika Petrus dan Yohanes sedang berbicara kepada orang banyak, datanglah imam-imam, kepala pengawal Bait Allah dan orang-orang Saduki kepada mereka,”

Ayat ini menandai gangguan pertama dalam pelayanan publik para rasul. Tiga kelompok disebut secara eksplisit:

a. Imam-imam

Mereka adalah bagian dari sistem keagamaan resmi Yahudi yang mengatur Bait Allah. Mereka bertugas menjaga kemurnian hukum Musa dan penyembahan dalam Bait Allah.

b. Kepala Pengawal Bait Allah

Jabatan ini adalah posisi kedua tertinggi setelah Imam Besar. Pengawal Bait Allah bertugas menjaga ketertiban dan keamanan di sekitar kompleks Bait Allah.

c. Orang-orang Saduki

Saduki adalah kelompok aristokrat religius yang sangat berpengaruh di Sanhedrin, namun tidak mempercayai kebangkitan orang mati, malaikat, atau roh (bdk. Kis. 23:8).

Eksposisi Teologi Reformed:

John Calvin, dalam komentarnya atas Kisah Para Rasul, menyoroti bahwa kehadiran para pemimpin ini adalah cerminan dari penolakan kebenaran oleh mereka yang seharusnya menjadi pemelihara kebenaran. Calvin menyatakan bahwa kekuasaan yang korup tidak tahan terhadap terang Injil karena Injil membongkar kedagingan dan keangkuhan manusia.

Martyn Lloyd-Jones menambahkan bahwa konflik antara Injil dan dunia ini adalah hal yang wajar karena Injil bertentangan langsung dengan natur manusia berdosa yang mencintai kegelapan.

3. Kisah Para Rasul 4:2: Alasan Mereka Terganggu

“karena mereka sangat kesal sebab rasul-rasul itu mengajar orang banyak dan memberitakan bahwa di dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati.”

a. Mereka Sangat Kesal

Kata “sangat kesal” (Yunani: diaponeomai) menunjukkan perasaan terganggu yang mendalam—bukan sekadar rasa tidak nyaman, tetapi kemarahan atau gangguan batin yang besar.

b. Rasul-rasul Itu Mengajar Orang Banyak

Ini menyiratkan bahwa Petrus dan Yohanes tidak hanya melakukan mukjizat tetapi juga memberikan pengajaran. Mereka mengambil posisi otoritatif dalam mengajar rakyat jelata, yang mengancam struktur kekuasaan religius saat itu.

c. Pemberitaan Kebangkitan dalam Yesus

Ini adalah poin krusial: pengajaran bahwa Yesus telah bangkit dari kematian merupakan doktrin yang sangat ditolak oleh Saduki. Kebangkitan adalah batu sandungan teologis dan politis.

Perspektif Reformed:

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa penolakan terhadap kebangkitan mencerminkan penolakan terhadap keseluruhan rencana penebusan Allah. Kebangkitan Kristus adalah jantung Injil (bdk. 1 Korintus 15:17). Menolak kebangkitan berarti menolak keselamatan itu sendiri.

Michael Horton, teolog Reformed kontemporer, menekankan bahwa berita tentang kebangkitan Yesus tidak hanya bersifat rohani atau moral, tetapi menyatakan bahwa suatu kerajaan baru telah dimulai, di mana Kristus adalah Raja. Ini menantang kekuasaan duniawi dan religius.

4. Kisah Para Rasul 4:3: Penahanan Para Rasul

“Mereka menangkap keduanya dan menahan mereka sampai keesokan harinya, karena hari telah malam.”

a. Penangkapan

Penangkapan di sini bukan karena tindakan kriminal, tetapi karena pengajaran yang dianggap subversif secara teologis dan politis.

b. Penahanan Sampai Keesokan Hari

Hukum Yahudi tidak memperbolehkan persidangan malam hari, sehingga para rasul ditahan terlebih dahulu.

c. Ketidakadilan yang Dilembagakan

Meskipun tidak melakukan kejahatan, para rasul diperlakukan seperti penjahat karena memberitakan kebenaran.

Perspektif Teologi Reformed:

John Stott, seorang teolog evangelikal dengan banyak pengaruh Reformed, menegaskan bahwa penganiayaan terhadap para rasul adalah bukti dari natur dunia yang bermusuhan terhadap terang. Gereja harus siap untuk menanggung penderitaan karena kebenaran.

Abraham Kuyper, tokoh Reformed Belanda, menyatakan bahwa pertentangan antara Kerajaan Allah dan kerajaan duniawi tidak dapat didamaikan. Ketika Injil dikhotbahkan dengan kuasa, akan ada benturan langsung dengan struktur yang mempertahankan status quo.

5. Aplikasi Teologis dan Praktis bagi Gereja Masa Kini

a. Berani Memberitakan Injil Meski Ditolak

Petrus dan Yohanes tahu bahwa mereka menghadapi risiko besar. Namun, mereka tetap setia dalam menyampaikan Injil. Dalam konteks kita hari ini, ketika banyak nilai Injil ditolak oleh budaya, keberanian seperti ini tetap diperlukan.

Jonathan Edwards menekankan bahwa keberanian pelayanan muncul dari hati yang telah ditawan oleh kemuliaan Kristus.

b. Keteguhan dalam Kebenaran Meski Berlawanan Arus

Iman yang benar tidak ditentukan oleh jumlah orang yang menyetujuinya, tetapi oleh kesesuaiannya dengan kebenaran firman Allah. Petrus dan Yohanes tetap teguh karena mereka tahu siapa yang mereka layani.

c. Ketergantungan pada Kuasa Roh Kudus

Kisah Para Rasul secara keseluruhan menunjukkan bahwa pelayanan rasul-rasul tidak didasarkan pada kekuatan mereka sendiri, melainkan pada kuasa Roh Kudus. Ini menjadi kunci untuk menghadapi penolakan dan penganiayaan.

6. Injil dan Kekuasaan: Konfrontasi yang Tak Terhindarkan

Salah satu tema besar dari Kisah Para Rasul 4:1-3 adalah bahwa pemberitaan Injil secara langsung menantang sistem kekuasaan manusia. Dalam dunia yang mencintai kenikmatan, kontrol, dan reputasi, Injil datang dengan pesan kematian terhadap dosa dan kehidupan baru di dalam Kristus.

Cornelius Van Til, dalam pendekatannya terhadap apologetika Reformed, mengatakan bahwa tidak ada posisi netral dalam hal kebenaran. Injil menuntut respon: pertobatan atau penolakan.

7. Penutup: Allah Memimpin, Bukan Dunia

Meskipun tampaknya para rasul dikalahkan karena ditangkap dan ditahan, narasi selanjutnya di Kisah Para Rasul 4 menunjukkan bahwa Allah memakai peristiwa ini untuk menyatakan kuasa-Nya. Bahkan dalam tahanan, Injil terus maju.

Teologi Reformed sangat menekankan kedaulatan Allah, termasuk dalam penderitaan. Tidak ada penganiayaan atau penolakan yang terjadi di luar rencana Allah. Seperti yang dikatakan dalam Roma 8:28, “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan…”

Kesimpulan

Eksposisi Kisah Para Rasul 4:1-3 membuka mata kita tentang kenyataan pelayanan Injil yang setia—bahwa akan ada penolakan, tekanan, dan bahkan penganiayaan. Namun, melalui semua itu, Tuhan bekerja untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Teologi Reformed mengajarkan bahwa dalam setiap peristiwa, termasuk penderitaan karena iman, Allah sedang menggenapi rencana penebusan-Nya yang sempurna.

Sebagai gereja masa kini, kita dipanggil untuk tidak kompromi dalam kebenaran, berani dalam kasih, dan teguh dalam pengharapan bahwa Injil akan tetap berkuasa meski ditentang oleh dunia.

Next Post Previous Post