Roma 14:22–23 - Iman yang Tidak Menyakiti Hati Nurani

I. Pendahuluan: Ketika Kebebasan Bertemu Hati Nurani
Isu kebebasan Kristen telah menjadi topik yang terus diperbincangkan sepanjang sejarah Gereja. Dalam Roma 14, Rasul Paulus membahas perbedaan pendapat di antara orang percaya terkait hal-hal yang bukan esensial — seperti makanan, hari raya, dan kebiasaan budaya.
Roma 14:22–23 menandai klimaks dari argumen ini. Paulus menegaskan bahwa sekalipun seseorang memiliki kebebasan dalam Kristus, ia tidak boleh melanggarnya dengan keyakinan yang diragukan, karena "apa saja yang tidak berdasarkan iman adalah dosa."
Dalam kerangka teologi Reformed, bagian ini bukan hanya membahas soal etika Kristen, tetapi menyentuh hal-hal mendasar seperti: iman, hati nurani, anugerah, dan dosa.
II. Teks Alkitab: Roma 14:22–23 (AYT)
22 Keyakinan yang kamu miliki, peganglah itu untuk dirimu sendiri di hadapan Allah. Diberkatilah orang yang tidak menghukum dirinya sendiri karena apa yang ia pilih.
23 Akan tetapi, orang yang ragu-ragu ketika makan adalah orang yang dihukum, karena ia tidak melakukannya berdasarkan iman. Dan, apa saja yang tidak berasal dari iman adalah dosa.
III. Konteks Surat Roma
Surat Roma adalah surat teologis yang mendalam. Roma 1–11 membahas keselamatan oleh anugerah melalui iman, sementara pasal 12–16 adalah bagian praktis yang menunjukkan bagaimana kasih karunia itu bekerja dalam kehidupan sehari-hari. Roma 14 membahas kehidupan komunitas yang sehat, khususnya dalam konteks perbedaan praktik antara orang Yahudi Kristen dan non-Yahudi Kristen.
IV. Eksposisi Ayat demi Ayat
A. Roma 14:22: “Keyakinan yang kamu miliki, peganglah itu untuk dirimu sendiri di hadapan Allah.”
1. Keyakinan Pribadi yang Bertanggung Jawab
Paulus tidak mendorong relativisme moral, tetapi pengakuan akan kebebasan yang disertai tanggung jawab pribadi di hadapan Allah.
John Calvin menulis:
“Hati nurani kita adalah tahta Allah. Maka jangan sekali-kali kita membuat keyakinan kita menjadi beban bagi orang lain, atau membiarkan orang lain menentukan keyakinan kita.”
Dalam pemahaman Reformed, ini menyentuh konsep kebebasan hati nurani di bawah otoritas Firman. Hati nurani bukanlah sumber kebenaran, tetapi alat untuk merespons kebenaran.
2. “Diberkatilah orang yang tidak menghukum dirinya sendiri karena apa yang ia pilih”
Ini adalah bentuk berkat dari kebebasan Kristen yang sadar dan tidak melawan hati nurani. Orang tersebut tidak merasa bersalah karena ia yakin tindakannya sesuai dengan iman dan Firman Allah.
“Kebebasan sejati adalah ketika hati nurani tidak tertuduh karena bertindak sesuai dengan iman kepada Kristus.” – R.C. Sproul
B.Roma 14:23: “Tetapi orang yang ragu-ragu ketika makan adalah orang yang dihukum...”
1. “Ragu-ragu” – Krisis Hati Nurani
Paulus berbicara kepada mereka yang belum yakin bahwa suatu tindakan (misalnya makan daging) benar di hadapan Allah. Jika mereka tetap melakukannya dalam keraguan, maka tindakan itu menjadi dosa bagi mereka, bukan karena daging itu sendiri berdosa, tetapi karena mereka tidak bertindak berdasarkan iman.
Louis Berkhof menjelaskan:
“Dosa bukan hanya terletak pada objek tindakan, tetapi juga pada motivasi hati dan kesadaran akan kehendak Allah.”
2. “Karena ia tidak melakukannya berdasarkan iman”
Ini adalah prinsip emas dalam etika Kristen Reformed: iman adalah dasar dari segala tindakan benar. Tanpa iman, bahkan tindakan netral atau baik sekalipun bisa menjadi dosa.
V. “Apa Saja yang Tidak Berdasarkan Iman Adalah Dosa”
Ini adalah pernyataan teologis besar. Dalam pandangan Reformed, ini berarti:
-
Dosa bukan hanya tindakan yang melanggar hukum moral, tapi segala hal yang tidak dilakukan dengan pengakuan atas Allah.
-
Seluruh hidup orang percaya harus dijalani dalam kepercayaan dan ketergantungan pada Kristus.
J.I. Packer menyatakan:
“Hidup dalam iman berarti hidup dalam kesadaran akan hadirat Allah, ketergantungan pada anugerah-Nya, dan ketaatan terhadap kehendak-Nya.”
VI. Teologi Reformed dan Hati Nurani
1. Prinsip Reformasi: "Sola Scriptura" dan Hati Nurani
Martin Luther berkata:
“Hati nurani saya tertawan oleh Firman Allah. Saya tidak dapat dan tidak akan mencabut pernyataan saya.”
Dalam Reformed Theology, hati nurani tidak mutlak, tapi harus dibentuk oleh Firman Allah. Roma 14:22–23 mengajarkan bahwa kita tidak boleh melanggar hati nurani kita sendiri dalam hal-hal yang belum kita yakini kebenarannya.
VII. Kebebasan Kristen: Bukan Bebas Sebebasnya
Kebebasan Kristen bukanlah izin untuk hidup semaunya, tetapi kebebasan untuk hidup dalam kebenaran, tanpa belenggu rasa bersalah, dan tanpa menjerat sesama.
“Kamu dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk hidup dalam daging.” (Galatia 5:13)
VIII. Aplikasi Praktis
1. Jangan Melanggar Hati Nurani Sendiri
Jika Anda belum yakin apakah sesuatu itu benar, jangan lakukan, sampai Anda memiliki kejelasan iman dan bimbingan firman.
2. Hormati Hati Nurani Orang Lain
Jangan menghina mereka yang lebih lemah dalam iman, tetapi rangkul mereka dengan kasih (lih. Roma 14:1). Dalam Reformed Ethics, ini disebut sebagai prinsip “kasih membatasi kebebasan.”
3. Terus Latih Hati Nurani dengan Firman
Seperti tubuh, hati nurani juga bisa lemah, tumpul, atau disesatkan. Maka, orang percaya harus membentuk hati nuraninya setiap hari dengan kebenaran Injil.
IX. Kristus dan Hati Nurani Kita
Yesus Kristus datang bukan hanya untuk menyucikan kita dari perbuatan dosa, tetapi juga untuk menyucikan hati nurani kita (Ibrani 9:14), supaya kita dapat hidup melayani Allah dengan keyakinan dan sukacita.
Dalam Kristus:
-
Kita bebas dari rasa bersalah yang tidak perlu.
-
Kita dipanggil untuk hidup dengan hati nurani yang bersih.
-
Kita belajar menaati bukan karena hukum, tetapi karena iman dan kasih.
X. Penutup: Iman yang Murni, Hati Nurani yang Bersih
Roma 14:22–23 adalah panggilan kepada hidup Kristen yang tulus, reflektif, dan penuh kasih. Iman yang sejati bukan sekadar percaya kepada Kristus, tetapi hidup setiap hari dalam kesadaran akan hadirat-Nya, memuliakan Dia dalam segala sesuatu yang kita lakukan.