Injil yang Tidak Terhentikan: Kisah Para Rasul 5:42

Pendahuluan
Kisah Para Rasul adalah kitab yang memperlihatkan bagaimana gereja mula-mula dibentuk, dipimpin, dan dipelihara oleh Roh Kudus. Setelah kebangkitan dan kenaikan Kristus, gereja dipanggil untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia. Namun, sejak awal perjalanan itu penuh dengan tantangan: penganiayaan, penolakan, bahkan ancaman kematian.
Di tengah situasi sulit itu, kita membaca sebuah ayat yang ringkas namun penuh kuasa:
“Dan setiap hari mereka melanjutkan pengajaran mereka di Bait Allah dan di rumah-rumah, dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias.” (Kisah Para Rasul 5:42, TB-LAI)
Ayat ini berdiri di tengah konteks penting: para rasul baru saja dipenjara karena memberitakan Kristus (Kis. 5:17-18), tetapi mereka dilepaskan oleh malaikat Tuhan (Kis. 5:19-20). Mereka kembali ke Bait Allah untuk mengajar, meski dilarang keras oleh Mahkamah Agama (Kis. 5:27-28). Petrus dengan berani menjawab: “Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia” (Kis. 5:29).
Ayat 42 adalah ringkasan kehidupan dan pelayanan mereka: setiap hari, di tempat umum maupun pribadi, mereka terus mengajar dan memberitakan Injil Yesus Kristus.
John Stott (meski bukan dari tradisi Reformed murni, tapi sering dirujuk oleh banyak penafsir Reformed) menyebut ayat ini sebagai “citra yang indah tentang kehidupan gereja yang sehat: berpusat pada Kristus, berani menghadapi dunia, konsisten dalam pengajaran, dan setia dalam misi.”
Dalam khotbah ini, kita akan melihat bahwa Injil Kristus adalah kabar baik yang tidak dapat dibungkam. Kita akan melihat tiga hal utama: kontinuitas pelayanan, ruang lingkup pelayanan, dan fokus pelayanan gereja mula-mula. Dari sini, kita belajar panggilan kita sebagai gereja Tuhan pada zaman ini.
Eksposisi Kisah Para Rasul 5:42
1. Kontinuitas Pelayanan: “Setiap hari”
Teks Yunani menuliskan “pasan hemeran” — setiap hari, tanpa jeda.
Gereja mula-mula bukan gereja yang hanya hidup pada hari Sabat atau hari Minggu. Injil mereka bukan program mingguan, melainkan denyut nadi kehidupan setiap hari.
John Calvin menafsirkan ayat ini dengan mengatakan: “Ketekunan para rasul menunjukkan bahwa mereka bukan digerakkan oleh ambisi manusia, melainkan oleh api Roh Kudus. Mereka tidak berhenti meskipun ada ancaman, sebab mereka yakin bahwa pekerjaan Allah tidak boleh berhenti.”
Dalam teologi Reformed, hal ini sejalan dengan pemahaman tentang perseverantia sanctorum (ketekunan orang kudus). Gereja yang sejati dipelihara oleh Roh Kudus untuk tetap setia sampai akhir. Ketekunan para rasul adalah bukti bahwa Injil bukan sekadar proyek manusia, tetapi karya Allah yang hidup.
Aplikasi:
-
Apakah iman kita hanya hidup di hari Minggu? Injil harus menjadi realitas harian.
-
Seperti para rasul, kita dipanggil untuk setia, bukan musiman. Kesetiaan kecil setiap hari lebih berharga daripada semangat sesaat.
2. Ruang Lingkup Pelayanan: “Di Bait Allah dan di rumah-rumah”
Teks Yunani: “en tō hierō kai kat’ oikon”.
Ada dua arena:
-
Bait Allah: ruang publik, pusat religius dan sosial Yahudi. Injil diberitakan secara terbuka di tempat umum.
-
Rumah-rumah: ruang pribadi, persekutuan kecil, gereja rumah.
Keduanya menunjukkan keseimbangan pelayanan: Injil tidak terbatas pada gedung ibadah, juga tidak hanya di lingkup privat. Injil diberitakan di ruang publik dan diperdalam di rumah.
Herman Bavinck menekankan bahwa Kekristenan sejati adalah “agama yang mencakup seluruh kehidupan.” Tidak ada dikotomi antara ruang sakral dan profan. Kehidupan keluarga, pekerjaan, dan masyarakat sama-sama menjadi arena pemberitaan Injil.
Aplikasi:
-
Gereja tidak boleh terkurung di gedung. Injil harus hadir di sekolah, kantor, pasar, media, dan rumah tangga.
-
Gereja rumah bukan alternatif dari gereja publik, tetapi pelengkap. Kedua bentuk ini penting dalam kehidupan umat Tuhan.
3. Fokus Pelayanan: “Memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias”
Teks Yunani memakai kata kerja euangelizomenoi (memberitakan kabar baik) dengan objek: ton Christon Iēsoun (Yesus sebagai Kristus/Mesias).
Inti pengajaran gereja mula-mula bukan moralitas, bukan filsafat, melainkan Yesus Kristus. Dialah inti Injil.
John Owen, teolog Puritan Reformed, berkata: “Kristus adalah inti seluruh Kitab Suci; Dia adalah jiwa dari hukum Taurat, tujuan dari semua nubuat, dan inti dari Injil. Segala khotbah yang tidak mengarahkan orang kepada Kristus bukanlah khotbah Injil.”
Di sini kita melihat tiga hal penting tentang pemberitaan Injil:
-
Kristosentris: Injil bukan sekadar ajaran etis, melainkan berita tentang Pribadi: Yesus.
-
Kabar baik: Injil bukan ancaman, melainkan kabar sukacita tentang keselamatan yang sudah dikerjakan Kristus.
-
Mesianik: Yesus adalah penggenapan janji Perjanjian Lama; Dialah Raja yang dijanjikan, Juruselamat dunia.
Aplikasi:
-
Pusat khotbah gereja Reformed adalah Kristus, bukan motivasi diri atau moralitas kosong.
-
Segala pelayanan gereja harus bermuara pada Injil Kristus, bukan sekadar program sosial atau kegiatan rohani tanpa Injil.
Dimensi Teologis (Perspektif Reformed)
-
Kedaulatan Allah dalam misi:
Kuyper berkata: “Tidak ada satu inci pun dalam hidup ini yang Kristus tidak klaim sebagai milik-Nya.” Injil tidak bisa dihentikan karena Allah berdaulat atas sejarah. -
Efikasi Firman:
Calvin menekankan bahwa Firman Allah tidak pernah sia-sia (Yesaya 55:11). Para rasul setia memberitakan Injil, sebab mereka yakin kuasa ada pada Firman, bukan pada retorika mereka. -
Ketabahan dalam penderitaan:
Teologi salib (theologia crucis) dalam tradisi Reformed mengajarkan bahwa penderitaan adalah jalan biasa bagi gereja. Mujizat bukanlah tanda utama, melainkan kesetiaan dalam penderitaan. Kisah Para Rasul 5 menegaskan bahwa Injil berkembang justru di tengah penganiayaan.
Aplikasi Bagi Gereja Masa Kini
-
Ketekunan: Gereja tidak boleh berhenti memberitakan Injil, meski dunia menolak. Konsistensi lebih penting daripada hasil instan.
-
Keseimbangan ruang: Kita harus memberitakan Injil di ruang publik dan memperdalam di ruang privat. Gereja dan keluarga sama-sama penting.
-
Kristosentris: Setiap pelayanan, program, dan pengajaran harus berpusat pada Kristus, bukan sekadar aktivitas religius.
-
Misi tak terhentikan: Dunia bisa menghalangi, tetapi Injil tidak dapat dibungkam. Sejarah gereja membuktikan: dari penganiayaan Romawi hingga zaman modern, Injil terus bertumbuh.
Kesimpulan
Saudara-saudara, Kisah Para Rasul 5:42 adalah potret sederhana tetapi kuat tentang gereja yang sejati:
-
Mereka setia setiap hari.
-
Mereka hadir di ruang publik (Bait Allah) dan ruang privat (rumah-rumah).
-
Mereka berfokus hanya pada satu hal: Injil tentang Yesus Kristus.
Injil ini adalah Injil yang tidak dapat dibungkam oleh manusia, tidak dapat dihentikan oleh penganiayaan, dan tidak dapat dikurung oleh dinding.
Maka panggilan bagi kita hari ini jelas: mari kita terus setia dalam memberitakan Kristus, setiap hari, di manapun Tuhan menempatkan kita, baik di ruang publik maupun dalam keluarga, sebab hanya Yesus yang adalah Mesias, satu-satunya Juruselamat dunia.
Soli Deo Gloria.