Doktrin Kristen tentang Doa
.jpg)
Pendahuluan / Introduction
Saudara-saudari dalam Kristus, hari ini kita merenungkan doktrin penting namun sering kurang dielaborasi secara teologis: doa. Dalam tradisi Reformed, doa bukan hanya aktivitas rohani biasa, melainkan praktik iman yang menegaskan kemahakuasaan Allah, kekudusan Kristus, dan karya Roh Kudus. Saya mengajak Anda menyelami secara mendalam: apa itu doa, mengapa kita berdoa, kepada siapa kita berdoa, bagaimana kita berdoa, dan apa implikasi teologisnya bagi kehidupan Kristen.
We will explore:
-
the nature of prayer (the “what”),
-
the necessity and purpose of prayer (the “why”),
-
the subjects and means of prayer (the “who” and “how”),
-
the principles of true prayer according to the Reformed tradition.
Kata kunci SEO yang relevan untuk artikel ini antara lain: Reformed theology prayer, Christian doctrine of prayer, teologi Reformed tentang doa, John Calvin prayer, kepentingan doa Kristen.
1. Apa itu Doa? / What Is Prayer?
Pertama-tama kita harus memahami definisi: dalam tradisi Reformed, doa adalah komunikasi iman antara orang percaya dan Allah yang Mahatinggi, melalui Yesus Kristus dan oleh Roh Kudus. Sebagaimana tertulis di situs organisasi Reformed:
“The faith practice of prayer is a way in which we actively submit ourselves and our world to God’s ongoing transformational work in Christ by expressing ourselves to God and listening for God to engage with us.”
Dengan kata lain, doa bukan sekadar permohonan, melainkan tindakan iman yang mengakui kedaulatan Allah dan kerendahan manusia.
Pakar Reformed besar, John Calvin, menuliskan dalam Institutes of the Christian Religion bahwa “Prayer … is the chief exercise of faith, and by which we daily receive God’s benefits.”
Jadi doa adalah aktivitas iman utama—“chief exercise”—yang memperteguh hubungan kita dengan Tuhan.
Lebih lanjut, dalam karya James Hastings The Christian Doctrine of Prayer, ia menguraikan doa dalam berbagai aspek: keinginan (desire), persekutuan (communion), permohonan (petition).
Ini memberi kerangka operasional:
-
Doa sebagai keinginan yang sadar akan kebutuhan manusia.
-
Doa sebagai persekutuan dengan Allah.
-
Doa sebagai permohonan konkret.
Dengan demikian, definisi Reformed memberi hasil: doa adalah aksi iman, pengakuan ketergantungan, dan pengarahan kepada Allah.
2. Mengapa Kita Berdoa? / Why Pray?
Selanjutnya: apa alasan teologis dan praktis di balik doa?
Dalam tradisi Reformed, terdapat beberapa sebab utama:
a) Karena Allah Memerintahkan.
Kitab Suci memerintahkan orang-beriman untuk berdoa:
“Rejoice evermore. Pray without ceasing. In everything give thanks…” (1 Thess 5:16-18)
Hal ini ditegaskan dalam artikel “What is prayer?” bahwa keyakinan akan kedaulatan Allah tidak menghapus perintah untuk berdoa.
b) Karena Doa adalah Bagian dari Iman dan Persekutuan dengan Allah.
John Calvin menekankan bahwa doa adalah “perpetual exercise of faith” — “latihan iman yang terus‐menerus”.
Dalam tradisi kawin-perjanjian (covenant theology) Reformed, doa adalah unsur penting dalam ibadah dan hubungan antara Allah dan umatNya.
Dengan kata lain: melalui doa, kita meneguhkan bahwa kita berhubungan dengan Allah yang mengikatkan diriNya dalam perjanjian kasih.
c) Karena Doa Mengungkapkan Kemahakuasaan Allah dan Ketergantungan Manusia.
Seorang penulis Reformed menulis:
“Prayer … is the joyful confession of the believer that God is good as his goodness is revealed to that believer in Jesus Christ.”
Jadi doa adalah bentuk syukur dan pengakuan bahwa segala sesuatu berasal dari Allah.
d) Karena Doa Adalah Mittel (sarana) dalam Rencana Allah.
Meskipun dalam teologi Reformed Allah bersifat sovereign (maha-kuasa dan menentukan segala sesuatu), bukan berarti doa menjadi sia-sia. Doa merupakan salah satu sarana yang Allah gunakan dalam penyelenggaraanNya. Sebagaimana dibahas dalam artikel “What is the point of prayer?” – meskipun segala sesuatu telah ditentukan, doa tetap relevan sebagai “means” Allah.
e) Karena Doa Menyerukan Kerajaan Allah dan Kehendak-Nya Terjadi.
Dalam tulisan dari Reformed Theological Seminary disebut bahwa:
“Godly prayer is prayer for God; it seeks the glory of God first …”
Artinya: tujuan utama doa bukan hanya agar saya “mendapat apa yang saya mau”, tetapi agar kemuliaan Allah ditegakkan dan kehendakNya tercapai.
Dengan demikian, alasan kita berdoa sangatlah kokoh dalam kerangka doktrin: karena perintah, karena iman, karena kemuliaan Allah, karena rencanaNya, dan karena kita diciptakan untuk berhubungan denganNya.
3. Kepada Siapa Kita Berdoa? / To Whom Do We Pray?
Dalam pengertian Reformed, terdapat tiga dimensi penting: kepada Allah Bapa, melalui Kristus, oleh Roh Kudus.
a) Kepada Allah Bapa
Kitab Suci mengajarkan, ketika kita berdoa, kita memanggil Allah sebagai “Bapa”. Calvin menekankan bahwa dalam menyebut “Bapa” kita mendapat kenyamanan bahwa Allah menaruh kasih kepada anak-anakNya.
b) Melalui Yesus Kristus (Mediatur)
Dalam tradisi Reformed ditegaskan bahwa Kristus adalah satu‐satunya Mediator antara Allah dan manusia (1 Timotius 2:5). Calvin membahas “through whom prayer is to be made” dalam Institutes.
Artinya kita tidak berdoa langsung hanya dengan tenaga kita sendiri, tetapi melalui Kristus yang menebus dan menyatakan kita layak datang ke hadapan Allah.
c) Oleh Roh Kudus
Roh Kudus berperan dalam membangkitkan doa dalam hati kita, menolong kita dalam kelemahan, mengartikulasikan doa kita ketika kita tidak tahu harus berdoa bagaimana. Calvin menyebut bahwa doa bersifat Trinitarian: berasal dari Bapa, dilalui Anak, diwujudkan oleh Roh.
Dengan demikian: kita berdoa kepada Allah Bapa, melalui Yesus Kristus, oleh Roh Kudus — sebuah kerangka teologi Reformed yang menjaga kemuliaan Allah dan ketergantungan kita.
4. Bagaimana Kita Berdoa? / How Shall We Pray?
Setelah kita memahami apa dan mengapa serta kepada siapa kita berdoa, sekarang masuk ke “bagaimana” dalam praktik.
a) Isi Doa: Pengakuan, Permohonan, Syukur
Berdasarkan kerangka Hastings, doa terdiri atas: adoration (pengagungan), confession (pengakuan dosa), petition (permohonan), intercession (permohonan bagi orang lain), thanksgiving (syukur).
Misalnya dalam model Doa Yesus (Matthew 6): “Bapa kami yang di sorga …” kita melihat dimensi-dimensi tersebut dimuat.
b) Prinsip Inti Doa dalam Tradisi Reformed
Menurut Hastings juga: doa harus (1) sesuai dengan kehendak Allah, (2) dalam nama Kristus, (3) dalam kuasa Roh Kudus.
Penjelasan:
-
“Sesuai dengan kehendak Allah”: kita meminta hanya apa yang sejalan dengan rencana dan karakter Allah.
-
“Dalam nama Kristus”: kita berdoa berdasarkan karya Kristus dan otoritasNya.
-
“Dalam kuasa Roh”: kita mengandalkan Roh untuk membimbing dan memampukan.
c) Sikap dan Karakter dalam Doa
Beberapa aspek penting:
-
Kerendahan hati: menyadari bahwa kita berdosa dan membutuhkan kasih karunia Allah.
-
Keteguhan / perseverance: seperti Yesus ajarkan “berdoa dan jangan menyerah”.
-
Iman: kita percaya bahwa Allah mendengar doa kita dan bertindak.
-
Ketertiban: doa dapat dilakukan secara pribadi, jemaat, tertib dalam waktu dan tempat. Calvin membahas waktu, pemeriksaan hati, dan ketekunan dalam berdoa.
d) Doa dan Kehidupan Sehari-hari
Doa bukan hanya dalam “waktu khusus” tetapi “tanpa henti” (1 Thess 5:17) — artinya hidup sehari-hari kita menjadi bentuk doa: kesadaran akan Allah, percakapan denganNya, membawa segala perkara kita ke hadapanNya.
e) Hubungan antara Doa dan Tindakan
Doa bukan pengganti pelayanan atau iman yang hidup, tetapi doa sebaiknya melahirkan tindakan: keadilan, kasih, kesaksian. Juga penting bahwa doa bukan sekadar “meminta” tetapi “berbagi hidup” dengan Allah.
5. Tantangan Teologis: Doa & Kedaulatan Allah / Theological Challenges: Prayer & Divine Sovereignty
Dalam tradisi Reformed, satu tantangan besar adalah: jika Allah maha-kuasa dan telah menentukan segala sesuatu, lalu apa makna doa kita? Salah satu artikel terkini meneliti “deterministic compatibilism” dan bagaimana doa tetap relevan dalam kerangka Reformed.
Beberapa poin utama:
-
Allah mengatur bukan hanya tujuan (ends) tetapi juga sarana (means). Doa bisa menjadi salah satu saranaNya.
-
Doa tidak “memaksa” Allah berubah pikiran — karena karakter Allah adalah tidak berubah — tetapi doa kita menyelaraskan kehendak kita dengan kehendakNya, dan Tuhan menggunakan doa sebagai sarana pelaksanaan rencanaNya.
-
Doa bukan “usaha manusia” yang mengguncang takhta Allah, tetapi respon iman yang tunduk pada takhta Allah. Sebagaimana dalam artikel “The Mystery of Prayer”:
“They ask questions like, if God eternally decreed all things … then how could our prayers affect anything?”
Tetapi penulis menegaskan bahwa misteri memang ada, dan iman Kristen menerima bahwa doa serta kedaulatan Allah berhubungan tanpa kontradiksi.
Sebagai tambahan, tulisan “A Distorted Doctrine of Prayer” mengkritik pengajaran yang menjadikan doa sebagai “syarat” bagi keberhasilan atau kesadaran akan salib Kristus, dan menegaskan bahwa dalam tradisi Reformed, doa bukanlah upaya manusia agar Allah memberi, tetapi pengakuan bahwa kita memerlukan dan dipenuhi oleh Allah.
Dengan demikian, kita harus berhati-hati agar tidak menjadikan doa sebagai ritual mekanis atau transaksi dengan Allah, melainkan sebagai tindakan iman yang sesuai dengan otoritas Kristus dan kuasa Roh.
6. Implikasi Praktis bagi Kehidupan Kristen / Practical Implications for Christian Life
Bagaimana kita menerapkan doktrin doa dalam kehidupan sehari-hari?
a) Hidup dengan Kesadaran Doa
Setiap hari kita hidup dalam “kehadiran Allah”: mengawali hari dengan doa, mengakhiri hari dengan doa, membawa pekerjaan, keluarga, jemaat kita ke hadapan Allah. Kita memahami bahwa hidup kita adalah doa yang berlangsung – bukan sekadar saat khusus.
b) Doa Jemaat & Komunitas
Dalam tradisi Reformed, gereja lokal adalah komunitas doa. Doa bersama membangun keharmonisan iman dan kesadaran bahwa kita adalah satu tubuh dalam Kristus.
c) Mengajarkan Generasi Berikutnya
Kita harus mengajar anak-anak kita, dan generasi berikutnya, bahwa doa bukan sekadar “menyebut daftar permintaan”, tetapi “komunikasi dengan Allah”. Modelkan doa yang autentik, sederhana, dan berakar pada firman Allah.
d) Tetap Teguh dalam Doa
Keteguhan (perseverance) sangat penting. Bila jawaban belum datang, jangan cepat patah semangat. Sebagaimana T. Watson menulis: kita tahu kita berdoa dalam iman ketika “meskipun kita belum mendapatkan apa yang diminta, kita bersedia menunggu waktu-Nya”.
e) Mengoreksi Fokus Doa
Doa kita harus memuliakan Allah terlebih dahulu — bukan hanya “apa yang saya inginkan”. Sebagaimana disebut sebelumnya: doa yang kudus adalah doa untuk Allah, bukan hanya untuk kita.
Juga kita harus menjaga bahwa permohonan kita selaras dengan kehendak Allah; kita meminta “kerajaan-Nya datang” sebelum meminta hal-hal pribadi.
f) Doa dalam Kesulitan dan Pencobaan
Ketika menghadapi masalah, doa menjadi panggilan kita: “Tuhan, Engkau Allah yang berkuasa. Aku bergantung padaMu.” Bukan sekadar buku tuntunan, tetapi hidup yang bergantung. Dalam tradisi Reformed, penderitaan tak menghapus doa—melainkan memperdalamnya.
7. Kesimpulan / Conclusion
Saudara-saudari, doktrin Reformed tentang doa menegaskan: doa adalah inti kehidupan iman Kristen. Ia adalah komunikasi dengan Allah yang Mahatinggi, yang telah mengundang kita dalam Kristus, yang terus bekerja dalam Roh. Doa bukan hanya “meminta” tetapi “memuliakan Allah”, “menjadikan kehendak-Nya nyata”, dan “meneguhkan iman kita”.
Sebagaimana Calvin katakan: doa adalah latihan iman yang menghasilkan penerimaan kasih karuniaAllah setiap hari. Doa menempatkan kita pada posisi yang tepat: bukan pengendali Allah, tetapi hamba yang menghadap Raja. Doa membantu kita hidup dalam kerendahan, iman, ketekunan, dan pengharapan.
Mari kita keluar dari sini dengan keputusan:
-
Untuk menjadikan doa sebagai bagian konsisten dari hidup kita,
-
Untuk berdoa dengan kerendahan dan keimanan,
-
Untuk berdoa bukan hanya agar kita mendapat sesuatu, tetapi agar Allah dimuliakan,
-
Untuk berdoa bersama sebagai jemaat, dan menuntun generasi-muda dalam kehidupan doa.
“Tetapi kamu, apabila berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi; maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya.” (Matius 6:6)
“Rejoice evermore. Pray without ceasing. In everything give thanks: for this is the will of God in Christ Jesus concerning you.” (1 Tesalonika 5:16-18)
Kiranya Allah memberi kita Roh-Nya agar kita sungguh menjadi umat yang hidup dalam doa, yang menggenapi kehendakNya, dan yang memuliakan namaNya.
Penutup / Closing
Mari kita berdoa:
Bapa Surgawi, kami bersyukur atas karunia doa. Ampuni kami jika selama ini doa kami terbatas hanya pada daftar keinginan. Ajarlah kami untuk berdoa seperti Kristus mengajar. Berikan-lah kami RohMu agar kami hidup dalam komunikasi denganMu setiap hari, menyelaraskan diri dengan kehendakMu, dan memuliakan namaMu. Dalam nama Yesus Kristus kami berdoa. Amin.