Gelar-Gelar Kristen: Renungan Praktis tentang Identitas dan Panggilan Orang Percaya

Gelar-Gelar Kristen: Renungan Praktis tentang Identitas dan Panggilan Orang Percaya

Pendahuluan: Siapakah Kita di Dalam Kristus

Dalam seluruh sejarah kekristenan, banyak orang percaya bergumul untuk memahami siapa mereka di hadapan Allah. Dunia memberi kita berbagai label — pekerjaan, status sosial, bahkan kegagalan — tetapi Alkitab memberi kita gelar yang jauh lebih mulia: “anak Allah,” “murid Kristus,” “pelayan,” “imam,” “orang kudus,” dan “duta besar bagi Kristus.”

Artikel ini terinspirasi dari gagasan teologis “Christian Titles: A Series of Practical Meditations”, yang menggambarkan betapa pentingnya identitas Kristen yang benar bagi kehidupan iman. Teologi Reformed menekankan bahwa identitas kita tidak lahir dari prestasi atau moralitas, tetapi dari anugerah Allah di dalam Kristus Yesus. Pemahaman ini mengakar dalam prinsip sola gratia — bahwa keselamatan dan status kita di hadapan Allah sepenuhnya karena kasih karunia.

1. Identitas Kristen Berdasarkan Karya Kristus (Efesus 2:4–6)

“Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus... dan bersama-sama dengan Dia Ia telah membangkitkan kita dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga.”

Ayat ini menunjukkan bahwa identitas Kristen berakar pada tindakan Allah yang menghidupkan kita bersama Kristus. Kita tidak lagi mati secara rohani, tetapi diangkat menjadi bagian dari keluarga surgawi.

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion (III.6.1) menulis:

“Seluruh hidup kita harus dianggap sebagai respons terhadap kasih karunia Allah yang telah menjadikan kita anak-anak-Nya di dalam Kristus.”

Artinya, identitas “anak Allah” bukan hasil usaha moral, melainkan akibat dari persatuan kita dengan Kristus (union with Christ). Inilah dasar dari semua gelar Kristen yang sejati.

2. Orang Percaya Sebagai Anak-Anak Allah (Roma 8:15–17)

“Kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ‘Ya Abba, ya Bapa!’”

Sebagai anak Allah, orang percaya memiliki hak istimewa untuk berdoa dan mendekat kepada Bapa dengan keyakinan penuh. J. I. Packer, dalam bukunya Knowing God, menyebut pengangkatan sebagai anak (adopsi rohani) sebagai “hak istimewa tertinggi dari keselamatan.”

Teologi Reformed menegaskan bahwa adopsi ini bersifat kekal, tidak tergantung pada perasaan atau performa kita. Karena Kristus adalah Anak Tunggal yang sempurna, kita diangkat menjadi anak-anak melalui karya-Nya. Dengan demikian, identitas Kristen dimulai dari relasi kasih, bukan kewajiban atau ketakutan.

3. Orang Percaya Sebagai Murid Kristus (Lukas 9:23)

“Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.”

Gelar “murid” menunjukkan hubungan yang erat antara pengajaran dan peneladanan. Dalam teologi Reformed, murid sejati bukan hanya pendengar Firman, tetapi juga pelaku yang hidup dalam ketaatan iman.

John Owen menulis, “Menjadi murid Kristus berarti menyerahkan seluruh hidup di bawah pemerintahan kasih-Nya.”

Menjadi murid berarti hidup di bawah disiplin anugerah — menolak diri, memikul salib, dan berjalan di jalan kebenaran. Dalam konteks modern, ini berarti menolak godaan dunia dan mengarahkan seluruh hidup pada kemuliaan Kristus.

4. Orang Percaya Sebagai Hamba dan Imam (1 Petrus 2:9)

“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia.”

Sebagai “hamba,” kita melayani Allah dengan rendah hati. Sebagai “imam,” kita mempersembahkan hidup kita sebagai korban yang hidup (Roma 12:1).

Charles Hodge menafsirkan ayat ini sebagai panggilan untuk pelayanan yang bersumber dari anugerah:

“Setiap orang percaya adalah imam dalam arti rohani, karena ia memiliki akses langsung kepada Allah melalui Kristus.”

Dalam pemahaman Reformed, imamat semua orang percaya (the priesthood of all believers) bukan berarti semua orang menjadi pemimpin gereja, melainkan setiap orang dipanggil untuk melayani dan mempersembahkan hidupnya untuk kemuliaan Allah.

5. Orang Percaya Sebagai Duta Kristus (2 Korintus 5:20)

“Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami.”

Sebagai duta, kita membawa pesan rekonsiliasi kepada dunia yang berdosa. Charles Spurgeon berkata:

“Setiap orang Kristen adalah pengkhotbah dalam kehidupannya, karena dunia membaca Injil melalui tindakan kita lebih dari kata-kata kita.”

Teologi Reformed menegaskan bahwa panggilan misioner tidak terbatas pada penginjil, tetapi merupakan panggilan setiap orang yang telah ditebus. Hidup kita menjadi cermin kasih dan kebenaran Kristus di tengah dunia yang gelap.

6. Gelar-Gelar Kristen Sebagai Cerminan Anugerah dan Panggilan

Kita tidak memilih gelar-gelar itu; Allah yang memberikannya melalui Kristus. Sebagai anak, kita dikasihi; sebagai murid, kita diajar; sebagai hamba, kita melayani; sebagai imam, kita menyembah; dan sebagai duta, kita diutus.

R. C. Sproul menulis:

“Kekristenan bukan sekadar status rohani, tetapi panggilan aktif untuk hidup dalam kekudusan dan pelayanan yang konsisten dengan identitas kita di dalam Kristus.”

Dengan demikian, setiap gelar membawa tanggung jawab. Identitas Kristen sejati selalu menghasilkan buah iman, pengabdian, dan kesaksian yang nyata.

7. Penerapan Praktis: Hidup Berdasarkan Identitas di Dalam Kristus

a. Hindari Krisis Identitas Rohani

Banyak orang Kristen hidup tanpa kesadaran akan siapa mereka di dalam Kristus, sehingga mudah jatuh dalam rasa bersalah atau kesombongan rohani. Solusinya adalah kembali kepada Firman dan memahami anugerah Allah yang menopang.

b. Hidup Sebagai Saksi dan Pelayan

Kita dipanggil untuk menunjukkan Injil melalui karakter, bukan hanya perkataan. Melalui kasih, kesabaran, dan kejujuran, dunia melihat kehadiran Kristus dalam diri kita.

c. Bertekun dalam Doa dan Kekudusan

Sebagai imam, kita harus memelihara kehidupan rohani yang mendalam — doa pribadi, penyembahan, dan pembacaan Alkitab yang setia.

d. Berjalan dalam Kesatuan Tubuh Kristus

Sebagai bagian dari “umat kepunyaan Allah,” kita harus hidup dalam kasih dan kesatuan gereja, bukan individualisme rohani.

8. Kesimpulan: Hidup yang Memuliakan Nama Kristus

Gelar-gelar Kristen bukan sekadar sebutan teologis, tetapi realitas hidup yang harus dinyatakan dalam tindakan. Kita adalah anak-anak yang dikasihi, murid yang belajar, hamba yang melayani, imam yang mempersembahkan diri, dan duta yang diutus untuk kemuliaan Kristus.

John Calvin menutup penjelasannya dengan kalimat yang relevan bagi kita:

“Karena kita milik Kristus, marilah kita menyerahkan seluruh hidup kita kepada-Nya dan biarkan kemuliaan-Nya bersinar melalui kita.”

Kiranya khotbah ini meneguhkan setiap kita untuk hidup sesuai identitas rohani kita dan menjadi terang Injil di tengah dunia.

Soli Deo Gloria — Segala Kemuliaan Bagi Allah Saja.

Next Post Previous Post