Hanya Sebuah Pertemuan Doa

Teks Utama: Kisah Para Rasul 4:31
“Dan ketika mereka berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu; dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.”
Pendahuluan: Mengabaikan Pertemuan Doa, Mengabaikan Kehadiran Allah
Ada ungkapan yang sering terdengar di gereja-gereja masa kini: “Itu hanya pertemuan doa.”
Bagi banyak orang, pertemuan doa tampak seperti kegiatan kecil yang tidak penting. Jemaat lebih antusias menghadiri kebaktian Minggu, seminar rohani, atau konser pujian. Tetapi ketika diumumkan “Malam Doa” atau “Pertemuan Doa Rabu,” hanya segelintir orang yang datang.
Namun, Charles Haddon Spurgeon, pengkhotbah besar dari abad ke-19, pernah menulis buku berjudul Only a Prayer Meeting! — sebuah teguran lembut namun tajam bagi gereja yang kehilangan semangat berdoa. Ia berkata:
“Gereja yang mengabaikan pertemuan doa sebenarnya sedang menutup sumber kuasa rohaninya sendiri.”
Hari ini kita akan merenungkan kembali makna, nilai, dan kuasa dari pertemuan doa dalam terang firman Allah — dan bagaimana pandangan para teolog Reformed menuntun kita untuk melihat bahwa doa bersama adalah jantung kehidupan gereja.
1. Doa Bersama: Denyut Jantung Gereja yang Hidup
Kisah Para Rasul mencatat bahwa doa merupakan fondasi utama gereja mula-mula. Sebelum Pentakosta, para murid “bertekun dalam doa” (Kis. 1:14). Setelah Petrus dan Yohanes dilepaskan dari penjara, jemaat berkumpul dan “berseru bersama kepada Allah” (Kis. 4:24). Hasilnya? “Tempat itu berguncang,” tanda kehadiran kuasa Roh Kudus.
John Calvin dalam Commentary on Acts menulis:
“Kita melihat bahwa kuasa Roh Kudus tidak dipisahkan dari doa umat Allah. Gereja yang tidak berdoa bukanlah gereja yang hidup, melainkan tubuh yang tanpa roh.”
Calvin menegaskan bahwa doa bersama bukan hanya kebiasaan religius, tetapi alat persekutuan ilahi. Di sanalah tubuh Kristus bersatu untuk mencari wajah Tuhan dan menerima pembaharuan rohani dari-Nya.
Bagi Calvin, doa bukan hanya permohonan; doa adalah tindakan iman dan penyembahan. Ia menulis dalam Institutes of the Christian Religion:
“Doa adalah hubungan yang paling intim antara manusia dengan Allah. Tidak ada tanda iman yang lebih nyata daripada hati yang berseru kepada-Nya.”
Jadi, pertemuan doa bukan “hanya doa,” melainkan tindakan iman komunitas yang mencari Allah bersama-sama. Ketika jemaat berkumpul untuk berdoa, Allah berkenan hadir di tengah-tengah mereka (Matius 18:20).
2. Spurgeon: Pertemuan Doa adalah Barometer Gereja
Spurgeon, dalam bukunya Only a Prayer Meeting!, mengatakan:
“Kesehatan rohani gereja dapat diukur dari pertemuan doanya. Jika doa bersama lemah, maka kehidupan rohaninya sedang sekarat.”
Baginya, pertemuan doa adalah “ruang mesin” dari seluruh pelayanan gereja. Di sinilah tenaga rohani dihasilkan untuk menggerakkan segala aktivitas pelayanan.
Spurgeon menegaskan bahwa doa bersama adalah peperangan rohani bersama. Ketika umat Allah berlutut bersama, mereka sedang berdiri di medan pertempuran rohani, melawan dosa, dunia, dan kuasa kegelapan.
Ia berkata lagi:
“Sering kali orang menganggap doa bersama itu kecil, tetapi Allah menilai sebaliknya. Pertemuan doa yang sungguh-sungguh lebih berharga bagi surga daripada kebaktian besar yang penuh pertunjukan tetapi tanpa doa.”
Dalam sejarah pelayanan Spurgeon, setiap kali ia berkhotbah di Metropolitan Tabernacle, ratusan jemaat berlutut di ruang bawah tanah gereja — berdoa bagi kuasa firman. Ia menyebut mereka “boiler room” (ruang mesin) dari pelayanan. Dan ia bersaksi: “Tanpa doa mereka, mimbar ini akan dingin.”
3. John Owen: Doa sebagai Pekerjaan Roh Kudus dalam Gereja
Teolog Puritan John Owen menulis panjang lebar tentang doa dalam karyanya The Work of the Holy Spirit in Prayer. Ia menegaskan bahwa doa sejati hanya mungkin terjadi oleh karya Roh Kudus yang hidup dalam hati orang percaya.
Ia berkata:
“Doa bukan hasil kemampuan manusia, melainkan karya Roh yang menolong kita untuk berseru, ‘Ya Abba, Bapa!’” (Roma 8:15).
Menurut Owen, ketika jemaat berkumpul dalam doa, Roh Kudus bekerja secara kolektif — menyatukan hati, menggerakkan beban yang sama, dan menyalakan semangat ilahi. Pertemuan doa sejati adalah manifestasi kehadiran Roh Kudus dalam tubuh Kristus.
Owen juga memperingatkan:
“Jika doa berhenti, maka Roh akan berduka. Gereja yang tidak berdoa akan menjadi kering dan kehilangan arah.”
Dengan kata lain, pertemuan doa adalah tanda bahwa Roh Kudus masih bekerja di tengah umat Allah. Ketika gereja berhenti berdoa, ia kehilangan tanda kehidupan rohaninya.
4. Martyn Lloyd-Jones: Doa Bersama dan Kebangunan Rohani
Martyn Lloyd-Jones, seorang pengkhotbah Reformed di abad ke-20, sangat menekankan bahwa kebangunan rohani sejati selalu dimulai dari pertemuan doa. Dalam bukunya Revival, ia menulis:
“Setiap kebangunan besar dalam sejarah gereja dimulai ketika umat Allah bersatu hati dalam doa.”
Ia menunjuk pada sejarah Reformasi, kebangunan di Wales, dan kebangkitan di New England — semuanya diawali oleh persekutuan doa yang sederhana. Tidak ada kebangunan tanpa doa bersama.
Lloyd-Jones juga mengingatkan bahwa doa bersama adalah bukti kerendahan hati rohani. Gereja yang mau berdoa bersama sedang mengakui:
“Kami tidak dapat melakukan apa pun tanpa Engkau, ya Tuhan.”
Sebaliknya, gereja yang sibuk dengan program tetapi jarang berdoa sedang berkata secara tidak langsung: “Kami bisa melakukannya sendiri.”
Itulah bentuk kesombongan rohani yang sangat berbahaya.
5. Doa Bersama dalam Perspektif Kitab Suci
Firman Tuhan penuh dengan contoh kekuatan doa bersama:
-
Kisah Para Rasul 1:14 — Sebelum Roh Kudus dicurahkan, para murid “bertekun dengan sehati dalam doa.”
-
Kisah 12:5-7 — Gereja berdoa bagi Petrus di penjara, dan Allah mengutus malaikat untuk membebaskannya.
-
2 Tawarikh 20:4 — Raja Yosafat mengumpulkan seluruh Yehuda untuk mencari Tuhan dalam doa bersama, dan Allah memberi kemenangan tanpa peperangan.
-
Yunus 3:5-10 — Seluruh penduduk Niniwe berdoa dan berpuasa, dan Allah menahan murka-Nya.
Setiap kali umat Allah bersatu hati dalam doa, kuasa Allah dinyatakan. Tempat berguncang, hati diperbarui, dan mujizat rohani terjadi.
6. Mengapa Gereja Masa Kini Kehilangan Semangat Doa?
Mengapa banyak gereja modern kehilangan semangat untuk berkumpul dan berdoa? Para teolog Reformed memberikan beberapa alasannya:
a. Individualisme Rohani
John Piper menulis:
“Kita hidup di zaman di mana iman dipahami secara pribadi, bukan komunal. Akibatnya, doa bersama dianggap tidak perlu.”
Namun, Kekristenan sejati bersifat korporat. Kita adalah tubuh Kristus — dan tubuh tidak dapat bernafas tanpa paru-paru doa bersama.
b. Kesibukan dan Distraksi Dunia
Calvin mengingatkan bahwa “pikiran manusia mudah dialihkan dari Allah oleh urusan dunia.” Banyak jemaat merasa terlalu sibuk untuk datang berdoa bersama, padahal doa adalah sumber kekuatan untuk menghadapi kesibukan itu sendiri.
c. Kurangnya Iman
Spurgeon menegaskan:
“Kita tidak berdoa karena kita tidak percaya bahwa doa menghasilkan kuasa.”
Pertemuan doa sering sepi karena jemaat tidak sungguh-sungguh yakin bahwa Allah masih bekerja seperti dahulu. Namun Allah yang menjawab doa di zaman para rasul adalah Allah yang sama hari ini.
7. Tujuan Pertemuan Doa Menurut Teologi Reformed
Para teolog Reformed menegaskan bahwa doa bersama memiliki tujuan rohani yang mendalam, bukan sekadar memohon kebutuhan materi.
-
Memuliakan Allah
Calvin menulis: “Doa adalah bentuk penyembahan tertinggi.” Saat gereja berdoa, Allah dimuliakan karena umat-Nya menunjukkan ketergantungan total pada-Nya. -
Mempersatukan Tubuh Kristus
Doa bersama meniadakan ego dan perbedaan. Dalam doa, semua berdiri sama di hadapan Tuhan. Inilah bentuk kesatuan sejati gereja. -
Memperdalam Kasih dan Empati
Ketika jemaat saling mendengarkan doa satu sama lain, kasih dan beban rohani bersama tumbuh. -
Menyalakan Api Pelayanan
Spurgeon berkata: “Doa bersama menyalakan semangat untuk misi.” Gereja yang banyak berdoa akan banyak melayani, sebab doa melahirkan belas kasihan terhadap yang terhilang.
8. Buah dari Pertemuan Doa yang Sejati
Ketika gereja tekun berdoa bersama, hasilnya nyata dan rohani:
-
Roh Kudus bekerja dengan kuasa baru (Kis. 4:31).
-
Pemberitaan Injil menjadi berani dan berkuasa.
-
Kasih persaudaraan diperbaharui.
-
Dosa diakui dan diampuni.
-
Kehadiran Allah dirasakan dengan nyata.
John Owen berkata:
“Kehadiran Roh Kudus paling kuat dirasakan bukan dalam kebaktian besar, tetapi dalam doa yang sederhana ketika hati umat Allah bersatu mencari Dia.”
9. Menghidupkan Kembali Pertemuan Doa di Gereja
Jika kita ingin melihat kebangunan rohani sejati, maka langkah pertama adalah menghidupkan kembali pertemuan doa.
Bagaimana caranya?
a. Pendeta Harus Memimpin dengan Teladan
Gembala harus menjadi orang pertama yang berlutut. Lloyd-Jones berkata:
“Gereja tidak akan berdoa lebih dalam daripada pendetanya.”
b. Ajarkan Nilai Teologis Doa
Banyak jemaat tidak memahami makna pertemuan doa. Pengajaran tentang doktrin doa — seperti yang diajarkan dalam Katekismus Heidelberg dan Westminster — harus dihidupkan kembali.
c. Bangun Lingkungan Doa yang Hangat
Pertemuan doa tidak boleh menjadi ritual kaku. Harus ada kebersamaan, kesaksian, pujian, dan doa yang lahir dari hati.
d. Percayai Kuasa Doa
Doa bukan sekadar rutinitas. Itu adalah senjata rohani yang menggerakkan tangan Allah yang Mahakuasa.
10. Spurgeon: “Tidak Ada yang Hanya Sebuah Pertemuan Doa”
Kita kembali kepada perkataan Spurgeon yang legendaris:
“Jangan pernah berkata ‘hanya sebuah pertemuan doa.’ Tidak ada yang hanya doa ketika Allah hadir di sana.”
Ia mengingatkan gereja bahwa doa bukanlah persiapan bagi pekerjaan besar — doa adalah pekerjaan besar itu sendiri. Pertemuan doa adalah pertemuan surgawi di bumi, di mana umat Allah berbicara dengan Raja segala raja.
Spurgeon menutup salah satu khotbahnya dengan kalimat ini:
“Satu jam doa bersama dapat melakukan lebih banyak bagi kerajaan Allah daripada seratus jam rapat komite tanpa doa.”
Penutup: Mari Kembali ke Ruang Doa
Saudara-saudara, gereja yang berdoa adalah gereja yang hidup. Gereja yang berlutut adalah gereja yang berdiri teguh di tengah dunia.
Mungkin dunia tidak memperhatikan ketika segelintir orang berkumpul di ruang doa kecil — tetapi surga memperhatikannya. Malaikat bersukacita, dan tangan Allah bergerak bagi mereka yang berseru kepada-Nya.
Seperti gereja mula-mula, marilah kita berkata:
“Kami akan bertekun dalam doa dan pelayanan firman.” (Kis. 6:4)
Dan ketika kita berdoa bersama, mungkin tempat kita tidak akan berguncang secara fisik, tetapi hati kita akan terguncang oleh hadirat Allah yang hidup.