1 Petrus 1:19–20 Ditebus dengan Darah Kristus yang Mahal

1 Petrus 1:19–20 Ditebus dengan Darah Kristus yang Mahal

Teks: 1 Petrus 1:19–20
"Melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir."

Pendahuluan: Kesadaran akan Harga Penebusan

Saudara-saudara yang dikasihi dalam Tuhan Yesus Kristus, salah satu kebutuhan terbesar umat Tuhan pada masa kini adalah menyadari kembali betapa mahalnya kasih karunia yang kita terima.
Banyak orang Kristen menikmati keselamatan tanpa menyadari harga yang dibayar untuk itu.
Rasul Petrus, melalui ayat ini, mengajak kita menatap ke salib dengan mata iman yang dalam — untuk melihat darah Kristus yang mahal sebagai bukti kasih dan kedaulatan Allah yang kekal.

Ayat ini adalah puncak dari bagian 1 Petrus 1:13–21, di mana Petrus menasihati umat Allah untuk hidup dalam kekudusan dan takut akan Tuhan. Ia memberikan dasar mengapa hidup kudus itu penting: karena kita ditebus, bukan dengan hal yang fana, melainkan dengan darah Kristus yang kekal nilainya.

Khotbah ini akan dibagi menjadi tiga bagian besar:

  1. Makna Penebusan dengan Darah Kristus (ayat 19a).

  2. Kristus sebagai Anak Domba Tak Bernoda (ayat 19b).

  3. Rencana Kekal Allah dalam Penebusan (ayat 20).

Kita akan melihat setiap bagian dengan penjelasan ekspositori dan dukungan dari para teolog Reformed.

I. Makna Penebusan dengan Darah Kristus (1 Petrus 1:19a)

“Melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus…”

Petrus memakai kata “melainkan” (Yunani: alla) sebagai kontras dengan ayat sebelumnya (ayat 18):

“...kamu tahu bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia, yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu, bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas...”

Kata “ditebus” (lutroo) dalam bahasa Yunani berarti pembebasan melalui pembayaran harga tebusan. Ini adalah istilah yang sering digunakan dalam dunia perbudakan pada zaman kuno — ketika seorang budak dibebaskan karena seseorang membayar harga untuk dirinya.
Dalam konteks rohani, kita adalah budak dosa, dan hanya Kristus yang dapat menebus kita dari perbudakan itu.

John Calvin menulis dalam Commentary on 1 Peter:

“Petrus menyingkapkan bahwa tidak ada harga duniawi yang dapat membebaskan manusia dari belenggu dosa. Hanya darah Kristus — harga ilahi yang tidak ternilai — yang sanggup menebus kita. Ini menunjukkan kebodohan manusia yang berpikir keselamatan bisa dibeli dengan amal atau tradisi.”

Darah Kristus bukan sekadar simbol penderitaan, tetapi mewakili seluruh hidup dan kematian-Nya yang dipersembahkan kepada Allah sebagai korban penebusan.
Kata “darah” di sini adalah metafora teologis untuk kematian yang menebus — kematian yang menggantikan kita di bawah murka Allah.

R.C. Sproul menegaskan dalam The Holiness of God:

“Keselamatan bukan sekadar Allah menutup mata terhadap dosa kita, melainkan Allah menanggung sendiri hukuman dosa itu dalam diri Anak-Nya. Darah Kristus adalah bukti bahwa keadilan Allah dan kasih Allah bertemu di satu titik: di salib.”

Inilah yang menjadikan darah Kristus “mahal” — bukan karena unsur fisiknya, melainkan karena nilai pribadi yang menumpahkannya: Anak Allah sendiri.
Petrus menekankan: keselamatan kita bukan murahan. Allah tidak menebus kita dengan logam mulia, melainkan dengan kehidupan Putra Tunggal-Nya.

Charles Spurgeon pernah berkata:

“Darah Kristus lebih berharga dari seluruh emas di dunia, sebab emas hanya bisa membeli bumi, tetapi darah Kristus membeli surga.”

Karena itu, orang Kristen sejati harus memiliki kesadaran penghormatan terhadap darah Kristus. Tidak ada hal yang lebih berharga, tidak ada kasih yang lebih besar, tidak ada penebusan yang lebih pasti.

II. Kristus sebagai Anak Domba Tak Bernoda dan Tak Bercacat (1 Petrus 1:19b)

“...yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.”

Petrus di sini menghubungkan karya Kristus dengan sistem korban dalam Perjanjian Lama.
Setiap kali orang Israel mempersembahkan korban, Allah memerintahkan agar binatang itu tak bercacat dan tak bernoda (Imamat 1:3).
Mengapa? Karena korban itu melambangkan kesempurnaan moral dan kekudusan yang diperlukan untuk mendamaikan manusia dengan Allah.

Dalam Perjanjian Lama, darah domba Paskah (Keluaran 12) melindungi umat Israel dari murka Allah yang membinasakan Mesir. Tetapi darah itu hanya bayangan dari sesuatu yang lebih besar.
Yesus Kristus adalah Anak Domba Allah yang sejati, yang datang untuk menanggung dosa dunia (Yohanes 1:29).

John Owen menulis dalam The Death of Death in the Death of Christ:

“Setiap korban dalam Perjanjian Lama hanyalah simbol. Semua darah yang tercurah di altar hanyalah menunjuk kepada darah Kristus yang sejati. Karena itu, seluruh sistem korban tidak mempunyai arti tanpa salib Kristus.”

Darah Kristus bukan hanya menutupi dosa, tetapi menghapusnya secara sempurna.
Domba korban tidak memiliki kesadaran moral, tetapi Kristus secara sadar menyerahkan diri-Nya. Ia tidak berdosa, namun Ia rela menjadi korban bagi orang berdosa.

B.B. Warfield, teolog Princeton yang Reformed, mengatakan:

“Yesus bukanlah korban pasif, tetapi Imam Agung yang aktif mempersembahkan diri-Nya. Dalam satu pribadi, Ia adalah Imam dan Korban sekaligus.”

Ungkapan “tak bernoda dan tak bercacat” menegaskan kesempurnaan moral Kristus.
Ia tidak hanya tanpa dosa secara perbuatan, tetapi juga murni dalam motivasi, pikiran, dan kehendak.
Ibrani 7:26 berkata,

“Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang telah dipisahkan dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi daripada langit.”

Karena itu, penebusan Kristus sah di hadapan Allah. Tidak ada korban lain yang dapat diterima.
Salib bukan kecelakaan sejarah, tetapi penggenapan dari seluruh sistem penebusan Allah sejak awal dunia.

III. Rencana Kekal Allah dalam Penebusan (1 Petrus 1:20)

“Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir.”

Ayat ini menyingkapkan misteri besar: penebusan bukan reaksi terhadap dosa manusia, tetapi rencana Allah sejak kekekalan.
Kristus tidak datang sebagai solusi darurat setelah kejatuhan Adam; Ia adalah rencana utama Allah sejak semula.

Kata “dipilih” di sini (Yunani: proegnōsmenou, dari akar kata proginōskō) berarti ditentukan atau dikenal lebih dahulu.
Kristus telah ditetapkan sebagai Penebus sebelum dunia diciptakan.
Ini menegaskan doktrin predestinasi Kristus, bahwa Allah telah merancang keselamatan dalam Kristus bahkan sebelum manusia ada.

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menulis:

“Kristus tidak hanya datang diutus untuk menebus kita; Ia adalah pusat dari rencana kekal Allah. Sebelum dunia dijadikan, Allah telah menetapkan Kristus sebagai dasar segala sesuatu yang akan diciptakan dan ditebus.”

Ini berarti salib bukan kebetulan, melainkan inti dari sejarah keselamatan (redemptive history).
Bagi Allah, tidak ada rencana B. Kristus selalu menjadi Rencana A — satu-satunya cara untuk memulihkan manusia berdosa kepada Allah yang kudus.

Petrus melanjutkan, “tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir.”
Artinya, meskipun Kristus telah ditetapkan sejak kekekalan, penyataan nyata-Nya terjadi di waktu yang telah ditetapkan — ketika Ia datang sebagai manusia dan mati di salib.

Reformed theologian Herman Bavinck menulis dalam Reformed Dogmatics:

“Seluruh sejarah adalah panggung bagi penyingkapan rencana Allah yang kekal. Dalam Kristus, rencana itu mencapai puncaknya. Apa yang telah ditetapkan di kekekalan kini dinyatakan dalam waktu.”

Kita yang hidup “pada zaman akhir” adalah penerima berkat besar, karena kita hidup setelah karya Kristus telah selesai.
Kita tidak menantikan penebusan — penebusan itu telah terjadi dan sempurna.
Yang tersisa bagi kita adalah hidup di dalam terang kasih dan ketaatan kepada Penebus kita.

IV. Implikasi Praktis bagi Hidup Orang Percaya

1. Hidup dalam kekudusan sebagai respon terhadap kasih penebusan

Rasul Petrus menulis ayat ini dalam konteks panggilan untuk hidup kudus (1 Petrus 1:15–16).

Karena kita telah ditebus dengan harga mahal, kita tidak boleh hidup sembarangan.
Hidup kudus bukan syarat keselamatan, tetapi respon kasih terhadap penebusan.

John Stott (meskipun bukan Reformed murni, namun dekat dalam kerangka pemikiran Reformasi) pernah menulis:

“Kasih karunia yang murah adalah anugerah tanpa pertobatan, pengampunan tanpa penyesalan. Kasih karunia yang sejati menuntun kita kepada ketaatan.”

2. Hargai darah Kristus dengan ketaatan dan ibadah sejati

Darah Kristus bukan hanya menyelamatkan kita dari neraka, tetapi juga menebus kita untuk hidup bagi Allah.
1 Korintus 6:20 menegaskan,

“Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”

Ketaatan dan penyembahan kita bukanlah beban, melainkan bentuk syukur.
Orang yang benar-benar memahami penebusan tidak akan hidup acuh terhadap dosa.

3. Bersyukur atas rencana kekal Allah yang penuh kasih

Keselamatan kita tidak tergantung pada perbuatan kita, tetapi pada keputusan Allah sejak kekekalan.
Ini memberikan kepastian dan penghiburan besar.
Kristus tidak mungkin gagal menebus orang-orang pilihan-Nya.

Charles Spurgeon berkata:

“Jika Allah telah memilih Kristus bagi saya sebelum dunia dijadikan, maka saya aman selama-lamanya, sebab kasih yang dimulai di kekekalan tidak akan berhenti di waktu.”

V. Refleksi Teologis

  1. Penebusan adalah karya Tritunggal Allah.

    • Bapa yang merencanakan (1 Petrus 1:20),

    • Anak yang menebus (1 Petrus 1:19),

    • Roh Kudus yang menyatakan (ayat 12, 21).
      Keselamatan adalah karya ilahi yang sempurna, bukan hasil manusia.

  2. Penebusan Kristus memiliki nilai tak terbatas.
    Karena Ia adalah Allah sejati dan manusia sejati, darah-Nya memiliki nilai universal dan kekal.
    Seperti yang dikatakan Anselmus: “Dosa terhadap Allah yang tak terbatas hanya dapat ditebus oleh korban yang bernilai tak terbatas.”

  3. Penebusan menuntun kita kepada penyembahan yang rendah hati.
    Ketika kita menyadari bahwa harga keselamatan kita adalah darah Anak Allah, kita tidak dapat bermegah pada diri sendiri.
    Segala kemuliaan hanya bagi Allah — Soli Deo Gloria.

Penutup: Menatap Salib, Menyadari Harga Kasih Karunia

Saudara-saudara, 1 Petrus 1:19–20 mengingatkan kita bahwa keselamatan bukan hal murah.
Dunia ini mengukur nilai dengan emas dan kekuasaan, tetapi Allah mengukur nilai dengan darah Anak-Nya sendiri.
Kita ditebus, diampuni, dan diangkat menjadi anak-anak Allah bukan karena kelayakan kita, melainkan karena kasih yang dirancang di kekekalan dan digenapi di Golgota.

Kiranya setiap kali kita memandang salib, kita melihat bukan hanya penderitaan, tetapi kemenangan kasih Allah.
Dan kiranya setiap langkah hidup kita menjadi respon penuh syukur: hidup bagi Dia yang telah menebus kita dengan darah yang mahal.

“Kasih Kristus yang mahal menuntut pengabdian yang total.”
— Horatius Bonar

Soli Deo Gloria.

Next Post Previous Post