Keluaran 2:10 Tangan Allah di Balik Nama Musa
.jpg)
Pendahuluan: Allah yang Memelihara Sejak Awal
Keluaran 2:10 berkata:
“Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah dia kepada puteri Firaun yang mengangkatnya menjadi anaknya dan menamainya Musa, sebab katanya: ‘Karena aku telah menariknya dari air.’”
Ayat ini tampak sederhana, namun menyimpan kedalaman teologis yang luar biasa. Di balik tindakan seorang putri Mesir dan nama yang diberikannya, tersingkap tangan Allah yang berdaulat menenun sejarah keselamatan. Musa — bayi yang seharusnya mati karena perintah Firaun — justru dipelihara, diangkat, dan disiapkan oleh Allah untuk menjadi penyelamat bagi umat-Nya.
Khotbah ini mengajak kita melihat bagaimana tangan Allah yang berdaulat bekerja di balik peristiwa kecil dalam kehidupan Musa. Teologi Reformed menekankan bahwa Allah tidak hanya bekerja dalam hal-hal besar, tetapi juga dalam rincian yang tampak biasa. Tidak ada kebetulan dalam rencana ilahi — setiap langkah hidup umat pilihan-Nya adalah bagian dari rencana penebusan yang kekal.
1. Konteks Historis: Masa Kegelapan di Mesir
Bangsa Israel berada di bawah penindasan Firaun yang kejam. Anak laki-laki Ibrani diperintahkan untuk dibunuh demi menekan pertumbuhan mereka (Keluaran 1:22). Dalam konteks inilah, lahirlah Musa — seorang bayi yang sejak awal berada di bawah ancaman maut.
Namun, sebagaimana sering terjadi dalam Alkitab, justru dalam kegelapan itulah cahaya kasih karunia Allah bersinar. John Calvin menulis dalam komentarnya:
“Allah tidak pernah membiarkan terang perjanjian-Nya padam, bahkan ketika dunia tampak dikuasai oleh kegelapan.”
Kelahiran Musa bukan kebetulan. Ia lahir pada waktu yang tepat dan di tempat yang ditetapkan Allah. Dari awal, hidupnya adalah gambaran nyata dari pemeliharaan ilahi (divine providence).
2. Tangan Allah dalam Pemeliharaan Seorang Bayi (Keluaran 2:1–10)
Kisah Musa menunjukkan bagaimana Allah bekerja melalui tindakan manusia biasa. Ibu Musa menyembunyikannya selama tiga bulan, lalu menaruhnya di dalam peti pandan dan meletakkannya di sungai Nil. Tindakan sederhana ini menjadi sarana pemeliharaan Allah.
Matthew Henry menafsirkan bagian ini demikian:
“Tangan Allah menuntun peti kecil itu di atas air Nil, sehingga sampai tepat di tempat di mana mata putri Firaun melihatnya.”
Kita melihat bagaimana Allah memimpin langkah-langkah kecil menuju tujuan besar-Nya. Ia tidak membutuhkan keajaiban spektakuler untuk menyatakan kuasa-Nya; Ia bekerja secara lembut, diam-diam, namun pasti. Dalam teologi Reformed, hal ini disebut providentia Dei — penyelenggaraan Allah yang aktif memelihara seluruh ciptaan.
3. Nama Musa: Tanda Anugerah di Tengah Kekuasaan Dunia
Putri Firaun menamai bayi itu Musa, yang berarti “ditarik keluar dari air.” Menariknya, nama ini bukan hanya mengingatkan pada peristiwa penyelamatan fisiknya, tetapi juga menubuatkan panggilannya di masa depan — Allah akan memakai Musa untuk menarik umat Israel keluar dari “perbudakan Mesir.”
Charles Spurgeon pernah berkhotbah:
“Setiap orang percaya seperti Musa — ditarik keluar dari air penghukuman untuk menjadi alat keselamatan bagi orang lain.”
Nama Musa menjadi simbol kasih karunia Allah. Ia tidak hanya diselamatkan, tetapi dipanggil untuk menjadi penyelamat. Dalam teologi Reformed, ini mencerminkan prinsip effectual calling — panggilan Allah yang efektif dan tidak gagal dalam membawa umat-Nya kepada tujuan-Nya.
Allah bukan hanya menebus, tetapi juga memanggil untuk melayani. Musa diselamatkan bukan untuk kenyamanan pribadi, melainkan untuk misi ilahi.
4. Allah yang Berdaulat atas Kekuasaan Dunia (Mazmur 33:10–11)
“Tuhan menggagalkan rancangan bangsa-bangsa; tetapi rencana Tuhan tetap selama-lamanya.”
Firaun berencana membunuh bayi Ibrani, tetapi justru putrinya sendiri menjadi alat untuk menyelamatkan pemimpin masa depan bangsa itu. Ironi ini adalah bentuk nyata dari kedaulatan Allah. Dalam teologi Reformed, ini disebut sovereign irony — kebijaksanaan Allah yang membuat rencana jahat manusia justru menggenapi kehendak-Nya.
R. C. Sproul menegaskan:
“Tidak ada satu atom pun di alam semesta yang berada di luar kedaulatan Allah.”
Firaun adalah simbol kuasa dunia yang melawan Allah, tetapi Tuhan menunjukkan bahwa bahkan kekuasaan terbesar di dunia tunduk di bawah kehendak-Nya. Musa dibesarkan di istana yang sama yang memerintahkan kematian dirinya — sebuah tanda bahwa Allah tidak bisa dikalahkan oleh rencana manusia.
5. Pengajaran Teologis: Anugerah yang Menyelamatkan dan Menetapkan Tujuan
Keluaran 2:10 mengingatkan kita bahwa anugerah Allah tidak hanya menyelamatkan, tetapi juga menetapkan arah hidup. Musa tidak hanya diselamatkan dari air, tetapi juga dipersiapkan untuk menjadi pemimpin Israel. Begitu juga dengan kita — keselamatan bukan akhir, tetapi awal dari perjalanan menuju panggilan Allah.
John Owen menjelaskan:
“Anugerah bukan hanya membebaskan manusia dari hukuman dosa, tetapi juga menuntunnya untuk menjalani hidup sesuai kehendak Allah.”
Teologi Reformed memandang keselamatan sebagai karya Allah yang menyeluruh: dari pemilihan, panggilan, pembenaran, pengudusan, hingga pemuliaan. Allah yang memulai pekerjaan baik di dalam kita akan menyelesaikannya (Filipi 1:6).
6. Kedaulatan Allah dalam Pengaturan Tempat dan Waktu
Lihat bagaimana semua terjadi pada waktu dan tempat yang tepat:
- Ibu Musa menaruh bayi itu di sungai tepat saat putri Firaun datang mandi.
- Putri Firaun digerakkan hatinya untuk berbelas kasihan.
- Miriam, kakak Musa, hadir untuk menawarkan seorang penyusu — ibunya sendiri!
John Calvin berkomentar:
“Allah mengatur langkah manusia tanpa mereka sadari, dan melalui kebetulan yang tampak, Ia melaksanakan rencana kekal-Nya.”
Dalam hidup kita, sering kali kita tidak memahami mengapa sesuatu terjadi. Namun, iman Reformed mengajarkan bahwa tidak ada kebetulan di tangan Allah. Ia menenun segala sesuatu dengan hikmat yang sempurna, bahkan melalui keputusan manusia yang tampaknya kecil.
7. Benang Penebusan: Dari Musa ke Kristus
Musa adalah tipe (bayangan) dari Kristus. Seperti Musa ditarik keluar dari air untuk menyelamatkan Israel, Kristus datang dari surga untuk menarik manusia keluar dari dosa. Musa meninggalkan istana demi membebaskan umat Allah; demikian juga Kristus meninggalkan kemuliaan surgawi untuk menebus kita.
Herman Bavinck menjelaskan:
“Seluruh sejarah Musa berfungsi sebagai bayangan dari karya penebusan Kristus. Di dalam diri Kristus, seluruh karya penyelamatan mencapai puncaknya.”
Ketika kita membaca Keluaran 2:10, kita tidak hanya melihat kisah seorang bayi, tetapi kita melihat Injil terselubung di dalamnya. Allah yang menyelamatkan Musa dari air adalah Allah yang menyelamatkan kita dari air penghakiman melalui Kristus.
8. Penerapan Praktis bagi Orang Percaya
a. Percayalah pada Pemeliharaan Allah
Tidak ada peristiwa dalam hidup kita yang di luar kontrol Allah. Bahkan ketika kita tidak mengerti, Allah sedang bekerja di balik layar untuk kebaikan kita.
b. Kenali Panggilan Hidupmu
Seperti Musa, setiap orang percaya dipanggil untuk tujuan tertentu. Allah tidak menyelamatkan kita untuk duduk diam, tetapi untuk melayani dan memuliakan-Nya.
c. Lihatlah Kasih Karunia dalam Setiap Detail Hidup
Nama Musa adalah simbol kasih karunia. Kita pun memiliki tanda kasih karunia dalam hidup kita — keselamatan di dalam Yesus Kristus. Jangan lupakan karya Allah yang telah menarik kita keluar dari “air dosa.”
d. Jangan Takut pada Kuasa Dunia
Kuasa Firaun tidak mampu melawan kehendak Allah. Dunia mungkin tampak kuat, tetapi kuasa Kristus jauh melampaui segalanya.
e. Didiklah Anak-Anak di Dalam Takut Akan Tuhan
Yokhebed hanya memiliki waktu singkat bersama Musa, tetapi ia menanamkan benih iman yang kuat. Orang tua Kristen harus meniru teladannya — mempercayakan anak-anak kepada Allah dan menanamkan Firman sejak dini.
9. Refleksi Rohani: “Karena Aku Telah Menariknya dari Air”
Kalimat ini memiliki makna rohani yang dalam. Air dalam Alkitab sering melambangkan kekacauan, bahaya, dan hukuman. Allah menarik Musa keluar dari air, sama seperti Ia menarik kita keluar dari lautan dosa dan murka melalui karya Kristus.
Charles Spurgeon menulis:
“Kita semua, seperti Musa, telah ditarik keluar dari air kematian oleh tangan kasih karunia Allah.”
Setiap orang percaya memiliki kisah “penarikan” ini — dari kegelapan menuju terang, dari maut menuju hidup, dari perbudakan menuju kebebasan. Inilah karya anugerah yang harus terus kita syukuri.
10. Kesimpulan: Allah yang Bekerja dalam Keheningan
Keluaran 2:10 mungkin tampak sebagai catatan sederhana, tetapi di baliknya terdapat misteri besar tentang Allah yang berdaulat dan penuh kasih. Melalui tindakan manusia biasa, Allah menyiapkan jalan bagi pembebasan besar.
R. C. Sproul menegaskan:
“Kedaulatan Allah bukan berarti Ia jauh dari detail hidup kita, tetapi justru hadir dalam setiap detiknya.”
Allah yang menarik Musa dari air adalah Allah yang menarik kita dari dosa. Ia menyelamatkan kita, memelihara kita, dan menuntun kita menuju panggilan hidup yang kekal di dalam Kristus.
Musa menjadi alat pembebasan bagi bangsa Israel; Kristus adalah pembebas bagi seluruh umat manusia. Nama Musa mengingatkan kita akan kasih karunia yang menarik kita keluar dari kegelapan dunia menuju terang kasih Allah.
Kiranya kita hidup dengan kesadaran bahwa setiap langkah hidup adalah bagian dari tenunan kasih karunia Allah. Tidak ada kebetulan bagi anak-anak Tuhan — hanya tangan yang berdaulat, yang menuntun kita menuju kemuliaan kekal.
Soli Deo Gloria — Segala Kemuliaan Bagi Allah Saja.